Liputan6.com, Maui - Tim spesialis - termasuk ahli patologi forensik, teknisi sinar-X, ahli sidik jari dan dokter gigi forensik - bekerja 12 jam sehari di dalam kamar mayat sementara di dekat kantor koroner Kabupaten Mau. Tim ini mengidentifikasi sisa-sisa korban yang hangus akibat bencana kebakaran bulan ini.
Mereka adalah anggota program Tim Tanggap Operasional Kamar Mayat federal, Disaster Mortuary Operational Response Team atau DMORT, yang dikerahkan saat insiden kematian massal membuat otoritas setempat kewalahan, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (22/8/2023).
Advertisement
Luasnya pengalaman para anggota tim menegaskan kesulitan tugas yang dihadapi tim. Jumlah korban kebakaran Hawaii belum diketahui, ratusan masih dalam daftar orang hilang, dan dalam sebagian kasus amukan api hanya menyisakan sedikit bagian tubuh.
Pekerjaan ini sangat penting, dengan banyak keluarga yang putus asa untuk mengetahui nasib kerabat mereka serta berharap memperoleh kesempatan mengucapkan selamat tinggal. Korban tewas di kota Lahaina yang hancur telah melampaui 100, tetapi hanya segelintir yang sudah diidentifikasi secara resmi, dengan mengatakan prosesnya akan lama.
“Sangat penting bagi keluarga untuk menemukan kembali orang yang mereka kasihi– itulah misi kami, dan kapan kami mewujudkannya akan menjadi hari yang baik ," kata Frank Sebastian, 68, komandan DMORT Maui dan pensiunan pemeriksa medis dari wilayah Seattle.
Ada 10 DMORT regional di seluruh Amerika Serikat, terdiri lebih dari 600 anggota sipil, yang beraksi untuk bencana yang beragam seperti kecelakaan pesawat, badai dan serangan massal seperti pembajakan 11 September 2001.
WNI Dilaporkan Aman
Jumlah korban tewas kebakaran hutan Hawaii masih terus meningkat hingga mencapai 101 orang. Kebakaran tersebut menyambar dengan cepat karena terbawa angin dan sistem peringatan kebakaran hutan di Hawaii dilaporkan tidak berfungsi.
Para WNI yang berada di Hawaii dilaporkan masih aman. Mayoritas WNI juga tidak tinggal di Maui yang merupakan lokasi pusat kebakaran.
Pada Selasa malam (15/8), Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha menegaskan bahwa kondisi WNI masih aman.
"Tidak ada informasi mengenai adanya WNI yang menjadi korban meninggal. Namun rumah seorang WNI (menikah dengan WN AS) ikut terbakar. KJRI LA berhasil berkomunikasi dg ybs dan saat ini telah diungsikan ke lokasi aman di War Memorial Stadium Complex di kota Wailuku, Hawaii," jelas Judha.
"KJRI LA juga sudah sampaikan imbauan kepada masyarakat Indonesia di Hawaii untuk tingkatkan kewaspadaan, selalu memonitor informasi dan arahan otoritas lokal dan segera menghubungi hotline KJRI LA jika mengalami situasi darurat," lanjut Judha.
Berdasarkan data KJRI LA, terdapat sekitar 600 WNI yang menetap di Hawaii dan sekitar 20 diantaranya menetap di Maui. Mayortas WNI berada di pulau utama Hawai'i (Pulau Besar) dan Pulau O'ahu.
Advertisement
Bencana Alam Terburuk di Pulau Hawaii
Sebelumnya dilaporkan BBC, Senin (14/8), ada ratusan orang yang masih belum ditemukan, sementara ratusan orang lainnya berlindung di shelter yang tersedia. Gubernur Hawaii Josh Green berkata bencana yang terjadi sebagai "impossible day".
Politisi dari Partai Demokrat itu juga berkata kebakaran tersebut akan "menjadi bencana alam terparah yang Hawaii pernah hadapi."
Situasi kebakaran hutan itu tambah parah karena sistem peringatan dini tidak terpakai, entah karena malfungsi atau memang tidak digunakan. BBC menyebut banyak orang tidak mendapat peringatan.
Kejaksaan Agung di Hawaii tengah melakukan "review komprehensif" terkait bagaimana pihak berwenang merespons bencana alam tersebut.
Anggota DPR AS dari Hawaii Jill Tokuda berkata ada pertanyaan-pertanyaan serius yang harus dijawab pemerintah setempat. Ia telah mengunjungi Lahaina pada pekan lalu dan menyebut situasinya sangat menyakiti hati.
"Ada banyak justifikasi bagi semua orang untuk merasa marah akibat situasi ini, dan kita semua ingin jawaban," ujar Tokuda.
Kebakaran Hawaii itu terjadi pada Selasa pekan lalu akibat musim panas yang kering, kemudian ditambah parah oleh angin puyuh yang lewat.
Gubernur Green berkata tiupan angin itu membuat apinya tersebar dengan kecepatan 1 mil per menit, sehingga masyarakat kesulitan kabur.