Ukraina Cari Asuransi yang Mau Cover Risiko Pelayaran Kapal Gandum di Laut Hitam

Proses itu menandai langkah penting untuk dimulainya kembali ekspor biji-bijian penting dari Ukraina ke seluruh dunia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Agu 2023, 15:00 WIB
Ilustrasi tanaman gandum. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ukraina sedang melakukan pembicaraan dengan beberapa perusahaan asuransi terbesar di dunia untuk melindungi kapal-kapal yang melakukan perjalanan ke dan dari pelabuhan-pelabuhannya di Laut Hitam. Proses itu menandai langkah penting untuk dimulainya kembali ekspor gandum dan biji-bijian penting dari Ukraina ke seluruh dunia.

"Kami sekarang secara aktif bekerja sama dengan komunitas asuransi internasional," ungkap Oleksandr Hryban, penasihat menteri perekonomian Ukraina kepada kantor berita negara Ukrinform, dikutip dari CNN Business, Selasa (22/8/2023).

Untuk menjaga agar pengiriman gandum tetap berjalan, pemerintah Ukraina akan membagi potensi kerugian dengan perusahaan asuransi, yang akan membuat perlindungan perjalanan melalui perairannya yang berisiko menjadi lebih terjangkau bagi perusahaan pelayaran.

Lloyd's of London, pasar asuransi tertua di dunia, dan firma layanan profesional Marsh McLennan termasuk di antara perusahaan yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, kata Hryban.

Program tersebut dapat diselesaikan dalam beberapa pekan, menurut Marcus Baker di Marsh, dan akan menggantikan pengaturan sebelumnya, yang mengasuransikan pengiriman sebagai bagian dari Black Sea Grain Initiative tetapi dihentikan sementara ketika Rusia menarik diri dari kesepakatan Laut Hitam. 

"Asuransi adalah pendukung besar dalam menggerakkan kembali biji-bijian dan membantu memecahkan beberapa tantangan keamanan pangan di seluruh dunia," ujar Baker, kepala global asuransi kelautan dan kargo di Marsh.

Pengerjaan mekanisme asuransi menyusul penarikan diri Rusia dari kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam bulan lalu, yang mengancam kelangsungan ekspor biji-bijian ke dan dari pelabuhan Ukraina.

Batalnya perjanjian tersebut yang ditengahi oleh Turki dan PBB, telah mendorong kenaikan harga pangan global dan dapat menyebabkan jutaan orang di negara-negara miskin mengalami kelaparan.


Rusia Tarik Diri dari Perjanjian Ekspor Gandum Laut Hitam,China Ketar-ketir

Ilustrasi Biji Gandum Credit: pexels.com/Sony

China diperkirakan berisiko menghadapi efek domino dari keluarnya Rusia dari kesepakatan ekspor gandum dan biji bijian di Laut Hitam.

Dikenal sebagai salah satu sekutu strategis Rusia dan negara ekonomi terbesar kedua di dunia, China adalah penerima utama produk pertanian Ukraina.

Kesepakatan Gandum Laut Hitam meredakan blokade angkatan laut Rusia di kawasan itu. Laut Hitam sendiri menampung hampir 33 juta metrik ton gandum, jelai, jagung, dan tepung bunga matahari dari Ukraina.

Sejak dimulainya kesepakatan tersebut pada Juli 2022, pelabuhan China telah menyambut 8 juta metrik ton produk pertanian dari Ukraina, menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) .

"China adalah pembeli terbesar biji-bijian Ukraina dan dengan gagalnya Inisiatif Biji bijian Laut Hitam, tekanan terhadap Beijing akan menjadi ekstrim dalam hal inflasi harga pangan," kata David Riedel, pendiri Riedel Research Group, dikutip dari CNBC International, Jumat (4/8/2023).

"Mereka mungkin telah menimbun sedikit menjelang batalnya perjanjian itu, tetapi itu adalah penimbunan berminggu-minggu, bukan berbulan-bulan,”ujarnya.

"Saya akan sangat prihatin dengan inflasi harga pangan di China," tambah Riedel.

Zhang Jun, perwakilan China untuk PBB, mengatakan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam memiliki dampak positif dalam menjaga keamanan pangan global. Dia pun menyerukan dimulainya kembali ekspor pertanian Ukraina serta produk pupuk Rusia.

"China berharap semua pihak terkait akan mengintensifkan dialog dan konsultasi dan bertemu satu sama lain di tengah jalan, ujar Zhang dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang dipimpin Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken.

Pelabuhan Laut Hitam menanpung berbagai bahan makanan biji bijian yang mencakup jagung sebesar 16,9 juta ton, 8,9 juta ton gandum,  1,9 juta ton tepung bunga matahari, 1,7 juta ton minyak bunga matahari, 1,3 juta ton jelai, 1 juta ton rapeseed, dan 802 ribu ton kedelai.


Harga Gandum Cs Meroket Usai Rusia Tarik Diri dari Perjanjian Ekspor

Ilustrasi roti gandum (Photo by : James Harris on Unsplash)

Meski inflasi di berbagai negara sudah menunjukkan penurunan, ketegangan geopolitik masih mendorong kenaikan bahan makanan, salah satunya gandum.

Melansir CNN Business, Kamis (20/7/2023) harga gandum secara global melonjak hampir 9 persen pada hari Rabu (19/7), dan berada di jalur untuk mencapai level tertinggi dalam tiga pekan mendatang.

Hal ini dikarenakan ketegangan di Eropa meningkat menyusul keputusan Rusia untuk menarik diri dari kesepakatan penting yang memungkinkan ekspor biji-bijian dari Ukraina.

Selain harga gandum, harga jagung berjangka juga naik hampir 2 persen lebih tinggi karena para pedagang khawatir akan krisis pasokan makanan pokok yang akan datang.

Di sisi lain, kesepakatan itu "penting" untuk menurunkan harga pangan di seluruh dunia, yang melonjak setelah perang Rusia Ukraina pecah pada Februari tahun 2022 lalu.

"Keputusan Rusia untuk menangguhkan partisipasi dalam Black Sea Grain Initiative akan memperburuk kerawanan pangan dan membahayakan jutaan orang yang rentan di seluruh dunia," kata Adam Hodge, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga meningkat pada hari Rabu (19/7), membatasi kemungkinan kesepakatan untuk mengekspor komoditas penting melintasi Laut Hitam untuk dimulai kembali.

Sebagai informasi, kesepakatan Laut Hitam – awalnya ditengahi oleh Turki dan PBB tahun yang lalu, memastikan jalur yang aman bagi kapal yang membawa biji-bijian dari pelabuhan Ukraina.

Namun, kesepakatan itu akan berakhir hari ini (tengah malam waktu setempat di Istanbul, Kyiv dan Moskow).

Sejauh ini, kesepakatan tersebut memungkinkan ekspor hampir 33 juta metrik ton makanan melalui pelabuhan Ukraina, menurut data PBB.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya