PM Ukraina: 11 Ribu Rakyat Sipil Tewas Akibat Invasi Rusia, Termasuk 500 Anak

PM Ukraina mengungkap data terkini korban jiwa di negaranya akibat invasi Rusia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Agu 2023, 16:07 WIB
Jalan Khreshchatyk - dari Maidan Nezalezhnosti ke Jalan Bohdan Khmelnytskyi - ditutup untuk lalu lintas jalan karena peralatan militer ditempatkan di sana. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Liputan6.com, Kyiv - Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal buka suara terkait data terbaru korban tewas dari invasi Rusia. Hingga pekan ketiga Agustus 2023, ada 11 ribu warga sipil yang meninggal dunia.

Dari angka 11 ribu korban rakyat sipil itu ada 500 anak-anak Ukraina yang tewas.

"Perang ini adalah salah satu yang paling brutal di sejarah umat manusia. Rusia menggencarkannya terhadap seluruh rakyat Ukraina, terhadap wanita, orang tua, ana-anak, bahkan anak yang belum lahir," ujar PM Ukraina Denys Shmyhal seperti dilaporkan media Ukraina, Ukrinform, Selasa (22/8/2023).

"Sejak Februari 2022, musuh kita telah melakukan lebih dari 136 ribu kejahatan. Itu hanya yang dicatat sejauh ini. Faktanya, ada banyak lagi kejahatan. Selama periode waktu ini, sekitar 11 ribu warga sipil telah dibunuh, termasuk 500 anak-anak," PM Ukraina berkata bahwa angka itu juga belum final.

Terkait infrastruktur, Shymhal menyebut ada 116 ribu infrastruktur sipil yang dihancurkan di Ukraina, mulai dari puluhan ribu rumah, dan ribuan institusi pendidikan dan rumah sakit. Ratusan ribu orang lantas menjadi tunawisma da tak punya akses kesehatan.

Selain itu, PM Ukraina berkata ada 20 ribu anak-anak Ukraina yang diculik oleh pihak Ukraina, sehingga anak-anak itu jadi yatim piatu.

Beberapa waktu lalu, Liputan6.com pernah bertanya kepada Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengenai isu penculikan tersebut. Ia memberikan bantahan dan menjelaskan bahwa tidak ada yang namanya penculikan, sebab para anak-anak itu dievakuasi dari konflik dan bebas pergi bersama keluarganya.


Sekitar Setengah Juta Tentara Terluka atau Tewas dalam Perang Ukraina-Rusia

Petugas medis militer memberikan pertolongan pertama kepada tentara yang terluka (kanan) dan memasukkan jenazah tentara yang tewas ke dalam tas dekat Kremenna di wilayah Luhansk, Ukraina, 16 Januari 2023. Hingga saat ini pejabat Ukraina menolak untuk mengonfirmasi jumlah korban dalam perangnya dengan Rusia, setelah ketua Komisi Uni Eropa pada akhir November 2022 lalu memperkirakan bahwa "lebih dari 20.000 warga sipil dan 100.000 tentara Ukraina telah tewas di Ukraina hingga saat ini." (AP Photo/LIBKOS)

Sebelumnya dilaporkan, jumlah tentara Ukraina dan Rusia yang tewas atau terluka sejak perang di Ukraina dimulai pada Februari 2022 mendekati 500.000, New York Times melaporkan pada Jumat 18 Agustus 2023 mengutip pejabat AS yang anonim.

Para pejabat memperingatkan bahwa jumlah korban tetap sulit diperkirakan karena Moskow diyakini menggunakan hitungan minimum, sementara Kiev tidak mengungkapkan angka resmi, kata surat kabar itu dikutip dari India Today, Sabtu (19/8/2023).

Korban militer Rusia mendekati 300.000, termasuk sebanyak 120.000 kematian dan 170.000 hingga 180.000 luka-luka.

Korban Ukraina mendekati 70.000, dengan 100.000 hingga 120.000 terluka, tambahnya.

The Times melaporkan bahwa para pejabat AS mengatakan jumlah korban telah meningkat setelah Ukraina melancarkan serangan balik awal tahun ini.

Mykhailo Podolyak, penasihat senior Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, mengomentari artikel NYT, mengatakan hanya Staf Umum yang dapat mengungkapkan angka-angka tersebut.

"Kami telah mengadopsi model bahwa hanya Staf Umum yang memiliki hak untuk menyuarakan angka-angka pada yang terluka, orang cacat, orang-orang yang kehilangan anggota badan, dan yang hilang, dan, tentu saja, jumlah orang yang tewas dalam perang ini," katanya dalam siaran langsung di saluran Youtube jurnalis Yulia Latynina pada hari Jumat.

Militer Ukraina pada hari Kamis mengklaim keuntungan dalam serangan balasannya terhadap pasukan Rusia di front peperangan tenggara.

Kiev mengatakan pasukannya telah membebaskan sebuah desa, keberhasilan pertama sejak 27 Juli, menandakan tantangan yang dihadapinya dalam maju melalui garis pertahanan Rusia yang banyak ditambang tanpa dukungan udara yang kuat.


AS Akan Transfer Jet Tempur ke Ukraina untuk Hadapi Rusia

Presiden AS Joe Biden. Dok: Jim Watson/Pool via AP

Pada kabar lain; Amerika Serikat memberi lampu hijau untuk transfer jet tempur F-16 buatan Amerika dari Denmark dan Belanda ke Ukraina, ketika pilot Ukraina sepenuhnya terlatih untuk mengoperasikannya.

"Dengan cara ini, Ukraina dapat memanfaatkan sepenuhnya kemampuan barunya," kata juru bicara departemen luar negeri AS seperti dikutip dari BBC, Sabtu (19/8/2023).

"Baik Denmark dan Belanda telah diberikan "jaminan formal" untuk transfer pesawat perang multi-peran F-16 mereka," sambung juru bicara departemen luar negeri AS.

Juru bicara tersebut menambahkan bahwa proses tersebut akan terjadi "segera setelah kelompok pilot pertama menyelesaikan pelatihan mereka".

Ukraina memuji keputusan yang telah diusahakan sejak tahun 2023 lalu. 

Kendati demikian, diperkirakan akan berbulan-bulan sebelum Kyiv dapat menggunakan F-16 untuk mencoba melawan superioritas udara Rusia.

Belanda diperkirakan memiliki sekitar 24 jet tempur F-16 operasional yang dijadwalkan akan dihentikan layanannya dan digantikan oleh pesawat perang yang lebih canggih.

Sementara Denmark juga merencanakan peningkatan armadanya sebanyak 30 unit jet tempur F-16.

AS dan sekutunya sebelumnya mengesampingkan penyediaan pesawat jet tempur F-16 ke Ukraina, karena khawatir hal ini akan menyebabkan eskalasi lebih lanjut dengan Rusia yang bersenjata nuklir.

Rusia - yang meluncurkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022 - sejauh ini tidak memberikan komentar publik tentang masalah tersebut.

Infografis 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina, Putin Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya