Liputan6.com, Jakarta - Saham aplikasi pertemuan virtual Zoom melonjak dalam perdagangan setelah jam kerja pada Senin, 21 Agustus 2023. Perusahaan mengatakan akan memperoleh pendapatan yang lebih kuat dari perkiraan pada sisa tahun fiskal ini.
Dilansir dari CNBC, ditulis Rabu (23/8/2023), perusahaan yang menyediakan layanan obrolan video dan audio ini meningkatkan prospek profitabilitas untuk tahun fiskal 2024 dalam laporan pendapatan kuartal keduanya. Sekarang mereka memperkirakan pendapatannya hanya di bawah USD 4,5 miliar. Itu mewakili pertumbuhan sekitar 2 persen dari tahun ke tahun.
Advertisement
Pendiri dan CEO Zoom, Eric Yuan juga memuji peluncuran fitur-fitur AI terbaru yang dilakukan perusahaannya melalui telepon konferensi dengan para investor. Yuan mengatakan bahwa “peta jalan agresif” perusahaan dalam hal kecerdasan buatan “bertujuan untuk memberdayakan pelanggan kami untuk bekerja lebih cerdas dan melayani pelanggan mereka dengan lebih baik”.
Bagi yang belum tahu, ZoomIQ, salah satu fitur bertenaga AI terbaru yang dikembangkan perusahaan pada awal tahun ini, memungkinkan host obrolan membuat ringkasan rapat yang didukung oleh teknologi AI.
Setelah membahas ZoomIQ pada panggilan pendapatan hari Senin, Yuan berkata, "Semua fitur AI generatif itu dapat membuat platform tidak hanya lebih lengket, tetapi juga lebih berharga."
Di samping itu, Zoom (ZM) baru-baru ini menghadapi serangan balik di media sosial setelah memperbarui kata-kata dari persyaratan layanannya untuk memungkinkan perusahaan mengakses data pengguna untuk melatih teknologi AI.
Tak Pakai Data Pelanggan
Namun, chief product officer Zoom, Smita Hashim, meyakinkan pelanggan awal bulan ini dalam unggahan blog mereka tidak akan menggunakan data pelanggan untuk melatih model AI.
Pada hari Senin, Yuan mengulangi pesan itu, dia mengatakan bahwa saat perusahaan mengembangkan solusi AI. "Kami sangat yakin bahwa teknologi harus memajukan kepercayaan," tuturnya.
“Saya bangga dengan pendekatan yang kami ambil. Dengan mengutamakan kebutuhan privasi pelanggan, Zoom mengambil posisi terdepan dalam memastikan pelanggan dapat menggunakan fitur AI kami dengan keyakinan bahwa konten mereka terlindungi,” ujarnya.
Advertisement
Tak Lagi Sepenuhnya WFH, Zoom Minta Karyawan WFO 2 Hari dalam Seminggu
Sebelumnya, platformnya banyak dipakai untuk melakukan pertemuan jarak jauh selama pandemi, Zoom, baru-baru ini meminta karyawannya yang selama ini work from home (WFH), untuk kembali bekerja di kantor.
Dilaporkan Business Insider, Zoom meminta para karyawan yang bekerja dalam jarak 50 mil (sekitar 80 km) dari kantor perusahaan, diminta untuk kerja dari kantor dalam dua hari seminggu alias kerja hybrid.
Colleen Rodriguez, Head of Global PR Zoom dalam pernyataannya seperti dikutip dari The Verge, Jumat (11/8/2023) mengatakan, perusahaan percaya pendekatan hybrid terstruktur, adalah yang paling efektif untuk Zoom.
"Sebagai sebuah perusahaan, kami berada dalam posisi yang lebih baik untuk menggunakan teknologi kami sendiri, terus berinovasi, dan mendukung pelanggan global kami," kata Rodriguez.
Pendekatan kerja hybrid ini pun akan dimulai pada Agustus dan September 2023, menurut laporan The New York Times.
Mengutip The Guardian, pendekatan ini pun akan berpengaruh pada 8.000 karyawannya di 12 kantor di seluruh dunia, termasuk di Inggris yang memiliki sekitar 200 staf dan kantor di pusat kota London.
Terkait banyaknya komentar soal ironi Zoom yang meminta karyawannya kembali ke kantor, meski mereka sebenarnya memiliki produk untuk kerja jarak jauh dan virtual meeting, Rodriguez pun telah menyertakan pernyataannya.
"Kami akan terus memanfaatkan seluruh platform Zoom untuk menjaga karyawan kami dan tim yang tersebar tetap terhubung dan bekerja secara efisien," kata Rodriguez.
Langkah Zoom untuk kembali mengharuskan karyawan untuk work from office atau WFO pun juga terbilang lebih lambat dibandingkan beberapa perusahaan teknologi lainnya.
PHK Karyawan
Sebagai perbandingan, Google sudah meminta karyawannya di Amerika Serikat untuk kerja dari kantor tiga hari seminggu pada April 2022. Pekerja Apple di Bay Area juga harus kembali ke kantor tiga hari seminggu mulai September tahun lalu.
Sementara, karyawan Twitter alias X, sudah diminta kembali kerja dari kantor sejak Elon Musk mengambil alih perusahaan media sosial itu akhir tahun lalu.
Bulan Februari lalu, Zoom juga mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.300 karyawan, yang setara dengan 15 persen dari total tenaga kerja perusahaan.
Dalam sebuah memo kepada karyawan, CEO Zoom Eric Yuan mengindikasikan bahwa perusahaan menambah jumlah karyawan terlalu cepat di tengah pertumbuhan Zoom yang meroket saat pandemi, naik tiga kali lipat dalam dua tahun.
"Kami tidak mengambil waktu sebanyak yang seharusnya untuk menganalisis tim kami secara menyeluruh atau menilai apakah kami tumbuh secara berkelanjutan, menuju prioritas tertinggi," tulis Yuan sebagaimana dikutip dari Engadget, Rabu (8/2/2023).
Advertisement