INDEF: 74,8% Warganet Dukung WFH Jakarta Imbas Polusi Udara

INDEF mengungkapkan besaran pendapat masyarakat di media sosial terhadap kebijakan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) di Jakarta dan sekitarnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Agu 2023, 13:20 WIB
Tujuan WFH dan hybrid working juga diharapkan dapat mengurangi polusi udara. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi para pekerja ke kantor. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

 

Liputan6.com, Jakarta Analisis yang dilakukan oleh Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkapkan besaran pendapat masyarakat di media sosial terhadap kebijakan bekerja dari rumah atau Work From Home atau WFH Jakarta dan sekitarnya.

Seperti diketahui, DKI Jakarta tengah menanti kebijakan bekerja dari rumah atau Work From Home dalam upaya menekan polusi udara, yang sudah memasuki kategori paling buruk di dunia.

Data dari analisis Continuum INDEF menunjukkan, 74,8 persen publik mendukung kebijakan WFH di Jakarta.

"Meski kebijakan ini banyak didukung masyarakat, ada sebagian yang masih meragukan keefektifan solusi ini dan merasa WFH tidak memperbaiki akar masalah penyebab polusi," kata Data Analyst Continuum INDEF Maise Sagita, dalam Diskusi Publik Continuum INDEF, yang disiarkan secara daring pada Selasa (22/8/2023).

Analisis Continuum INDEF juga menunjukkan, 71 persen publik di media sosial meminta pemerintah untuk memperbanyak fasilitas transportasi umum yang ramah lingkungan.

"Meski kebijakan ini banyak didukung masyarakat, ada sebagian yang tetap merasa keberadaan PLTU yang menghasilkan polusi tetap perlu ditindak," jelas Maise.

Sebagai informasi, INDEF melakukan analisis pendapat masyarakat di media sosial, media dan buzzer free. Analisis ini mengumpulkan pendapat dari 44,268 pembicaraan, 35.590 akun media sosial,dan 85 persen pembicaraan berada di Pulau Jawa. Analis pendapat masyarakat yang dilakukan pada periode 21 Juli hingga 20 Agustus 2023 itu mencakup analis eksposur perbincangan, analisis sentimen, dan analisis topik perbincangan.

 


Dampak ke Pertumbuhan Ekonomi

Uji coba penerapan jam kerja bagi pegawai Pemprov DKI Jakarta itu ditetapkan setelah melalui berbagai pertimbangan pada focus group discussion (FGD). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Senada, Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus mengungkapkan, kebijakan WFH dapat mereduksi pertumbuhan ekonomi hingga 0,73 persen di DKI Jakarta.

Sementara itu, secara nasional, kebijakan WFH diprediksi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi hingga 0,2 persen.

"Jadi karena DKI Jakarta ini kan merupakan Barometer nasional, maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," jelas Ahmad.

"Kenapa WFH dapat disimulasikan? Karena pengeluaran masyarakat di kota-kota besar khususnya DKI Jakarta ini kan sebagian untuk keperluan transportasi. Dari 100 persen pengeluaran katakanlah 10 persen untuk transportasi.Kalau misalnya 10 persenya ini dikurangi, penyerapan tenaga kerja juga akan terkoreksi," paparnya.

Ahmad juga membeberkan contoh lain, yaitu WFH berpotensi mengurangi mobilitas masyarakat yang mengandalkan jasa transportasi online. Hal ini dapat menyebabkan upah rill pekerja di sektor tersebut menurun.

 


Bahaya, WFH ASN DKI Jakarta Bisa Turunkan Pertumbuhan Ekonomi

Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (10/5/2022). Pemerintah mengimbau masyarakat menerapkan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) selama satu hingga dua pekan ke depan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona COVID-19 usai libur Lebaran 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kebijakan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) bagi Aparatus Sipil Negara (ASN) DKI Jakarta dan sekitarnya memiliki sejumlah dampak. Kebijakan WFH ini memang bisa menurunkan polusi udara tetapi di lain sisi kebijakan ini juga bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Seperti diketahui, ASN DKI Jakarta sejak senin kemarin menjalankan kebijakan bekerja dari rumah atau Work From Home dalam upaya menekan polusi udara, yang sudah memasuki kategori paling buruk di dunia.

Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus mengungkapkan, WFH dapat mereduksi pertumbuhan ekonomi hingga 0,73 persen di DKI Jakarta. Sedangkan secara nasional, kebijakan WFH diprediksi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi hingga 0,2 persen.

"Jadi karena DKI Jakarta ini kan merupakan Barometer nasional, maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," jelas Ahmad dalam Diskusi Publik Continuum INDEF, yang disiarkan secara daring pada Selasa (22/8/2023).

"Kenapa WFH dapat disimulasikan? Karena pengeluaran masyarakat di kota-kota besar khususnya DKI Jakarta ini kan sebagian untuk keperluan transportasi. Dari 100 persen pengeluaran katakanlah 10 persen untuk transportasi.Kalau misalnya 10 persenya ini dikurangi, penyerapan tenaga kerja juga akan terkoreksi," paparnya.

Ahmad juga membeberkan contoh lain, yaitu WFH berpotensi mengurangi mobilitas masyarakat yang mengandalkan jasa transportasi online. Hal ini dapat menyebabkan upah rill pekerja di sektor tersebut menurun.

"Isu kesehatan yang ditimbulkan polusi udara memang penting. Tapi kita juga harus memerhatikan akar permasalahannya," ujarnya.

 


Kebijakan Jangka Pendek

Sebagai informasi, uji coba pengaturan jam kerja akan diberlakukan kepada pegawai Pemprov DKI Jakarta. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ahmad menyarankan, perlu kebijakan jangka pendek dan jangka panjang yang konsisten untuk penanganan polusi (emisi) di Jakarta.

Dalam jangka pendek, Kesehatan sangat penting untuk diperhatikan, karena ini merupakan aspek penting dalam ekonomi, katanya.

"Program transisi energi harus berjalan secara menyeluruh dan mendorong penciptaan ekosistem energi hijau dan ramah lingkungan," jelas Ahmad.

Dia juga menambahkan, transisi energi perlu dimulai dari hulu, menggunakan energi primer berbasis EBT sebagai bahan pembangkit listrik.

Infografis Jakarta Uji Coba WFH 50 Persen PNS 21 Agustus 2023. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya