Liputan6.com, Jakarta - Para awardee beasiswa LPDP diajak memahami pentingnya isu lingkungan dan gotong royong dalam berbisnis. Konsep-konsep itu dibahas oleh pebisnis Singgih Kartono pada acara Persiapan Keberangkatan (PK) 211 Nara Kelana LPDP di Jakarta, Senin (21/8).
Singgih merupakan pendiri Spedagi, sebuah merek sepeda bambu produksi Indonesia yang sudah dikenal dunia. Bambu yang menjadi komponen penting sepeda Spedagi membuat produk ini sebagai contoh bisnis yang hijau yang inovatif.
Advertisement
“Kami mempelajari banyak hal tentang material ini, mulai dari jenis bambu yang cocok, masa tanam, dan usia penggunaan paling tepat,” ujar Singgih di depan 284 awardee LPDP.
Bisnis Singgih juga memiliki aspek social entrepreneurship. Apa yang dilakukan oleh Singgih muncul karena keinginan untuk memberdayakan potensi desanya di Temanggung. Singgih kemudian membuat inovasi dengan memanfaatkan material bambu yang ada di desanya.
Berbekal pengetahuannya dalam mendesain produk, Singgih berhasil membuat terobosan berupa sepeda bambu yang sampai saat ini telah dikenal di berbagai negara seperti Amerika dan Jepang.
“Meskipun target pasarnya sudah mendunia, tetap saja bambu itu adalah material rakyat sehingga sudah selayaknya sepeda ini bisa diakses bersama. Namun. lagi-lagi kita butuh kerja sama atau gotong royong dengan para ahli dan komunitas di sekitar agar proses (produksi) yang dijalankan dapat efisien. Hal ini dapat mengarah pada pengurangan biaya,” lanjut Singgih.
Pengalamannya dalam mendirikan Spedagi membuat Singgih sadar bahwa kerja sama merupakan kunci substansial dalam berbisnis. Proses produksi dan manajemennya tidak hanya bertumpu pada pemilik maupun pemodal, tetapi juga pada para ahli seperti desainer dan perakit.
“Pelibatan ahli secara maksimal, bukan hanya terkesan seperti penjual-pembeli, akan memberikan gambaran yang lebih utuh. Segala aspek harus berjalan optimal, terutama dalam pematangan ide, peningkatan kualitas, dan kontrol produk. Di desa, gotong royong semacam ini lebih nampak biasanya,” ucap alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Ketahanan Lingkungan
Pengetahuan dan inovasi teknologi diharapkan membuat manusia semakin mencintai alam alih-alih mendegradasinya, oleh karena itu Singgih berharap para penerima beasiswa LPDP juga mampu mempertahankan lingkungan untuk kebaikan bersama.
“Semua bisnis atau usaha memerlukan momentum. Keberhasilan memperoleh beasiswa LPDP adalah momentum bagi kalian semua. Jadilah calon pemimpin masa depan bangsa dan ambillah langkah yang bermanfaat bagi sesama,” tegasnya.
Agus Maulidan, penerima beasiswa yang mengambil S2 di Environment and Sustainable Development di University of Glasgow, menyorot tentang akademisi yang fokus pada isu pembangunan dan lingkungan, ia menekankan bahwa semua aktivitas harus memperhatikan alam.
“Krisis iklim, kenaikan suhu secara signifikan, dan deretan bencana merupakan sinyal bahaya. Ketahanan lingkungan harus jadi nomor satu, termasuk dalam dunia bisnis,” pungkasnya.
Penerima beasiswa LPDP dalam negeri, Ganda Tua Hasiholan, juga mengapresiasi tema gotong royong dalam acara ini.
“Saya kira penekanan bisnis yang menghargai lingkungan dan berbasis gotong royong memang sangat penting. Menurut saya cocok dengan situasi sosial dan lingkungan di Indonesia,” ujar mahasiswa magister Ilmu Akuntansi Universitas Indonesia tersebut.
Advertisement