Liputan6.com, Jakarta Harga emas bergerak mendekati level terendah dalam lima bulan pada hari Selasa. Pergerakan harga emas ini karena penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.
Sementara fokus beralih ke simposium Jackson Hole yang dijadwalkan akhir pekan ini untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek suku bunga.
Advertisement
Dikutip dari CNBC, Rabu (23/8/2023), harga emas dunia di pasar spot naik tipis 0,2% pada USD 1,897.60. Namun masih bertahan di dekat level terendah USD 1,883.70 yang dicapai pada hari Jumat. Emas berjangka AS ditutup 0,2% lebih tinggi pada USD 1,926.00.
Imbal hasil Treasury AS 10-tahun yang menjadi tolok ukur mereda untuk hari ini. Namun, mereka masih mendekati level tertinggi 15 tahun mereka.
Sementara itu, membatasi kenaikan emas, dolar naik 0,3%, membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Sentimen Suku Bunga AS
Harga emas turun ke level terendah sejak Maret pekan lalu karena data ekonomi AS yang kuat meningkatkan spekulasi bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan imbal hasil obligasi, sehingga membuat emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik.
“The Fed akan tetap optimis di sini dan itu mungkin akan mendukung argumen bahwa mungkin The Fed harus melakukan lebih banyak pengetatan,” kata Edward Moya, analis pasar senior Amerika di OANDA.
Presiden Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan bank sentral AS perlu mempertahankan target inflasi 2% untuk memastikan kredibilitasnya tetap utuh di mata publik.
Analisa Harga Emas
Di sisi teknis, harga emas diperdagangkan di bawah rata-rata pergerakan 50, 100 dan 200 hari. Spekulan yang memperdagangkan sinyal teknikal menganggap penembusan di bawah moving average tersebut sebagai tanda bearish.
Indikasi sentimen, berkurangnya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS dan melonjaknya imbal hasil obligasi telah secara bertahap mengikis daya tarik dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang didukung oleh emas sebagai safe-haven.
“Dengan latar belakang ini, emas pasti akan kesulitan untuk keluar dari posisi defensif dalam waktu dekat. Meski begitu, sentimen saat ini sudah sangat bearish sehingga tidak perlu banyak upaya untuk memicu pemulihan harga,” kata Commerzbank dalam sebuah catatan.
Advertisement
Begini Prediksi Harga Emas Dunia Pekan Ini
Kenaikan imbal hasil obligasi dampak dari keputusan Federal Reserve (The Fed) mempertahankan kenaikan suku bunga yang agresif menciptakan lingkungan yang menantang bagi harga emas.
Sentimen beragam di pasar membuat harga emas diramal tidak akan mencapai posisi tinggi dalam waktu dekat.
Survei Emas Mingguan Kitco, seperti dikutip Senin (21/8/2023), menunjukkan jika Analis Wall Street menyebutkan harga emas bearish dalam waktu dekat. Sementara sentimen akan seimbang di antara investor ritel.
Ada harapan yang berkembang jika Bos Federal Reserve Jerome Powell, akan mempertahankan bias hawkish dan tingkat suku bunga akan tetap lebih tinggi lebih lama. Ini yang akan disampaikan pada retret tahunan bank sentral Jackson Hole pada pekan ini.
“Pasar sekarang menghargai kenaikan suku bunga AS dalam jangka waktu yang lama, sebuah dinamika yang mendukung dolar dan merupakan berita buruk bagi logam mulia. Terhadap latar belakang ini, harga emas kemungkinan akan tetap di bawah tekanan, dengan level support signifikan berikutnya di USD 1.875,” kata Ricardo Evangelista, Analis Senior di ActivTrades.
Menurut analis, kenaikan imbal hasil obligasi AS, yang mencapai tertinggi baru dalam 15 tahun tetap menjadi angin sakal yang signifikan untuk emas.
Mereka mencatat bahwa peluang kenaikan biaya emas ikut menarik aliran safe-haven karena ekonomi China yang melambat membuat para investor ketakutan.
"Hasil imbal berada pada tingkat yang mendukung kebijakan moneter Federal Reserve dan itu adalah lingkungan yang sulit bagi emas. Akan ada saatnya emas kembali menarik, tapi sekarang bukan waktunya," kata Ed Moya, Analis Pasar Senior di OANDA.
Tetap Netral
Terlepas dari perjuangan yang berat, Moya memprediksi harga emas akan netral pada pekan ini karena imbal hasil obligasi bisa mendekati puncaknya. Seraya menambahkan bahwa momentum penjualan emas tampaknya melambat.
"Agar tekanan jual emas tetap ada, imbal hasil obligasi global mungkin perlu melonjak lebih tinggi," tambah dia.
Namun, sebagian besar analis mengatakan harga emas yang lebih rendah lebih mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Pada pekan ini, 16 analis Wall Street berpartisipasi dalam Survei Emas Kitco. Di antara peserta, sepuluh analis, atau 63%, bersikap bearish pada haraga emas dalam waktu dekat.
Pada saat yang sama, dua analis, atau 13%, bersikap bullish untuk minggu depan, dan empat analis, atau 25%, melihat harga diperdagangkan sideways.
Sementara itu, 941 suara diberikan dalam jajak pendapat online. Dari jumlah tersebut, 415 responden, atau 44%, memperkirakan emas akan naik minggu depan. 386 lainnya, atau 41%, mengatakan akan lebih rendah, sementara 140 pemilih, atau 15%, netral dalam waktu dekat.
Advertisement