Tertekan USD, Kurs Rupiah Loyo ke Level 15.320 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah loyo pada Rabu pagi. Kurs rupiah melemah 0,03 persen atau 4 poin menjadi 15.320 per dolar AS dari sebelumnya 15.316 per dolar AS.

oleh Septian Deny diperbarui 23 Agu 2023, 10:45 WIB
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah loyo pada Rabu pagi. Kurs rupiah melemah 0,03 persen atau 4 poin menjadi 15.320 per dolar AS dari sebelumnya 15.316 per dolar AS.

Analis pasar uang Lukman Leong memperkirakan kurs rupiah masih di bawah tekanan dolar Amerika Serikat (AS) karena investor mengantisipasi pernyataan hawkish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam Simposium Jackson Hole akhir minggu ini.

“Powell diperkirakan akan kembali menekankan bahwa inflasi masih tinggi dan The Fed masih perlu bekerja keras untuk menurunkannya,” ujar Lukman Leong dikutip dari Antara, Rabu (23/8/2023).

Lebih lanjut, keadaan China disebut tidak mendukung rupiah mengingat ada perlambatan ekonomi yang semakin nyata di negara tersebut.

Suku Bunga

Minggu ini, katanya, China menurunkan suku bunga pinjaman 10 basis points (bps) atau di bawah harapan pasar sebesar 15 bps. “(Hal ini) membawa Yuan melemah ke level terendah dalam 16 tahun terhadap dolar AS,” ungkap Lukman.

Meninjau keadaan dalam negeri, data neraca transaksi berjalan Indonesia menunjukkan defisit pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.

Transaksi berjalan mengalami defisit sebesar 1,9 miliar dolar AS setelah membukukan surplus 3,0 miliar dolar AS pada kuartal sebelumnya.

“Investor menantikan pertemuan BI (Bank Indonesia) Kamis (24/8) untuk pernyataan (Gubernur) BI mengenai langkah menstabilkan nilai tukar rupiah,” ucap dia.

Dolar AS menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) karena para pedagang fokus pada Simposium Ekonomi Jackson Hole yang akan diadakan 24-26 Agustus, dan mengantisipasi pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell di tengah kehadiran banyak bank sentral dan pemimpin ekonomi.

 


Tinggalkan Dolar AS, Bank Indonesia Pede ASEAN Lebih Tahan Banting

Teller tengah menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) terus mendorong misi penggunaan mata uang lokal dalam transaksi atau local currency transaction (LCT) pada keketuaan Indonesia di ASEAN 2023. Sehingga tiap negara Asean tak perlu repot melakukan konversi ke dolar Amerika Serikat dalam perdagangan bilateral.

Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia Rudy Brando Hutabarat mengatakan, pemanfaatan LCT merupakan salah satu dari tiga agenda prioritas yang dibawa Bank Indonesia dalam ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) pada 22-25 Agustus 2023.

Adapun dua agenda prioritas lain yakni mendorong bauran kebijakan untuk urusan moneter, dan penggunaan konektivitas sistem pembayaran antar negara ASEAN semisal dengan QRIS.

Rudy meyakini, pemanfaatan LCT bakal mengurangi ketergantungan terhadal dolar AS. Sehingga itu akan menurunkan biaya transaksi bilateral antar negara kawasan.

"Karena penggunaan LCT itu sekarang transaksi menjadi lebih efisien. Jadi dari transaksinya bukan saja transaksi sekarang, misal dengan Malaysia tidak dulu konversi ke dolar AS baru kemudian ringgit, tapi bisa langsung menjadi rupiah," jelasnya dalam acara ASEAN Fest 2023 di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (22/8/2023).

 


Efisiensi Biaya

Karyawan bank menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sehingga, ia menambahkan, efisiensi biaya itu pun bakal ikut mengerek produktivitas negara Asean. Alhasil, pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara juga akan turut terdongkrak.

"Dan, ini membuat transaksi efisien. Kalau transaksi efisien maka produktivitas akan meningkat. Kalau produktivitas akan meningkat, maka tentunya pertumbuhan ekonomi negara kawasan akan semakin meningkat," imbuhnya.

Dengan demikian, imbuh Rudy, pemanfaatan LCT bakal membuat diversifikasi mata uang dalam bertransaksi. Hasilnya, harga suatu produk akan lebih tahan banting dalam menghadapi gejolak nilai tukar mata uang terhadap dolar AS. "Jadi seperti yang kita ketahui, kalau diversifikasi dilakukan maka risiko akan semakin menurun," pungkas Rudy.

Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya