Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melonjak pada sesi pertama perdagangan saham Rabu (23/8/2023). Penguatan harga saham GIAA terjadi di tengah kabar grup Garuda Indonesia diusulkan merger dengan Pelita Air.
Dikutip data RTI, pada perdagangan pukul 11.09 WIB, saham GIAA melonjak 9,59 persen ke posisi Rp 80 per saham. Saham GIAA dibuka naik empat poin ke posisi Rp 77 per saham. Saham GIAA berada di level tertinggi Rp 80 dan terendah Rp 74 per saham.
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham 10.151 kali dengan volume perdagangan 7.250.740 lot saham. Nilai transaksi Rp 86,9 miliar.
Saham GIAA menguat usai Menteri BUMN Erick Thohir membuka peluang untuk menggabungkan maskapai pelat merah. Hal itu menyasar Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air.
Dikutip dari Kanal Bisnis Liputan6.com, Erick Thohir menuturkan langkah merger maskapai ini untuk menekan biaya logistik yang ada. Sebelumnya, proses merger untuk menekan biaya logistik juga terjadi di tubuh Pelindo.
"BUMN terus menekan logistic cost. Pelindo dari 4 (perusahaan) menjadi 1. Sebelumnya, logistic cost mencapai 23 persen, sekarang jadi 11 persen. Kita juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," ungkap dia saat berbincang dengan diaspora di Tokyo, Jepang, dikutip dari keterangannya, ditulis Selasa, 22 Agustus 2023.
Pada konteks biaya logistik dan maskapai, Erick menyampaikan Indonesia saat ini kekurangan 200 uni pesawat. Hitungan ini merupakan perbandingan antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Dia menyebut, AS saat ini telah mengoperasikan 7.200 pesawat di rute domestiknya untuk menopang 300 juta populasi yang rata-rata (pendapatan per kapitanya mencapai USD 40 ribu.
Sementara di Indonesia terdapat 280 juta penduduk yang memiliki GDP USD 4.700. Itu berarti Indonesia membutuhkan 729 pesawat. Padahal sekarang, Indonesia baru memiliki 550 pesawat.
"Jadi perkara logistik kita belum sesuai," ujar Erick.
, langkah merger maskapai ini untuk menekan biaya logistik yang ada. Sebelumnya, proses merger untuk menekan biaya logistik juga terjadi di tubuh Pelindo.
Respons Garuda Indonesia
Sebelumnya, manajemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) buka suara mengenai kabar rencana merger bisnis grup Garuda Indonesia dengan Pelita Air.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan, hingga saat ini proses diskusi terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut masih terus berlangsung intensif.
"Garuda Indonesia Group tentunya akan mendukung dan memandang positif upaya wacana merger tersebut yang tentunya akan dilandasi dengan kajian outlook bisnis yang prudent,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (22/8/2023).
Advertisement
Masih Tahap Awal
Adapun mengenai rencana pengembangan sendiri, ia mengatakan, masih dalam tahap awal. "Kami tengah mengeksplorasi secara mendalam atas berbagai peluang sinergi bisnis yang dapat dihadirkan untuk bersama-sama dapat mengoptimalkan aspek profitabilitas kinerja yang sekaligus memperkuat ekosistem bisnis industri transportasi udara di Indonesia guna membawa manfaat berkelanjutan bagi masyarakat,” ujar dia.
Ia menambahkan, hal tersebut turut menjadi sinyal positif bagi upaya penguatan fundamental kinerja perusahaan khususnya pascarestrukturisasi yang terus dioptimalkan melalui berbagai langkah akseleratif transformasi kinerja bersama pelaku industri aviasi Indonesia.
"Oleh karenanya, mengenai mengenai proyeksi dari proses merger ini tentunya akan terus kami sampaikan secara berkelanjutan sekiranya terdapat tindak lanjut penjajakan yang lebih spesifik atas realisasi rencana strategis tersebut,” kata dia.