Harga Saham GIAA dan GMFI Melambung Usai Rencana Merger Maskapai BUMN, Ini Kata Analis

Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT Garuda Maintenance Facility Agro Asia Tbk (GMFI) menguat pada perdagangan Rabu, 23 Agustus 2023. Lalu apakah saham GIAA masih menarik?

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Agu 2023, 06:30 WIB
Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) melonjak signifikan pada perdagangan saham Rabu, 23 Agustus 2023(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) melonjak signifikan pada perdagangan saham Rabu, 23 Agustus 2023. Kenaikan harga saham GIAA dan GMFI terjadi di tengah rencana merger grup Garuda Indonesia dengan Pelita Air.

Dikutip dari data RTI, Kamis (24/8/2023), harga saham GIAA terbang 9,59 persen ke posisi Rp 80 per saham. Saham GIAA dibuka naik empat poin ke posisi Rp 77 per saham. Saham GIAA berada di level tertinggi Rp 80 dan terendah Rp 74 per saham. Total frekuensi perdagangan 10.935 kali dengan volume perdagangan 7.501.151 saham. Nilai transaksi Rp 58,9 miliar.

Sementara itu, harga saham GMFI melambung 9,86 persen ke posisi Rp 78 per saham. Saham GMFI dibuka naik satu poin ke posisi Rp 72 per saham. Saham GMFI berada di level tertinggi Rp 78 dan terendah Rp 71 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.464 kali dengan volume perdagangan 431.074 lot saham. Nilai transaksi Rp 3,3 miliar.

Penguatan harga saham GIAA dan GMFI di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik terbatas 0,07 persen ke posisi 6.921,41. IHSG berada di level tertinggi 6.959,43 dan terendah 6.920,17.

Sebanyak 264 saham menguat dan 257 saham melemah. 222 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.136.893 kali dengan volume perdagangan 22,8 miliar saham.  Nilai transaksi Rp 10,3 triliun.

Saham GIAA dan GMFI melambung setelah Menteri BUMN Erick Thohir membuka peluang untuk menggabungkan maskapai pelat merah. Hal itu menyasar Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air.

 


Masih Tahapan Awal

Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, Provinsi Aceh pada 13 Juli 2021. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, harga saham GIAA naik dipengaruhi akan adanya rencana merger maskapai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di antaranya Garuda Indonesia, Pelita Air dan Citilink Ia menilai merger itu untuk adanya efisiensi dan menurunkan biaya logistic. Meski demikian, rencana merger masih tahap awal. Herdtiya menilai, merger maskapai BUMN tersebut akan berdampak positif.

“Ya tentu saja menjadi dampak yang positif. Di mana akan adanya efisiensi dan turunnya biaya logistik sehingga diharapkan kinerjanya akan menjadi lebih baik,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Terkait pergerakan harga saham GIAA, Herditya melihat secara teknikal, dalam jangka pendek masih menarik. “Karena sudah break dari area resistance di 74, namun demikian investor tetap harus mencermati dari sisi volumenya yang baru dalam tiga hari belakangan ini cukup aktif,” ujar dia.


Rencana Merger Grup Garuda Indonesia dan Pelita Air

Pesawat Garuda terparkir di landasan pacu Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu (17/11/2021). Maskapai Garuda Indonesia akan menutup 97 rute penerbangannya secara bertahap hingga 2022 mendatang bersamaan dengan proses restrukturisasi yang tengah dilakukan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dikutip dari Kanal Bisnis Liputan6.com, Menteri BUMN Erick Thohir menuturkan  langkah merger maskapai BUMN yang libatkan Garuda Indonesia, Pelita Air dan Citilink untuk menekan biaya logistik yang ada. Sebelumnya, proses merger untuk menekan biaya logistik juga terjadi di tubuh Pelindo.

"BUMN terus menekan logistic cost. Pelindo dari 4 (perusahaan) menjadi 1. Sebelumnya, logistic cost mencapai 23 persen, sekarang jadi 11 persen. Kita juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," ungkap dia saat berbincang dengan diaspora di Tokyo, Jepang, dikutip dari keterangannya, ditulis Selasa, 22 Agustus 2023.

Pada konteks biaya logistik dan maskapai, Erick menyampaikan Indonesia saat ini kekurangan 200 uni pesawat. Hitungan ini merupakan perbandingan antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Dia menyebut, AS saat ini telah mengoperasikan 7.200 pesawat di rute domestiknya untuk menopang 300 juta populasi yang rata-rata (pendapatan per kapitanya mencapai USD 40 ribu.

Sementara di Indonesia terdapat 280 juta penduduk yang memiliki GDP USD 4.700. Itu berarti Indonesia membutuhkan 729 pesawat. Padahal sekarang, Indonesia baru memiliki 550 pesawat.

"Jadi perkara logistik kita belum sesuai," ujar Erick.

, langkah merger maskapai ini untuk menekan biaya logistik yang ada. Sebelumnya, proses merger untuk menekan biaya logistik juga terjadi di tubuh Pelindo.

Erick juga mengambil contoh, merger Pelindo secara resmi telah terlaksana, dengan ditandatanganinya Akta Penggabungan empat BUMN Layanan Jasa Pelabuhan.

Keempatnya adalah Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia I, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia III, dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia IV. Mereka melebur kedalam Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia II yang menjadi surviving entity.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya