Kecanggihan AI Bantu Wanita yang Lumpuh karena Stroke di AS Mampu 'Bicara' Lagi

Stroke yang dialami Johnson membuatnya tak mampu bicara selama bertahun-tahun. Hal inilah yang membuatnya turut serta dalam uji coba AI untuk mentransfer sinyal dari otak agar bisa menyampaikan isi hati.

oleh Diviya Agatha diperbarui 25 Agu 2023, 09:00 WIB
Tim peneliti di Amerika Serikat menguji coba pasien stroke agar bisa mengungkapkan lagi isi hatinya melalui bantuan Artificial Intelligence (AI) yang mentransfer sinyal otak ke komputer. (Kredit: Gerd Altmann from Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Kecanggihan dari kecerdasan buatan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Artificial Intelligence (AI) semakin terlihat. Kini, AI membantu wanita yang lumpuh usai mengalami stroke di Amerika Serikat mengungkapkan isi hatinya.

Ann Johnson (48) tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun selama bertahun-tahun belakangan usai terkena stroke. Hal itu membawa Johnson menjadi bagian dari uji coba prosedur AI menggunakan 253 elektroda yang ditanamkan di otak.

Elektroda tersebut dihubungkan ke komputer melalui sambungan port kecil yang ditempelkan pada area di kepala, tepatnya pada bagian otak tempat di mana ucapan manusia diproses. Fungsinya untuk mencegat sinyal yang ada di otak dan mengirimkan itu ke komputer yang terhubung.

Avatar AI yang dipilih oleh Johnson dan muncul pada layar komputer kemudian bisa membantu mengungkapkan apa yang apa dalam pikirannya. Bahkan, suara yang keluar dari layar itu menggunakan salinan suara yang direkam beberapa tahun lalu saat pernikahan Johnson.

Bantuan AI untuk Hidup Manusia

Ketua bedah saraf di University of California San Francisco (UCSF), Dr Edward Chang yang terlibat dalam prosedur AI ini menyebut bahwa pihaknya hanya berusaha untuk memulihkan manusia.

"Kami hanya mencoba memulihkan siapa manusia sebenarnya," kata Edward mengutip keterangannya pada laman New York Times, Kamis (24/8/2023).

Canggihnya lagi, avatar Johnson versi AI itu dibuat dapat mengedipkan mata dan menggunakan ekspresi wajah seperti sedang tersenyum.

Selain itu, avatar AI milik Johnson juga bisa mengerucutkan bibir dan mengangkat alis seolah-olah tampak lebih hidup bak manusia sungguhan.


Hal yang Diucapkan Avatar AI Milik Pasien Stroke di AS

Tim peneliti di Amerika Serikat menguji coba pasien stroke agar bisa mengungkapkan lagi isi hatinya melalui bantuan Artificial Intelligence (AI) yang mentransfer sinyal otak ke komputer. (Credit: Kaspersky)

Johnson merupakan seorang guru matematika di sekolah menengah yang aktif sebagai pelatih bola voli dan basket. Johnson pernah menikah dan memiliki dua anak ketika stroke membuatnya menjadi lumpuh.

Setelah bertahun-tahun menjalani pengobatan, Johnson secara bertahap bisa menggerakan lagi tubuhnya dan membuat ekspresi wajah. Namun, Johnson tidak bisa berbicara dan harus diberi makan melalui selang.

"Tidak bisa memeluk dan mencium anak-anak saya sangat menyakitkan. Tapi itulah kenyataan bagi saya," ujar Johnson.

"Putri saya dan saya suka cupcake," sambungnya lagi dalam versi AI.


Percobaan Pertama AI dari Sinyal Otak

Tim peneliti di Amerika Serikat menguji coba pasien stroke agar bisa mengungkapkan lagi isi hatinya melalui bantuan Artificial Intelligence (AI) yang mentransfer sinyal otak ke komputer. (Dok: apnews.com)

Tim dari UCSF dan University of California Berkeley mengungkapkan bahwa uji coba tersebut menjadi yang pertama ucapan dan ekspresi wajah dikirim melalui sinyal otak dalam bentuk AI.

Sebelumnya, untuk melatih sistem AI, Johnson sendiri perlu mengulangi frasa berbeda dari 1.024 kata secara diam-diam hingga komputer bisa mengenali pola aktivitas otak dengan setiap suara yang keluar.

Itulah mengapa hasil akhir suara yang muncul bisa seperti pada pemaparan di atas.


Tujuan Uji Coba Pengulangan Frasa untuk AI

Tim peneliti di Amerika Serikat menguji coba pasien stroke agar bisa mengungkapkan lagi isi hatinya melalui bantuan Artificial Intelligence (AI) yang mentransfer sinyal otak ke komputer. (Credit Gertruda Valaseviciute/Unsplash)

Sean Metzger selaku pengembang Program Bioengineering bersama di UC Berkeley dan UCSF mengungkapkan bahwa akurasi, kecepatan, dan kosa kata pada program untuk AI itu sangat penting.

"Inilah yang memberi penggunanya memiliki potensi, pada waktunya, untuk berkomunikasi hampir secepat kita, dan melakukan percakapan yang lebih naturalistik dan normal," kata Sean.

Edward menambahkan, tujuannya dalam uji coba ini hanya untuk mengembalikan cara berkomunikasi yang utuh dan nyata bagi pasien yang membutuhkannya.

"Tujuan kami adalah mengembalikan cara berkomunikasi yang utuh dan nyata, yang merupakan cara paling alami bagi kami untuk berbicara dengan orang lain. Kemajuan ini membawa kita lebih dekat untuk menjadikan ini solusi nyata bagi pasien," pungkasnya.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya