Liputan6.com, Bekasi - Sebanyak 3.618 hektare lahan persawahan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat terdampak kekeringan. Kondisi ini membuat cemas ribuan petani karena terancam gagal tanam.
Wilayah terdampak kekeringan di antaranya tersebar di tiga desa, yakni Desa Jayabakti, Cabangbungin, Desa Sukaringin, Sukawangi dan Desa Pantai Harapan Jaya, Muaragembong.
Advertisement
Beragam faktor penyebab kekeringan, salah satunya sampah yang menumpuk di sepanjang aliran Bendungan Srengseng Hilir (BSH) di Desa Kalijaya. Mayoritas sampah merupakan sampah domestik dan batang kayu yang menyebabkan penyumbatan aliran air.
Mirisnya, kondisi ini belum mendapat penanganan serius dari dinas terkait. Petani setempat terpaksa memindahkan sampah-sampah yang menumpuk di kali secara manual, untuk mengalirkan air ke area persawahan.
Para petani tak bisa berbuat banyak karena keterbatasan alat. Bagi mereka yang penting sawah bisa teraliri air meski tak maksimal untuk keseluruhan area.
"Ini sudah berhari-hari kaya gini (mengangkut sampah), ini memang rutinitas. Karena kita gak punya alat, jadi manual, yang penting air ngalir," kata Toyang, salah satu petani yang terdampak kekeringan kepada Liputan6.com, Kamis (24/8/2023).
Meski lelah, namun hanya itu cara yang bisa dilakukan para petani saat ini untuk mencegah gagal tanam. Mereka pun sangat berharap perhatian pemerintah daerah untuk secepatnya mengatasi kekeringan tersebut.
"Petani di Bekasi (bagian) utara ini ada 16 desa (di) 6 kecamatan, kami memohon kepada Pemkab Bekasi, khususnya dinas air, BBWS Citarum untuk melancarkan aliran air BSH karena memang sungai tersebut harapan satu-satunya para petani," imbuh Bosin, petani lainnya.
Penyebab Sawah Kekeringan di Bekasi
Sementara itu, Ketua Penggerak Gotong Royong (PGR) wilayah Kabupaten Bekasi bagian utara, Zainuddin mengatakan area persawahan yang terdampak kekeringan di tiga desa di wilayah Kabupaten Bekasi bagian utara mencapai 450 hektare.
Menurutnya, kekeringan yang melanda ketiga desa disebabkan beragam faktor. Penyebab utamanya, yakni jebolnya Bendungan Slengser Hilir sehingga membuat air tumpah ke kali Cikarang Bekasi Laut (CBL).
"Hal ini sepertinya sudah bertahun-tahun dan warga serta aparatur pemerintah setempat sudah memohon kepada BBWS Cilicis untuk segera membongkar bendungan dan menggantinya dengan pintu buka tutup. Tapi sampai saat ini belum ada realisasinya," paparnya.
Faktor lainnya, lanjut Zainuddin, juga disebabkan sampah yang menumpuk di sepanjang bantaran BSH. Sampah-sampah tersebut membuat aliran air tersumbat sehingga tak bisa mengairi sawah.
"Bahkan di wilayah kerja UPTD LH di Kampung Gambar, Sukawangi ini ada tumpukan sampah di kali sepanjang 500 meter dan ketebalan mencapai setengah meter, membuat air tidak bisa mengalir," ungkapnya.
Zainuddin berharap kondisi ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pertanian, Dinas Sumber Daya Air dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi. Pasalnya, ini menyangkut kelangsungan nasib ribuan petani yang terancam gagal tanam.
"Kami mohon kepada dinas terkait untuk menurunkan alat berat untuk mengangkut sampah-sampah tersebut. Dan untuk Dinas Pertanian kami mohon untuk survei ke lokasi dan memberikan solusi bagi para petani," tutupnya.
Advertisement
Tak Dapat Pasokan Air dari Saluran Irigasi
Kekeringan lahan persawahan di Kabupaten Bekasi, diketahui meluas hingga mencapai lebih dari 3.618 hektare. Kondisi ini disebabkan fenomena El Nino yang berdampak mengurangi curah hujan sehingga ketersediaan air petani berkurang.
"Kita terima data per 16 Agustus 2023 itu ada 3.618,5 hektare yang terdampak kekeringan di 21 kecamatan," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Eem Embang Lesmanasari.
Menurutnya, ribuan hektare sawah mengering lantaran tak mendapatkan pasokan air dari saluran irigasi. Hal ini diyakini dapat menyebabkan petani gagal tanam jika kekeringan terus berkepanjangan.
"Saat ini (usia tanam) antara 30 sampai 40 hari, jadi masih masuk tanam. Kalau kondisi seperti ini berkepanjangan, maka akan gagal tanam," ujar Eem.
Eem mengaku Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mencari cara memenuhi pasokan air di area persawahan terdampak.
"Kita sudah mengadakan rapat dengan komisi irigasi, ada PJT II Jatiluhur, BBWS dan PSDA Bidang Pengairan. Juga sudah melakukan mitigasi ke yang memiliki kewenangan untuk memberikan air," ungkapnya.
Selain itu, lanjut Eem, pihaknya juga menggenjot perbaikan saluran air di setiap kecamatan yang mengalami pendangkalan.
"Petani juga melakukan padat karya ketika ada pendangkalan pada aliran air sekunder untuk lahan sawah. Ya semoga dampak kekeringan ini tidak berkepanjangan," tandasnya.