Liputan6.com, Jakarta Gunung Tambora juga disebut Gunung Tamboro, yaitu gunung berapi di pantai utara pulau Sumbawa, Indonesia yang sempat mengalami letusan terbesar dalam sejarah pada April 1815. Saat ini tingginya mencapai 2.851 meter setelah kehilangan sebagian besar puncaknya akibat letusan tahun 1815.
Mengutip dari laman Britannica, Jumat (25/8/2023), Gunung Tambora tetap aktif, letusan gunung yang lebih kecil terjadi pada 1880 dan 1967, dan episode peningkatan aktivitas seismik terjadi pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Letusan dahsyat Tambora dimulai pada 5 April 1815 dengan getaran kecil dan alitan piroklastik.
Advertisement
Ledakan dahsyat menghancurkan gunung itu pada malam hari tanggal 10 April. Ledakan, aliran piroklastik, serta tsunami yang terjadi setelahnya menewaskan sedikitnya 10 ribu penduduk pulau dan menghancurkan rumah 35.000 lainnya.
Sebelum letusannya, Gunung Tambora tingginya sekitar 4.300 meter. Setelah letusan berakhir, kaldera yang membentang sekitar 6 km tetap ada. Banyak ahli vulkanologi menganggap letusan Gunung Tambora sebagai peristiwa vulkanik terbesar dan paling merusak dalam sejarah, mengeluarkan sebanyak 150 km kubik (kira-kira 36 mil kubik) abu, batu apung dan batuan lainnya, serta aerosol termasuk sekitar 60 megaton letusan Gunung Tambora.
Masih banyak hal mengenai Gunung Tambora selain mengenai letusannya yang dahsyat pada 1815. Berikut enam fakta menarik Gunung Tambora yang dirangkum Liputan6.com pada Kamis, 24 Maret 2023.
1. Salah Satu Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia
Gunung Tambora merupakan salah satu gunung berapi tertinggi di Indonesia. Meskipun tidak aktif selama berabad-abad, letusan ini dikenal sebagai letusan paling mematikan dalam sejarah modern yang terjadi pada tahun 1815. Dampak dari letusan tersebut terasa selama bertahun-tahun berikutnya di seluruh dunia, meskipun letusan tersebut juga menginspirasi berbagai seniman dan penemu.
2. Termasuk Gunung Stratovolcano Aktif
Gunung berapi strato dicirikan oleh puncak berbentuk kerucut dan terbuat dari beberapa lapisan lava dan tephra yang mengeras. Gunung berapi ini juga dianggap sebagai gunung berapi yang paling mematikan dari semua jenis gunung berapi.
Sekitar 12.000 kematian terjadi akibat langsung dari letusan. Lebih dari 50.000 orang menjadi korban kelaparan, penyakit bronkial, dan tsunami yang disebabkan oleh letusan gunung berapi. Seluruh vegetasi di wilayah tersebut mati akibat aliran lahar, dan abu yang berjatuhan menyebabkan berbagai masalah pernapasan di antara para penyintas letusan.
3. Suara Letusan Terdengar hingga Jarak 1.400 Kilometer
Letusan 5 April terdengar dalam jarak 1.400 kilometer. Pasukan Inggris yang ditempatkan di Jawa, sebuah pulau di Indonesia, salah mengira suara ledakan itu sebagai tembakan meriam. Mereka dikirim untuk menyelidiki dan menangkis serangan terhadap pos terdekat yang diperkirakan sedang berlangsung..
Advertisement
4. Menyapu Bersih Desa Tambora
Letusan tanggal 10 April 1815, yang lebih dahsyat dari letusan sebelumnya, menyapu bersih desa Tambora. Aliran lahar yang meletus dari gunung berapi tersebut tercatat oleh para saksi sebagai "api cair".
Letusan tersebut menurunkan puncak Gunung Tambora dari 4.300 meter menjadi 2.851 meter, sehingga menyisakan kaldera selebar 6 kilometer di tempatnya. Sebelum terjadi letusan, Gunung Tambora merupakan puncak tertinggi di kepulauan Indonesia.
5. Letusan 1815 Menyebabkan Musim Dingin Vulkanik
Letusan tahun 1815 menyebarkan 150 kilometer kubik batu apung, abu, dan aerosol ke atmosfer.Diperkirakan 60 megaton belerang tersebar selama letusan.Banyaknya abu yang tersebar saat letusan menutupi Asia Tenggara dalam kegelapan selama tujuh hari.
Letusan tahun 1815 menyebabkan musim dingin vulkanik. Tahun 1816 disebut sebagai tahun tanpa musim panas karena abu vulkanik menghalangi sinar matahari menembus atmosfer. Suhu global dalam beberapa tahun berikutnya turun 0,4—0,7 derajat Celcius. Tahun tanpa musim panas menginspirasi novelis Inggris Mary Shelley untuk menulis “Frankenstein; atau Prometheus Modern.”
6. Letusan 1815 Menyebabkan Penemuan sSpeda
Letusan tahun 1815 diklasifikasikan sebagai VEI-7.VEI—Volcanic Explosivity Index—indeks ledakan gunung berapi skala 1–8 menggambarkan letusan tahun 1815 sebagai letusan super-kolosal. Di antara letusan-letusan yang tercatat dalam sejarah modern, seperti Cumbre Vieja (2021), Vesuvius (79), Gunung St. Helens (1980), Krakatau (1883), atau Gunung Pinatubo (1991), sejauh ini letusan Gunung Tambora merupakan satu-satunya letusan VEI- 7.
Musim dingin vulkanik tahun 1816 mempengaruhi seluruh dunia. Letusan Gunung Tambora menutupi bumi dengan lapisan abu yang tidak dapat ditembus, sehingga mematikan pohon buah-buahan, tanaman pangan, dan ternak. Harga sembako naik lebih dari 700 persen sehingga masyarakat kesulitan memberi makan kuda, alat transportasi utama di abad ke-19. Hal ini mendorong penemu Jerman, Karl von Drais, untuk membuat mesin transportasi yang memungkinkan manusia melakukan perjalanan tanpa menggunakan kuda.
Advertisement