Mengenal Chandrayaan-3, Wahana Antariksa India yang Mendarat di Bulan dan Cetak Sejarah Dunia

India sukses mendaratkan pesawat antariksanya yang membawa rover bulan Chandrayaan-3 ke kutub selatan bulan. Hal ini pun membawa India mencatatkan sejarah dunia.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 25 Agu 2023, 08:06 WIB
India sukses daratkan pesawat luar angkasa Chandrayaan-3 ke Bulan (ISRO)

Liputan6.com, Jakarta - Pendaratan misi antariksa milik India, Chandrayaan-3 ke kutub selatan Bulan dirayakan oleh dunia. Pasalnya, Chandrayaan-3 berhasil mendarat di dekat wilayah kutub selatan.

Chandrayaan-3 pun menjadi wahana antariksa pertama yang berhasil mencapai wilayah kutub selatan bulan, hingga saat ini.

Hal tersebut membuat India berhasil cetak sejarah baru, sebagai negara pertama yang mendaratkan wahananya di kutub selatan bulan.

Pasalnya, selama ini hanya Amerika Serikat, Tiongkok, dan bekas Uni Soviet yang berhasil melakukan pendaratan dengan mulus di bulan. Namun dari negara-negara tersebut, belum ada yang berhasil mencapai ke wilayah kutub selatan bulan seperti Chandrayaan-3.

Lantas apa itu Chandrayaan-3 dan apa misi yang bakal dilakukannya di bulan?

Mengutip Reuters, Jumat (25/8/2023), Chandrayaan-3 adalah wahana antariksa berjenis rover pendarat bulan.

Pendarat Chandrayaan-3 memiliki tinggi sekitar 2 meter dengan bobot lebih dari 1.700 kg, seukuran mobil SUV. Pada kendaraan inilah, terdapat pendarat bulan berukuran lebih kecil, yakni 26 Kg untuk menjelajah bulan.

Sementara itu, The Indian Express menjelaskan, wahana antariksa ini didaratkan dengan lembut alias soft landing ke permukaan bulan.

Pendaratan dengan lembut berarti wahana mendarat dengan kecepatan yang lembut dan terkendali agar tidak menimbulkan kerusakan pada pesawat luar angkasa maupun pendarat bulan yang dibawanya.

Menurut badan antariksa India, penting bagi India untuk mendaratkan wahana antariksanya dengan halus untuk mendemonstrasikan pendaratan yang aman dan lancar, dengan begitu rover tersebut bisa menjelajah dan berkeliling bulan untuk melakukan eksperimen ilmiah.

Nah, baru kemarin, Rabu 24 Agustus 2023, Chandrayaan-3 sukses mendarat di wilayah kutub selatan bulan, pada ketinggian 70 derajat.

India sebelumnya punya misi serupa, yakni Chandrayaan-2 yang rencananya mendarat di bulan 2019 lalu, namun tidak berhasil melakukan soft landing dan hilang kontak.


Misi Chandrayaan-3

India telah mendaratkan pesawat ruang angkasa di dekat kutub selatan bulan, sebuah wilayah yang belum dipetakan yang diyakini para ilmuwan dapat menyimpan cadangan penting air beku dan unsur-unsur berharga, seiring dengan semakin kuatnya negara ini dalam bidang ruang angkasa dan teknologi. (AP Photo/Aijaz Rahi)

Reuters menyebut, Chandrayaan-3 punya tujuan di kutub selatan bulan untuk melakukan penelitian dan pengambilan sampel di sana.

Pasalnya, lokasi ini dipercaya sebagai wilayah bulan yang memiliki kandungan air es atau air yang beku.

Air yang beku ini dinilai bisa menjadi sumber oksigen, bahan bakar untuk misi bulan selanjutnya, atau bahkan untuk mendukung adanya koloni di bulan.

Dengan pendaratan lembut yang sukses, Chandrayaan-3 diharapkan bisa berfungsi selama dua minggu.

Saat itulah rover tersebut menjalankan sederetan eksperimen, termasuk melakukan analisis spectrometer terhadap komposisi mineral di permukaan bulan.


Sulitnya pendaratan di kutub bulan

Selain Amerika Serikat dan China, ada Jepang dan Rusia yang memiliki misi penempatan robot di Bulan pada tahun ini. (AP Photo/Aijaz Rahi)

Sejumlah pesawat antariksa milik negara-negara lain, meski berhasil mendarat di bulan, belum pernah ada yang mendarat di wilayah kutub selatan. Pesawat milik Tiongkok, Amerika Serikat, hingga bekas Uni Soviet itu semua mendarat di dekat ekuator Bulan karena lebih mudah dan aman mendarat di sana.

Medan dan suhu di wilayah ekuator bulan dinilai lebih kondusif untuk pengoperasian instrumen dalam waktu lebih lama dan berkelanjutan. Sinar matahari juga ada di sana, sehingga menawarkan pasokan energi untuk instrumen bertenaga surya.

Sementara wilayah di kutub bulan berbeda. Wilayah ini begitu gelap, tanpa sinar matahari. Suhu di sana pun bisa mencapai di bawah 230 derajat celsius sehingga menimbulkan kesulitan dan mengoperasikan instrumen. Selain itu juga terdapat kawah besar di mana-mana.

Akibatnya, kutub bulan masih belum dijelajahi, suhu sangat dingin bisa membuat segala sesuatu yang terperangkap di sana bakal membeku seiring berjalannya waktu.

Oleh karenanya, bebatuan dan tanah di kutub utara dan selatan bulan ini dinilai bisa memberikan petunjuk tentang awal Tata Surya.


Belajar Chandrayaan-2, Chandrayaan-3 Bawa Lebih banyak Bahan Bakar

Gambar permukaan Bulan yang diambil dari pesawat luar angkasa Chandrayaan-3 (Twitter @ISRO)

Dalam suksesnya Chandrayaan-3 mendarat di bulan, India belajar dari kegagalan saat meluncurkan dan mendaratkan Chandrayaan-2 di bulan.

Sekadar informasi, Chandrayaan-2 direncanakan mendarat di bulan 2019 lalu, namun tidak berhasil melakukan soft landing dan hilang kontak.

Chandrayaan-2 kehilangan kendali saat turun sekitar 7,2 km dari permukaan bulan. Sistem komunikasinya menyampaikan data hilangnya kendali hingga sekitar 400 meter di atas permukaan. Lander ini pun melambat hingga 580km/jam ketika jatuh.

Pendarat tersebut dirancang untuk tidak memiliki roda, melainkan kaki, yang seharusnya mendarat di permukaan bulan. Nah, pada Chandrayaan-3, kaki tersebut diperkuat untuk memastikan ia mampu mendarat dengan stabil hingga kecepatan 3 meter per detik atau 10,8 km per jam.

Jangkauan lokasi pendaratan Chandrayaan-3 pun diperluas. Alih-alih mencoba mencapai lokasi pendaratan tertentu yang berukuran 500 meter x 500 meter, seperti Chandrayaan-2, misi ini diinstruksikan untuk mendarat dengan aman di mana saja di area seluas 4km x 2,4km.

Belajar dari misi sebelumnya, Chandrayaan-3 membawa lebih banyak bahan bakar ketimbang pendahulunya. Hal ini untuk memastikan pendarat bisa melakukan perubahan pada menit-menit terakhir di lokasi pendaratannya, jika diperlukan.

Pendarat Chandrayaan-3 juga memiliki panal surya di empat sisi, bukan hanya dua seperti milik pendahulunya. Halini untuk memastikan lander akan terus menarik tenaga surya, meski mendarat di arah yang salah. Setidaknya, satu atau dua sisinya akan selalu menghadap Matahari dan tetap aktif.

 

Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya