Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) telah melakukan langkah antisipasi untuk penanggulangan El Nino pada sektor pertanian. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan puncak fenomena El Nino akan terjadi pada Agustus hingga September 2023.
"El Nino ini bisa mengganggu produktivitas pertanian secara umum. Tapi tentu ada komoditas yang rentan ada juga yang tahan terhadap El Nino. Kalau komoditas tanaman pangan (padi) itu akarnya dangkal, jadi rentan terhadap El Nino," kata Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, di Bogor, Jumat (25/8/2023).
Advertisement
Karenanya, sebelum memasuki El Nino, Kementan menyiapkan berbagai langkah antisipasi dini, memitigasi risiko maupun adaptasi kegiatan budi daya yang rentan terhadap fenomena El Nino serta kolaborasi dengan berbagai pihak.
"Yang sudah dan sedang dilakukan oleh Kementan, oleh seluruh pemprov dan para petani, sedang gencar melakukan gerakan nasional (gernas) penanganan dampak El Nino," ujarnya.
Pemanfaatan Air Sungai
Adapun aksi nyata tersebut diantaranya adalah dengan koordinasi, pendataan atau pemetaan wilayah, penyediaan sumber pengairan alternatif, dan gerakan percepatan tanam.
"Paling penting pemanfaatan air sungai, kita sodet ke lahan pertanian. Termasuk mengunakan cara pipanisasi dari saluran irigasi. Kalau menggunakan pipa, air tidak akan cepat menguap akibat kemarau," terangnya.
Di saat yang sama, Kementan juga memberikan Training of Trainers secara masif untuk penanggulangan El Nino ini terhadap sejumlah komoditas pertanian khususnya produksi padi.
"Kita fokus pada padi. Karena padi ini paling boros air dan rentan terhadap air. Kalau komoditas lain, seperti holtikultura, kakao, lada, buah-buahan tropika itu relatif toleran terhadap kekeringan, karena akarnya dalam," terangnya.
Sebab itu, komoditas pertanian selain padi tidak berdampak terhadap El Nino. Bahkan, Kementan terus meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) guna menggenjot ekspor pertanian.
Gratieks
Salah satunya melalui program Gratieks (Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor) yang sudah dimulai dari 2019 sampai 2024 nanti. Program tersebut memberikan pelatihan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sehingga produk pertanian dalam negeri bisa bersaing di pasar global.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan kegiatan ekspor pertanian akan terus ditingkatkan dengan mendorong pengembangan hilirisasi produk jadi.
"Kemajuan kita dalam ekspor harus lebih kuat. Kita tidak boleh kalah dengan negara lain. Dan ini suatu kebanggan karena apa yang kita lakukan ini lahir dari sebuah proses dan kerja keras," ucapnya.
Dampak El Nino Nyata, 1.000 Hektare Sawah di Karawang Kekeringan
Sebelumnya, dampak perubahan iklim El Nino sudah nyata di Indonesia bahkan di dekat Jakarta. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menyebutkan lebih dari 1.000 hektare areal persawahan mengalami kekeringan pada musim kemarau panjang.
"Dampak kemarau tidak terhindarkan. Ya sekarang sudah banyak areal sawah yang kekeringan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Asep Hazar dikutip dari Antara, Kamis (24/8/2023).
Areal sawah yang dilanda kekeringan tersebar di sejumlah kecamatan sekitar Karawang. Namun yang terbanyak berada di Kecamatan Banyusari dan Pakisjaya.
Untuk areal sawah di kecamatan lain seperti di Batujaya, Rawamerta, Tirtajaya, Rengasdengklok, Cibuaya, Pedes, Kutawaluya, dan kecamatan lainnya yang mengalami kekeringan hanya per spot.
Sawah yang kekeringan di Kecamatan Banyusari dan Pakisjaya cukup luas, berada dalam satu kesatuan hamparan ratusan hektare sawah.
Asep Hazar mengaku pihaknya telah berkoordinasi dengan Perusahaan Jasa Tirta II Jatiluhur terkait suplai air di saluran irigasi. Kini di beberapa daerah cukup aman pasokan airnya.
Namun itu hanya bisa dimanfaatkan untuk mengairi areal sawah yang dekat dengan saluran irigasi. Untuk mengairi areal sawah yang jauh dari irigasi, petani tetap harus menggunakan pompa.
Advertisement
Pakai Varietas Unggul
Dalam mengantisipasi dampak El Nino, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang melakukan sejumlah langkah.
Selain berkoordinasi dengan Perusahaan Jasa Tirta II Jatiluhur, pihaknya juga melakukan perluasan areal tanam baru, juga dilakukan gerakan percepatan masa tanam, peningkatan indeks pertanaman, mekanisasi, serta optimalisasi pompa dan embung.
Upaya antisipasi lain yang dilakukan ialah menggunakan varietas padi unggul yang tahan terhadap kondisi kering.
Ditanya apakah kekeringan akan berdampak terhadap capaian produksi, Asep Hazar menyampaikan kalau itu pasti berdampak. Namun pihaknya berharap dampaknya tidak terlalu besar.
Sementara itu untuk mengatasi kekeringan di waktu mendatang, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan akan berupaya untuk fokus melakukan penanganan saluran irigasi serta pembangunan embung.