PM Fiji: AS dan China Berupaya Mempolarisasi Kawasan Pasifik

PM Fiji berharap persaingan antara Amerika Serikat dan China di Pasifik tidak berkembang menjadi konflik militer.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 26 Agu 2023, 11:00 WIB
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Liputan6.com, Port Vila - Kepulauan Pasifik harus menjadi zona perdamaian. Hal itu ditegaskan oleh Perdana Menteri Fiji Sitiveni Rabuka.

PM Rabuka menambahkan bahwa dia berharap persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan China di kawasan strategis tersebut tidak berkembang menjadi konflik militer.

Hal tersebut disampaikan PM Rabuka setelah menghadiri pertemuan para pemimpin kepulauan Pasifik, di mana perubahan iklim dan keamanan regional mendominasi pembicaraan.

Pemimpin Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Fiji dan Kaledonia Baru menggelar pertemuan di Vanuatu pada Kamis (24/8). Mereka belum mengumumkan secara terbuka deklarasi bersama mengenai keamanan regional yang ditandatangani pada pertemuan puncak itu, namun PM Rabuka mengatakan diskusi terfokus pada persaingan antara AS dan China di kawasan.

"Mereka mencoba mempolarisasi Pasifik menjadi kelompok mereka sendiri, jadi kita harus sangat yakin bahwa apapun yang kita lakukan, kita menyadari kebutuhan kolektif Pasifik untuk menjadi zona damai, zona wilayah non-blok," kata PM Rabuka melalui video yang dirilis pemerintah Fiji pada Jumat (25/8).

"Mudah-mudahan hal ini tidak berkembang menjadi konflik militer atau kecemburuan militer yang akan menyebabkan penumpukan kekuatan atau senjata militer di wilayah ini."

Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Fiji dan Kaledonia Baru, yang berlokasi di Pasifik Selatan dan berperan penting selama Perang Dunia II, kembali menjadi pusat kontes geopolitik saat ini. Tengok saja bagaimana Kepulauan Solomon memiliki pakta pertahanan dengan China, Papua Nugini menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan dengan AS, sementara pekan lalu Fiji menjadi tuan rumah konferensi para pemimpin pertahanan Indo-Pasifik bersama dengan AS, yang juga dihadiri oleh China.


Gonjang Ganjing Politik di Vanuatu

Ilustrasi Vanuatu. (dok.Instagram @vanuatuislands/https://www.instagram.com/p/B2Tw-VBgdox/Henry)

Sementara itu, di Vanuatu, Perdana Menteri Ishamel Kalsakau menghadapi reaksi politik karena menandatangani perjanjian keamanan dengan sekutu AS, Australia. Beberapa anggota parlemen khawatir hal itu akan membuat marah China, yang merupakan kreditor eksternal terbesar Vanuatu.

Terkait isu tersebut, Kalsakau terancam digulingkan.

PM Rabuka mengatakan bahwa kekhawatiran mengenai pembuangan limbah nuklir Fukushima yang dilakukan Jepang juga masuk dalam pembahasan. Di Fiji, demonstrasi diadakan di ibu kota, Suva, menentang kebijakan tersebut.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya