Profil Arist Merdeka Sirat, Ketua Komnas Perlindungan Anak dan Aktivis yang Tutup Usia

Ada pun rencana pemakaman Arist Merdeka Sirait, menurut Staf Komnas PA Raihanif Putra akan dilakukan di pemakaman keluarga daerah Porsea, Medan, Sumatera Utara (Sumut).

oleh Maria Flora diperbarui 26 Agu 2023, 13:50 WIB
Ketua KPAI Arist Merdeka Sirait saat menjadi saksi dalam persidangan kasus pembunuhan Angeline dengan terdakwa Agustay Hamdamay di Pengadilan Negeri Denpasar, Selasa (12/1). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang dari Arist Merdeka Sirait. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak ini diberitakan meninggal dunia pada hari ini, Sabtu (26/8/2023).

Pria kelahiran Pematang Siantar, pada 17 Agustus 1960 itu mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit (RS) Polri, Kramat Jati, pada pagi tadi sekitar pukul 08.30 WIB.

Ada pun rencana pemakaman Arist, menurut Staf Komnas PA Raihanif Putra akan dilakukan di pemakaman keluarga daerah Porsea, Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Selain dikenal sebagai Ketua Komnas Perlindungan Anak setelah menggantikan Seto Mulyadi pada tahun 2010, Arist Merdeka Sirat juga dikenal publik sebagai aktivis buruh.

Ada sejumlah organisasi buruh dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang aktif diikuti semasa hidupnya.

Namun, Arist mengubah haluan perjuangannya setelah melihat banyak anak yang harus bekerja dan diperlakukan tidak layak. Pada tahun 1981 Arist menjadi aktivis buruh anak. Lima tahun berselang, tepatnya di tahun 1986, pria yang saat ini genap berusia 63 tahun tersebut membentuk yayasan perlindungan buruh.

Yayasan ini menyediakan pendidikan untuk pekerja usia anak-anak yang harus bekerja dengan kondisi memprihatinkan.

Perhatiannya pada buruh anak tak hanya berhenti di sana. Yayasan Komite Pendidikan Anak Kreatif (Kompak) Indonesia yang didirikan Arist pada tahun 1987 memberikan bekal kepribadian pada anak melalui pendidikan toleransi, demokrasi, dan baca tulis.


Perhatian Arist pada Anak Diawali dari Sang Ayah

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, angkat bicara soal bullying di Gunadarma. (Sumber foto: Liputan6.com/Faizal Fanani)

Perhatian Arist Merdeka Sirait pada pendidikan anak, berawal dari sang ayah. Arist kecil dan keluarganya saat itu tinggal di daerah perkebunan Pematang Siantar, Sumatera Utara. 

Banyak anak di sana yang bekerja sebagai buruh perkebunan karena tidak ada biaya. Mereka bahkan sampai tidak melanjutkan sekolah. 

Melihat kondisi saat itu, ayah Arist yang berprofesi sebagai penjahit berinisiatif membuat sekolah di area perkebunan tersebut bersama sejumlah teman. Sang ayah bahkan menjadi koordinator guru untuk pendidikan murah tersebut.

Dari pengalaman masa kecil inilah, membuat Arist Merdeka Sirait bersama Seto Mulyadi dan beberapa aktivis lain mendirikan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) pada tahun 1998. 

Dengan Kak Seto menjadi Ketua Umum, Arist menjadi Sekretaris Jenderal Komas PA di tahun 1998 tersebut. Setelah menjabat selama 12 tahun dengan tiga periode pemilihan, Arist terpilih sebagai Ketua Komnas PA menggantikan kak Seto yang diangkat menjadi Ketua Dewan Konsultatif Nasional.

 


Kerap Mengkritisi Peristiwa-Peristiwa yang Berhubungan dengan Anak

Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait.

Tidak hanya menangani masalah anak yang terjadi di masyarakat, Arist aktif mengkritisi peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan anak.

Contohnya adalah peristiwa dibebaskannya Ariel Peterpan yang disambut gegap gempita oleh penggemarnya hingga mereka bolos sekolah untuk menyambut Ariel yang keluar dari penjara.

Selain itu Arist juga aktif menyerukan tentang pelayanan kesehatan anak hingga fasilitas untuk ibu-ibu yang menyusui.

 


Cara Arist Mendidik Putra Putrinya

Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait menilai Kota Depok menjadi zona merah kasus kekerasan seksual terhadap anak.

Kendati banyak disibukkan dengan berbagai kasus yang dialami anak-anak, namun bukan berarti Arist kurang perhatian pada keluarganya.

Sebagai suami dari Rostymaline Munthe dan ayah dari Debora, Christine dan Namalo, Arist lebih banyak mendidik dengan cara membangun satu bentuk komunikasi lewat dialog.

Misalnya, memberitahu anak bahwa tidak boleh menonton televisi di saat belajar. Menyoal urusan keluarga, Arist mengatakan bahwa anak-anak harus dibela hak-haknya. Tapi jangan sampai gara-gara sibuk mengurusi anak orang lain, lantas anak sendiri dikesampingkan. Keadilan harus ditegakkan, setidaknya dari rumah sendiri

Infografis 8 Benda di Rumah Wajib Dibersihkan Cegah Penyebaran Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya