Terpapar Polusi Udara Terlalu Lama Bisa Picu Kanker Paru, Begini Penjelasan Dokter

Salah satu penyakit yang bisa timbul akibat paparan berkelanjutan dari polusi udara adalah kanker paru.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Agu 2023, 06:00 WIB
Konsultan patologi anatomi RS dr. Sardjito, Didik Setyo Heriyanto mengatakan, Salah satu penyakit yang bisa timbul akibat paparan berkelanjutan dari polusi udara adalah kanker paru-paru. Jakarta, Sabtu (26/8/2023) Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Kualitas udara yang buruk di Jakarta dan sekitarnya tengah menjadi perbincangan beberapa hari terakhir. Pasalnya, paparan polusi udara bisa memicu berbagai dampak bagi kesehatan.

Salah satu penyakit yang bisa timbul akibat paparan berkelanjutan dari polusi udara adalah kanker paru. Hal ini dikonfirmasi oleh konsultan patologi anatomi RS dr. Sardjito Yogyakarta, Didik Setyo Heriyanto.

“Ya, jelas (bisa picu kanker paru). Memang kita enggak bisa bilang gara-gara polusi besoknya langsung kanker paru, enggak bisa. Ada sebuah akumulasi partikel yang sifatnya itu benda asing. Ketika benda asing itu mengendap dalam tubuh kita, dia akan bikin tubuh kita bereaksi untuk menolak,” kata Didik dalam “Precision Oncology Symposium: Addressing Diagnostic Gaps in Personalized Cancer Care” bersama Roche Indonesia, Sabtu (26/8/2023).

Benda asing dalam hal ini polusi yang masuk ke dalam tubuh secara terus-menerus dapat memicu proses peradangan.

“Dan proses peradangan yang berulang, terjadi terus-menerus, ini akan memicu sebuah proses tubuh kita untuk mengobati tapi tidak bisa selesai, maka akan timbul salah satunya adalah kanker,” tambahnya.

Soal Upaya Semprot Jalan dengan Air

Guna meredam polusi udara, beberapa pihak seperti kepolisian khususnya Polda Metro Jaya telah melakukan penyemprotan jalan dengan water cannon.

Penyemprotan jalan dengan air pun mendapatkan tanggapan tersendiri dari Didik.


Upaya Penyemprotan Jalan dengan Air Menurut Didik

Kegiatan ini diawali dengan apel bersama di Silang Barat Monas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut Didik, memang banyak pandangan soal upaya penyemprotan jalan dengan air untuk mengurangi polusi udara. Ia berpendapat, upaya ini memiliki kemungkinan untuk bisa mengurangi polusi.

“Soal itu banyak pandangan ya, tapi mungkin bisa juga karena polusi itu sifatnya koloid, debu ketika disemprot akan jatuh. Konsepnya adalah mengurangi ada yang bertebaran, ketika bertebaran maka akan mudah dihirup. Tapi ketika dia digumpalkan, dia akan jatuh,” jelas Didik.

“Mungkin bisa-bisa saja, tapi seberapa persen (efektivitasnya) saya tidak tahu, saya belum pernah membaca. Tapi itu prinsip dasarnya untuk mengurangi polusi salah satunya seperti itu,” tambahnya.


Upaya Lain Tekan Polusi Udara

Konsultan patologi anatomi RS dr. Sardjito, Didik Setyo Heriyanto mengatakan, Salah satu penyakit yang bisa timbul akibat paparan berkelanjutan dari polusi udara adalah kanker paru-paru. Jakarta, Sabtu (26/8/2023) Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com.

Selain penyemprotan jalan, Didik juga melihat ada upaya lain dalam menekan polusi udara. Salah satunya dengan penggunaan air purifier atau pemurni udara.

“Ada yang dengan air purifier, jadi yang bentuknya partikel-partikel itu bisa disedot, disaring, dan dikeluarkan sebagai udara yang bersih itu bisa. Bisa sih bisa, tapi seberapa efektifnya saya kurang tahu.”

Begitu pula dengan air hujan, ini juga dapat meredam polusi udara. Namun, Didik tak bisa memastikan berapa persen efektivitasnya.


Penanganan Kanker Paru

Konsultan patologi anatomi RS dr. Sardjito, Didik Setyo Heriyanto mengatakan, Salah satu penyakit yang bisa timbul akibat paparan berkelanjutan dari polusi udara adalah kanker paru-paru. Jakarta, Sabtu (26/8/2023) Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com./credit pixabay/geralt

Pertanyaan soal kaitan polusi udara dengan kanker paru-paru ini timbul lantaran kanker tersebut adalah salah satu bentuk kanker yang paling umum dan mematikan.

Penyakit ini bertanggung jawab atas lebih banyak kematian dibandingkan gabungan kanker payudara, kolorektal, dan prostat.

Pada diagnosis kanker paru, pengambilan sampel kini dihadapkan pada serangkaian tantangan, termasuk keterbatasan ketersediaan instrumen dan kurang optimalnya integrasi antar- disiplin ilmu yang relevan.

Didik mengatakan, untuk meningkatkan efisiensi penanganan kanker paru, dibutuhkan kolaborasi multidisiplin sejak fase awal.

“Melibatkan para ahli dari bidang paru onkologi, patologi anatomi, dan radiologi onkologi. Sinergi ini tidak hanya memastikan akuisisi informasi yang mendalam namun juga optimasi dalam pengambilan sampel untuk evaluasi laboratorium.”

Pendekatan kolaboratif ini berpotensi mempercepat hasil pemeriksaan, mengurangi durasi yang awalnya lebih dari 2 minggu menjadi 5-10 hari. Dengan kecepatan respons yang meningkat, pasien memiliki akses dini pada terapi target seperti EGFR, ALK, dan imunoterapi PD-L1, disamping pilihan terapi konvensional lainnya.

Infografis Bagimana Ancaman Bahaya Polusi Udara?.(Tri Yasni/Liputan6.com).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya