Resensi Film Talk To Me: Mencekam Sejak Menit Awal, Fokus pada Dampak Bukan Obral Penampakan

Talk To Me ramai dibahas pencinta sinema pekan ini. Di balik film dengan bintang Sophie Wilde dan Joe Bird ini, ada A24 yang memegang hak distribusi.

oleh Wayan Diananto diperbarui 27 Agu 2023, 13:20 WIB
Talk To Me ramai dibahas pencinta sinema pekan ini. Di balik film dengan bintang Sophie Wilde dan Joe Bird ini, ada A24 yang memegang hak distribusi. (Foto: Dok. Screen Australia/ IMDb)

Liputan6.com, Jakarta Talk To Me ramai dibahas pencinta sinema pekan ini. Di balik film ini ada A24, yang menang hak untuk mendistribusikannya ke AS, dalam “perang” tawar menawar usai tayang perdana di Festival Film Sundance 2023.

Beberapa tahun terakhir, nama A24 menyita perhatian dunia. Awal tahun ini, A24 sukses mengantar Everything Everywhere All At One meraih 7 Piala Oscar termasuk Sutradara dan Film Terbaik.

Studio yang sama juga membuka pintu kemenangan bagi Brendan Fraser meraih Piala Oscar Pemeran Utama Pria Terbaik berkat The Whale. Film Talk To Me kebanjiran pujian dari pencinta maupun kritikus film.

Rahasianya terletak pada naskah yang sejak awal mengondisikan penonton deg-degan. Telah tayang di bioskop Tanah Air sejak Rabu (23/8/2023), inilah resensi film Talk To Me yang viral beberapa hari terakhir.

 


Kala Mia Dirundung Duka

Sophia Wilde sebagai Mia dalam film Talk To Me. (Foto: Dok. Screen Australia/ IMDb)

Talk To Me mengisahkan Mia (Sophia Wilde) yang dirundung duka setelah ibunya, Rhea (Alexandria Steffensen) meninggal dunia. Sejak itu, hubungan Mia dengan sang ayah, Max (Marcus Johnson) renggang.

Mengusir sepi, Mia mendekat ke keluarga Sue (Miranda Otto), single mom yang membesarkan dua anak yakni, Jade (Alexandra Jansen) dan Rilley (Joe Bird). Suatu hari, Jade, Rilley, dan Mia datang ke pesta kecil-kecilan.

Di sana, ada Hayley (Zoe Terakes) dan Joss (Chris Alosio) yang membawa sepotong tangan misterius untuk mainan. Cara mainnya simpel, jabat tangan tersebut dan bilang, “Talk to me,” maka akan terasa energi gaib. Setelahnya ucapkan, “I let you in.”

Maka, orang ini akan kerasukan roh. Tangan tersebut medium untuk mengundang lelembut. Riley berkukuh ingin coba permainan ini. Tak disangka, ia kerasukan roh Rhea. Setelahnya, Riley membentur-benturkan kepalanya sendiri di meja hingga berlumur darah.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Sebenarnya Bukan Ide Baru

Joe Bird sebagai Rilley dalam film Talk To Me. (Foto: Dok. Screen Australia/ IMDb)

Ide cerita Talk To Me sebenarnya tidak baru. Menggunakan alat untuk mengundang roh halus mengingatkan kita pada Ouija dan Bloody Mary. Versi kearifan lokal ada jelangkung dengan jargon: datang tak dijemput, pulang tak diantar. Lantas apa yang membuat Talk To Me istimewa?

Teknik bertuturnya sejak awal ganjil. Kemasannya kekinian. Penonton bisa merasakan ada yang salah dari salah satu karakternya. Menit awal kita mengenal Duckett (Sunny Johnson) yang dianggap rasa sedeng.

 


Performa Sophia Wilde

Salah satu adegan film Talk To Me. (Foto: Dok. Screen Australia/ IMDb)

Lalu, cerita melompat ke Mia dan dukanya. Mia dibawakan dengan apik oleh Sophie Wilde. Ia mengundang empati penonton meski kadang menyebalkan. Ada fase di mana ia tampak easy going alias santai, sok asyik, namun kita bisa merasakan duka mengambang di matanya.

Dengan presentasi semeyakinkan ini, Sophia Wilde berhasil mengondisikan penonton “memiliki” Mia dan terus waswas dengan kegilaan yang mungkin saja terjadi di tengah jalan. Talk To Me juga terasa dekat karena horor ini anak muda banget.

 


Seberapa Buruk Dampaknya?

Salah satu adegan film Talk To Me. (Foto: Dok. Screen Australia/ IMDb)

Artefak sepotong tangan “dibenturkan” dengan anak-anak muda yang belakangan gila konten. Mereka merasa memahami aturan bermain sepotong tangan, mengukur dampak dengan durasi, dan cara melepaskan diri dari pengaruh lelembut yang seolah gampang banget.

Yang tak mereka sadari adalah seberapa buruk dampaknya jika ada sabotase dari para arwah atau terjadi insiden pelanggaran durasi permainan. Celah kecil inilah yang digali dengan visual mengerikan plus ritme cerita sat-set.

 


Ke Mana Kegilaan Ini Berlabuh?

Salah satu adegan film Talk To Me. (Foto: Dok. Screen Australia/ IMDb)

Saat horor lain mengandalkan dentuman musik dan repetisi penampakan, Talk To Me fokus pada dampak yang ditimbulkan dari pelanggaran aturan main dan kondisi korban. Lebih jauh, ia menggambarkan efeknya terhadap keluarga (inti) korban.

Di sinilah, kita sebagai penonton dikunci dan dipaksa mengikuti ke mana kegilaan ini akan berlabuh. Penampakan jarang muncul. Dampaklah yang memantik kengerian apalagi, pilar dramanya adalah keluarga. Jadilah Talk To Me makin dekat dengan audiensnya.

 


Uji Nyali Adegan Kamar Mandi

Poster film Talk To Me. (Foto: Dok. Screen Australia/ IMDb)

Dengan durasi ringkas, Talk To Me berhasil menembakkan peluru kengerian. Naskah film ini menyadarkan kita bahwa manusia yang kehilangan pegangan lalu nekat menerobos norma lebih seram daripada setan itu sendiri.

Momen Rilley dimandikan di toilet kamar rumah sakit adalah uji nyali menyebalkan. Yang nyalinya ciut atau “malas” lihat darah, siap-siap tutup muka. Mudah saja untuk bilang, karya sineas Danny Philippou dan Michael Philippou ini salah satu horor terbaik di 2023.

 

 

 

Pemain: Sophie Wilde, Alexandra Jensen, Joe Bird, Miranda Otto, Zoe Terakes, Marcus Johnson, Chris Alosio, Alexandria Steffensen

Produser: Samantha Jennings, Kristina Ceyton

Sutradara: Danny Philippou, Michael Philippou

Penulis: Danny Philippou, Bill Hinzman

Produksi: Screen Australia, South Australian Film Corporation, Adelaide Film Festival

Durasi: 1 jam, 35 menit

 

Film-film ini terinspirasi dari hari kemerdekaan negara Amerika Serikat yang jatuh pada tangga 4 Juli. Apa sajakah?

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya