Liputan6.com, Tokyo - Jepang mengajukan keluhan kepada China setelah perusahaan, sekolah, hingga kantor-kantor pemerintahan mereka menerima banyak teror telepon mengenai pembuangan limbah nuklir Fukushima. Panggilan tersebut berasal dari nomor dengan kode panggilan China.
Salah satu jaringan restoran di Fukushima mengaku telah menerima lebih dari 1.000 teror telepon.
Advertisement
Dilansir BBC, Senin (28/8/2023), Jepang telah mengatakan bahwa air laut di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima tidak menunjukkan tingkat radioaktivitas yang terdeteksi pasca pembuangan limbah nuklir.
Adapun teror telepon berlangsung sejak pembuangan limbah nuklir Fukushima dimulai pada Kamis (24/8). Para penelepon disebut bicara dalam bahasa China, Jepang, dan Inggris, bahkan terkadang mereka disebut melontarkan kata-kata kasar.
Mereka menyatakan penolakan terhadap keputusan Jepang membuang limbah nuklir Fukushima yang telah diolah ke laut.
China sejak jauh-jauh hari menggambarkan keputusan Jepang itu tindakan yang sangat egois dan tidak bertanggung jawab. Pada Kamis lalu Beijing mengumumkan akan melarang impor seafood Jepang.
Sementara itu, Jepang sendiri berharap uji radiasi rutin di perairan dekat PLTN Fukushima dapat menghilangkan kekhawatiran negara-negara tetangga dan kelompok nelayannya.
Hasil tes mingguan akan dipublikasikan untuk tiga bulan ke depan.
Korea Selatan Kirim Ahli ke Fukushima
Lebih dari satu juta ton limbah nuklir yang disimpan di PLTN Fukushima akan dibuang selama 30 tahun ke depan. Akumulasi tersebut berawal sejak tahun 2011 ketika PLTN Fukushima rusak parah akibat tsunami.
Jepang mengatakan bahwa limbah nuklir Fukushima aman dan pengawas nuklir PBB telah menyetujui rencana tersebut, namun para kritikus berpendapat pembuangan tersebut harus dihentikan.
Sebelum dibuang ke laut, limbah nuklir Fukushima disaring untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif kemudian diencerkan untuk mengurangi kadar tritium, isotop radioaktif hidrogen yang sulit dipisahkan dari air.
Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mengatakan bahwa sampel dari 11 lokasi di dekat pabrik menunjukkan kadar tritium di bawah 7-8 becquerels per liter, yang merupakan batas bawah deteksi.
"Air tersebut tidak akan menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan," ungkap Kementerian Lingkungan Hidup Jepang.
Penentangan juga muncul dari Korea Selatan. Sejumlah pengunjuk rasa dilaporkan menggelar aksi di Kedutaan Besar Jepang di Seoul pada Kamis lalu.
Kemudian pada Minggu (27/8), Korea Selatan menyatakan telah mengirim ahli nuklir ke Fukushima untuk memantau proses pembuangan limbah nuklir tersebut.
Advertisement
Sekolah Jepang di China Dilempari Batu dan Telur
Sentimen anti-Jepang meroket di China akibat pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut.
Menurut laporan Kyodo, Senin (28/8/2023), sejumlah netizen China meminta agar ada boikot produk-produk Jepang. Kantor-kantor diplomasi Jepang juga kini diperketat keamanannya.
Pada Kamis lalu, sekolah Jepang di Qingdao, Provinsi Shandong, melaporkan insiden pelemparan batu. Namun, Kyodo tidak mengungkap detail insiden itu.
Sekolah Jepang di Suzhou, Provinsi Jiangsu, juga dilempar telur pada Jumat lalu. Pemerintah Jepang mengungkapkan tidak ada yang terluka di dua insiden itu.
Klarifikasi Jepang Soal Pembuangan Limbah Nuklir
Limbah nuklir Fukushima merupakan air yang telah melalui proses Advanced Liquid Processing System (ALPS)
"Jepang akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan keamanan pembuangan ke laut bahkan setelah dimulai, dan tidak akan membuat apapun yang bisa secara buruk berdampak kepada kesehatan atau lingkungan," tulis keterangan resmi dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, seperti dikutip pada Rabu (23/8).
"Setelah dimulainya pembuangan ke laut, Jepang akan lanjut melaksanakan tiga tipe monitoring (monitoring air yang diproses di tanki, monitoring secara real-time, dan monitoring area laut) dengan cara berlapis dengan keterlibatan IAEA," lanjut pernyataan itu.
Pemerintah Jepang juga berjanji akan langsung menyetop pembuangan limbah nuklir jika ada efek negatif seperti standar radioaktif melebihi level standar.
"Kami akan terus menyediakan informasi dengan saksama dan mengambil langkah-langkah berdasarkan bukti ilmiah dengan cara yang sangat transparan, termasuk melawan upaya-upaya menyebar disinformasi demi memastikan pemahaman yang benar di Jepang dan luar negeri," tegas pihak Jepang.
Advertisement