Liputan6.com, Gorontalo - Danau Limboto merupakan salah satu danau terbesar di Provinsi Gorontalo. Danau ini menampung air dari lima sungai besar dan 23 anak sungai kecil. Tahun 2019, luas danau ini disebutkan sekitar 3.334,11 hektare. Namun, seiring berjalannya waktu, luasan Danau Limboto kini terus berkurang dari tahun ke tahun.
Berkurangnya luasan Danau Limboto diakibatkan oleh sungai yang membawa banyak sedimentasi. Sehingga, berangsur-angsur, volume danau mengalami pendangkalan yang signifikan.
Baca Juga
Advertisement
Kerusakan hutan di bagian hulu sungai, menjadi penyebab utama air sungai membawa sedimentasi. Sedimentasi itulah yang menumpuk di Danau Limboto dan merusak ekosistem danau.
Masalah lain adalah eutrofikasi, pertumbuhan eceng gondok yang semakin banyak. Secara tidak langsung, eceng gondok yang mati, menjadi sedimentasi alami yang menumpuk di dasar danau dalam jumlah banyak.
Mirisnya lagi, saat ini banyak sekali aktivitas warga sekitar yang membangun keramba jaring apung ikan. Keramba apung inilah yang juga menjadi pemicu pendangkalan Danau Limboto.
Ribuan keramba apung para nelayan memenuhi Danau Limboto. Bahkan, hingga radius 1 kilometer dari tepi danau, banyak sekali keramba nelayan yang bisa dijumpai.
Keramba itulah juga menjadi penyumbang sedimentasi Danau Limboto. Sisa makanan ikan yang tidak dikonsumsi ikan, juga menjadi penyebab pendangkalan danau di tanah serambi madinah itu.
Berdasarkan data yang ada, pada 1932, rata-rata kedalaman danau berada pada 30 meter dengan luas 8.000 hektare. Pada 1955, kedalamannya menjadi 16 meter.
Namun pada 2012 hingga 2018, kedalaman rata-rata Danau Limboto hanya 2,5 meter dengan luas 2.537 hektare. Artinya, dalam 50 tahun, luasan danau berkurang 4.304 hektare atau 62,60 persen.
"Dulu Danau Limboto sangat luas, tapi sekarang sudah banyak area danau sudah diduduki masyarakat. Bahkan, sudah ada yang bangun rumah," kata Farid warga sekitar Danau Limboto.
Simak juga video pilihan berikut:
Keterangan BWS Sulawesi
Banyak kendala yang menyebabkan lambatnya proses revitalisasi Danau Limboto, Provinsi Gorontalo. Selain perbedaan data luasan danau, masalah Keramba Jaring Apung (KJA) milik warga juga menjadi kendala.
BWSS II mencatat, ada sekitar 2.000 lebih KJA yang yang ada di Danau Limboto. KJA ini setiap harinya memberi pakan untuk ikan sekitar 202 ton per hari.
Setelah dikalkulasi secara detail oleh pihak BWSSS, diperkirakan dalam setahun, pakan ikan yang masuk ke danau ada 73.730 ton. Jika diasumsikan, kalau ada 10 persen pakan itu tak dimakan ikan, ada 7.373 ton setiap tahun sedimentasi ikut menyebabkan pendangkalan Limboto.
"Selain sedimentasi, pakan tadi bisa mengakibatkan kualitas air Danau Limboto menjadi tidak steril lagi untuk habitat ikan," kata Wempi Waroka, PPK Danau Limboto, Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) II Gorontalo.
"Bahkan saat ini sudah ada KJA yang berada di tengah-tengah danau. Seharusnya mereka tidak di situ, karena itu merupakan wilayah konservasi," tuturnya.
Selain itu, kata Wempi, lahan di sekitar dan hulu danau, juga banyak warga yang menanam jagung, berkontribusi besar pada kondisi Limboto.
"Ketika hujan datang, pasti sedimentasi yang dihasilkan dari kebun itu akan masuk ke danau limboto," ia menandaskan.
Advertisement