Liputan6.com, Jakarta - Tisu toilet menjadi bagianyang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari saat ini. Namun, masih banyak orang yang belum menyadari pentingnya membuang tisu toilet dengan benar, agar tidak menyebabkan kerusakan pada saluran air dan lingkungan.
Seiring perkembangan zaman, tisu toilet ditetapkan sebagai salah satu hari nasional di Amerika setiap tanggal 26 Agustus. Meskipun terdengar aneh, perayaan ini sebenarnya memiliki tujuan penting dalam meningkatkan kesadaran akan kebersihan dan kesehatan di lingkungan sekitar.
Hari Tisu Toilet Nasional bukan hanya tentang mengenang penciptaan tisu toilet atau sekadar merayakan keberadaannya. Lebih dari itu, hari ini merupakan kesempatan untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya sanitasi yang baik dan penggunaan tisu toilet dengan bijak.
Baca Juga
Advertisement
Dirangkum dari berbagai sumber, tisu toilet diketahui telah digunakan untuk pertama kalinya pada abad ke-6 di China untuk tujuan sanitasi. Pada tahun 1857, Joseph Gayetti, seorang pengusaha berkebangsaan Amerika Serikat, mulai memproduksi dan menjual tisu toilet.
Tisu toilet umumnya dibuat dari serat kayu, serat bambu, atau campuran keduanya. Serat kayu adalah bahan utama yang diperlukan karena kemampuannya untuk diubah menjadi kertas dengan tekstur lembut dan menyerap air.
Bambu juga digunakan karena pertumbuhannya yang cepat dan ramah lingkungan. Dengan proses pembuatan tahap pertama adalah pencacahan serat kayu atau bambu. Serat ini dipecah menjadi serpihan kecil menggunakan mesin pencacah.
Lalu serpihan-serpihan serat dicampur dengan air dan bahan kimia yang bertujuan untuk melepaskan serat-serat lebih lanjut. Campuran ini kemudian dipanaskan dalam tangki tertutup dalam suhu dan tekanan tertentu. Serat yang telah dipecah dan dicerna akan memiliki warna yang kotor.
Maka, proses pemutihan dilakukan untuk menghilangkan pigmen dan zat pewarna alami, sehingga menghasilkan serat yang lebih putih. Serat yang telah dimurnikan kemudian diubah menjadi bubur kertas.
Edukasi Masyarakat
Bubur kertas ini akan dipompa ke mesin kertas, di mana air akan dihilangkan dan serat akan membentuk lembaran kertas. Lembaran kertas yang dihasilkan akan melalui beberapa tahap pemrosesan tambahan, termasuk penghalusan permukaan, pengeringan lebih lanjut, dan pemotongan menjadi ukuran yang diinginkan.
Lembaran kertas kering selanjutnya akan diproses menjadi tisu toilet. Ini melibatkan pemotongan lembaran menjadi ukuran yang sesuai, pelipatan menjadi lipatan tunggal atau ganda, dan pembungkusan.
Perayaan Hari Tisu Toilet Nasional memberikan kesempatan bagi seluruh manusia dan lembaga-lembaga lingkungan dan organisasi kesehatan untuk berkolaborasi dalam mengedukasi masyarakat tentang:
Penggunaan yang Bijak
Mengajarkan bagaimana menggunakan tisu toilet dengan benar dan menghindari pembuangan tisu yang berlebihan yang dapat menyebabkan penyumbatan saluran air.
Dampak Lingkungan
Memahamkan tentang dampak negatif pembuangan tisu toilet yang tidak benar terhadap lingkungan, termasuk pencemaran air dan kerusakan ekosistem.
Higienitas dan Kesehatan
Menekankan pentingnya menjaga kebersihan pribadi dan mencegah penyakit dengan menggunakan tisu toilet sebagai alat higienis yang efektif.
Inovasi Ramah Lingkungan
Memperkenalkan tisu toilet yang ramah lingkungan, seperti tisu daur ulang atau alternatif lain yang dapat mengurangi dampak lingkungan.
Selain itu, Hari Tisu Toilet Nasional juga dapat menjadi kesempatan untuk menggalang dukungan dan dana bagi program-program sanitasi global di wilayah-wilayah yang membutuhkan.
Dengan memperluas kesadaran akan sanitasi yang baik, perayaan ini berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan. Jadi, meskipun terdengar unik, Hari Tisu Toilet Nasional sebenarnya memiliki makna yang dalam dalam mengingatkan kita akan pentingnya sanitasi yang baik dan penggunaan tisu toilet dengan bijak.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement