Liputan6.com, Jakarta - Alkisah, Muhammad bin Abdullah muda dipercaya membawa banyak barang dagangan dari para saudagar Makkah. Salah satunya adalah milik Khadijah binti Khuwailid.
Khadijah adalah saudagar wanita yang kaya raya. Karena kecantikan dan pekertinya yang luhur, tak terhitung pria yang sudah melamarnya. Akan tetapi, Khadijah bergeming.
Baca Juga
Advertisement
Hubungan perniagaan itulah yang kali pertama membuat Khadjiah kenal lebih dekat dengan Muhammad, meski lebih banyak karena penuturan anak buahnya yang lain, Maisarah. Melalui mulut Maisarah, Khadijah tahu bahwa Muhammad adalah pemuda yang jujur dan amanah.
Reputasi Nabi Muhammad SAW muda yang jujur ini bahkan membuat perniagaannya selalu sukses. Tiap barang dagangan yang dibawanya selalu untung.
Rupanya, Khadijah mulai kepincut dengan pemuda Muhammad yang berasal dari nabi Hasyim, kabilah mulia di suku Quraisy, Makkah. Muhammad muda adalah seorang dengan reputasi baik sehingga mendapat gelar Al Amin (terpercaya-pen).
Setelah menjalin hubungan kerja dengan Nabi Muhammad beberapa saat, Khadijah menjadi tertarik dengan mitranya itu. Tanpa sadar, Khadijah telah jatuh cinta.
Khadijah Curhat hingga Menikah di Bulan Safar
Suatu ketika, Khadijah curhat kepada sahabatnya, Nafisah binti Munyah tentang perasaannya itu. Dia tak percaya diri lantaran statusnya.
Namun, Nafisah mendorong Khadijah agar dia tak perlu risau dengan keadaannya. Sebab, masyarakat Makkah sendiri melihat bahwa Khadijah adalah sosok perempuan yang bermartabat, lagi kaya raya.
Khadijah tak langsung menemui Muhammad SAW. Hal ini menunjukkan bahwa dia adalah wanita yang bermartabat. Nafisah lah yang kemudian menemui Nabi Muhammad SAW dan menceritakan perasaan Khadijah kepada beliau.
“Muhammad, aku Nafisah binti Munyah. Aku datang membawa berita tentang seorang perempuan agung, suci, dan mulia. Pokoknya ia sempurna, sangat cocok denganmu. Kalau kau mau, aku bisa menyebut namamu di sisinya,” kata Nafisah kepada Muhammad, dalam buku Bilik-bilik Cinta Muhammad (Nizar Abazhah, 2018), dikutip dari NU Online.
Kala itu Nabi tak langsung menjawab lantaran masih menimbang. Setelah menceritakan semuanya kepada keluarga, singkat cerita, keluarga Khadijah maupun Muhammad setuju menikahkan keduanya.
Sayyidah Khadijah dan Nabi Muhammad SAW akhirnya menikah pada bulan Safar. Kisah cinta keduanya begitu epik. Cinta dua orang manusia mulia, yang dilandasi iman dan taqwa.
Mereka berdua mengarungi biduk rumah tangga sekitar 25 tahun hingga akhirnya Sayyidah Khadijah meninggal dunia. Selama itu pula, Nabi Muhammad SAW tidak pernah menikah dengan wanita lainnya.
Advertisement
Alasan Khadijah Jatuh Hati kepada Muhammad SAW
Sebagaimana keterangan dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih (M Quraish Shihab, 2018), Sayyidah Khadijah memilih Nabi Muhammad SAW untuk menjadi suaminya karena dia menilai bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia yang sempurna kepribadiannya, baik sifat lahir maupun sifat batinnya.
Bukan karena penampilannya secara sepintas. Sayyidah Khadijah memiliki banyak pengalaman dalam mengarungi biduk rumah tangga.
Hal itu lah yang membuat Sayyidah Khadijah yakin bahwa kebahagiaan rumah tangga tidak ditentukan oleh banyak atau sedikitnya materi seseorang, namun ditentukan oleh kepribadian yang luhur, asal usul yang bersih, serta kematangan dalam perpikir dan bertindak.
Dan sosok itu ada pada Nabi Muhammad saw. Terlepas dari itu semua, tentu hal itu sudah digariskan Allah di Lauh Mahfudz. Wallahu A’lam. (Sumber: nu.or.id)
Tim Rembulan