Liputan6.com, Bangkalan - Ini kisah tentang Saridin, seorang waliyullah yang dalam kesehariannya menyamar sebagai pembantu pada seorang juragan kaya di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Baca Juga
Advertisement
Syaikhona Kholil seorang ulama kharismatik di Kabupaten Bangkalan, membongkar kewalian Saridin kepada majikannya. Sejak itu Saridin pergi dan tak pernah kembali lagi.
Kisah Saridin dan mbah Kholil ini dimuat dalam buku tentang biografi dan karomah Kiai Kholil Bangkalan berjudul: Surat Kepada Anjing Hitam terbit 1998.
Suatu kali, Saridin diminta majikannya menyiapkan kuda dan dokarnya, karena akan melakukan perjalanan jauh ke Kabupaten Bangkalan.
Di masa itu, perjalan Sumenep-Bangkalan, dari ujung timur ke ujung barat pulau di Pulau Madura, membutuhkan waktu selama satu pekan pulang pergi.
Seperti pembantu pada umumnya, Saridin menyiapkan dokarnya dengan baik di hari yang telah dijadwalkan. Sang majikan hendak sowan Syaikhona Kholil Bangkalan.
"Saya mau ke Bangkalan, mau sowan ke Kiai Kholil, jaga rumah baik-baik," kata majikannya kepada Saridin.
Simak Video Pilihan Ini:
Menghadap Kiai Kholil
Setelah perjalanan jauh itu, sang majikan akhirnya tiba di Bangkalan dan langsung bertemu Kiai Kholil di rumahnya.
Setelah saling menjawab salam, Kiai Kholil langsung menanyakan maksud dan tujuan si juragan jauh-jauh dari Sumenep menemui dirinya.
"Saya ingin minta barokah doa, agar bisnis saya selalu dilancarkan," jawab si juragan.
Mendengar jawaban itu, Kiai Kholil mengatakan bahwa mestinya dia tak perlu jauh-jauh ke Bangkalan meminta didoakan. Sebab, kata Kiai Kholil, di rumah si juragan ada seorang waliyullah.
"Pulanglah, minta didoakan padanya dan sampaikan salamku untuknya," kata Kiai Kholil.
Mendengar jawaban itu si juragan bingung dan langsung bergegas pulang ke Sumenep. Sepanjang jalan dia terus merenungkan ucapan Kiai Kholil. Benarkan Saridin seorang wali?
Singkat cerita, setibanya di rumah, seperti biasanya Saridin telah menyambut kedatangan sang Majikan. Tapi Saridin merasa aneh, karena sikap majikannya berubah menjadi penuh hormat padanya.
"Ada salam untuk dari Kiai Kholil. Saya juga memohon maaf, karena tak tahu bahwa engkau seorang kekasih Allah," ucap sang juragan.
Mendengar ucapan itu, Saridin hanya tersenyum dan tak menyangka Kiai Kholil membongkar rahasia yang senantiasa dia jaga. Setelah itu, Saridin pamit pergi dan tak pernah kembali lagi.
Benarlah satu Kaidah populer dalam dunia kaum sufi yang berbunyi: La Yakriful Wali illal Wali, bahwa hanya seorang wali yang bisa mengetahui status kewalian waliyullah lainnya.
Kisah ini mengajarkan kita agar senantiasa hormat kepada orang lain apapun profesinya. Sebab, bisa jadi di dunia seorang hamba pekerja kasar, tapi punya derajat yang mulai di sisi Allah SWT.
Advertisement