Cuaca Indonesia Hari Ini Rabu 30 Agustus 2023: Mayoritas Cerah Berawan, Sebagian Hujan

Langit pagi Indonesia pada hari ini, Rabu (30/8/2023) sebagian besarnya diprakirakan cerah, cerah berawan, berawan, kabut, dan ada pula yang hujan ringan. Seperti itulah prediksi cuaca Indonesia hari ini, Rabu (30/8/2023).

oleh Devira Prastiwi diperbarui 30 Agu 2023, 17:30 WIB
Langit pagi Indonesia pada hari ini, Rabu (30/8/2023) sebagian besarnya diprakirakan cerah, cerah berawan, berawan, kabut, dan ada pula yang hujan ringan. Seperti itulah prediksi cuaca Indonesia hari ini, Rabu (30/8/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Indonesia pada hari ini, Rabu (30/8/2023) sebagian besarnya diprakirakan cerah, cerah berawan, berawan, kabut, dan ada pula yang hujan ringan. Seperti itulah prediksi cuaca Indonesia hari ini, Rabu (30/8/2023).

Cuaca hujan dengan intensitas ringan diprakirakan guyur wilayah Tarakan, Tanjung Pinang, dan Ambon pada pagi hari ini, seperti laporan yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kemudian di siang hari, seluruh cuaca Indonesia diprediksi BMKG bakal cerah, cerah berawan, berawan, dan berawan tebal. Kecuali Banda Aceh dan Manokwari diprakirakan hujan ringan serta hujan sedang di Medan pada siang hari nanti.

Untuk malam hari nanti, sebagian besar langit Indonesia diprediksi bakal cerah, cerah berawan, berawan, kabut, berawan tebal, hujan ringan, dan hujan lebat.

Hujan dengan intensitas ringan diprakirakan mengguyur wilayah Tarakan, Ternate, Manokwari, Pekanbaru, serta hujan lebat di Medan malam nanti.

Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Banda Aceh  Cerah  Hujan Ringan  Cerah
 Denpasar  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Serang  Cerah  Cerah Berawan  Berawan
 Bengkulu  Berawan  Cerah Berawan  Berawan Tebal
 Yogyakarta   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Jakarta Pusat   Cerah Berawan  Cerah   Cerah 
 Gorontalo   Cerah   Cerah Berawan  Cerah 
 Jambi   Kabut  Cerah Berawan  Kabut
 Bandung   Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Semarang   Berawan  Berawan  Berawan
 Surabaya   Cerah Berawan  Cerah  Cerah
 Pontianak   Cerah  Cerah  Cerah
 Banjarmasin   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah
 Palangkaraya  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Samarinda  Cerah  Cerah Berawan  Cerah
 Tarakan   Hujan Ringan  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Pangkal Pinang  Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Tanjung Pinang   Hujan Ringan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bandar Lampung  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Ambon   Hujan Ringan  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Ternate   Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Mataram   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kupang   Cerah  Cerah  Cerah
 Kota Jayapura  Berawan  Berawan Tebal  Berawan
 Manokwari   Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Pekanbaru   Kabut  Cerah Berawan  Hujan Ringan
 Mamuju   Cerah Berawan  Berawan  Cerah Berawan
 Makassar   Cerah  Cerah  Berawan
 Kendari   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Manado    Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Padang   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Palembang  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Medan   Cerah Berawan  Hujan Sedang  Hujan Lebat

Kanal Banjir Timur Surut Akibat Perubahan Iklim, Ini Penjelasan BMKG

Kondisi aliran Kanal Banjir Timur yang mengering sehingga memperlihatkan dasar sungai. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, musim kemarau yang melanda wilayah DKI Jakarta membuat debit air di Kanal Banjir Timur (KBT) surut.

Keadaan ini dialami di sepanjang Jalan Inspeksi KBT Malaka Sari hingga Jalan Rawa Bebek, Pilogebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Berdasarkan hasil analisis terhadap pengamatan curah hujan yang dilakukan selama bulan Agustus dari BMKG, kondisi KBT berhubungan dengan perubahan iklim yang saat ini terjadi. 

Hal ini diungkapkan oleh Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari yang mengatakan bahwa wilayah Jabotabek termasuk Provinsi DKI,  Banten dan sebagian besar Jawa Barat mengalami curah hujan yang sangat rendah.

"Sangat rendah yaitu kurang dari 10 mm dalam 10 hari. Jadi curah hujan yang seperti itu membuat kondisi aliran sungai sangat kecil, bahkan kering karena tidak ada supply air ke dalam tanah kan," ujar Supari kepada Liputan6.com, Rabu 23 Agustus 2023.

Supari menyebut kondisi daerah yang mengalami curah hujan yang sangat rendah pada sepanjang bulan Agustus ini meliputi Sumatera Selatan, Lampung, seluruh Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan, sebagian besar Sulawesi dan Papua bagian selatan.

"Jadi ya dari segi nasional merata dan itu yang berkontribusi pada mengeringnya sungai-sungai atau kalau tidak mengering mungkin alirannya sangat kecil," jelasnya.


Penyusutan Air di KBT Terjadi Berlangsung Sejak Juli 2023

Busa di aliran Kanal Banjir Timur (KBT) keluar dari pintu air Malaka Sari, Jakarta, Selasa (22/8/2023). (merdeka.com/Imam Buhori)

Surutnya debit air di Kanal Banjir Timur membuat dasar kali KBT, termasuk lumpur dan gumpalan sampah-sampah plastik dapat dilihat. Bahkan, di beberapa titik wilayah Rawa Bebek, permukaan tanah di tepi KBT terlihat pecah-pecah.

Menurut Petugas Pos Duga Air Weir I Malaka Sari, Duren Sawit, Sutisna penyusutan permukaan air KBT terjadi karena musim kemarau yang berlangsung sejak Juli 2023. Dia mengatakan surutnya air di KBT disebabkan oleh debit air sungai yang mengalir ke KBT tidak berasal dari mata air.

"Kalau kering ini memang karena musim kemarau. Jadi enggak ada mata airnya," kata Sutisna di pintu air Malaka Sari, Senin 21 Agustus 2023, seperti dilansir dari Antara.

Sutisna menyebut penyusutan akan terlihat dari tinggi rendahnya permukaan air di dalam bendungan.

"Jika dalam keadaan normal, saat pintu air dibuka, permukaan air bendungan akan setinggi 30-50 sentimeter (cm). Namun, saat musim kemarau ini, permukaan air bendungan pun hanya sebatas 15-20 cm saja," tuturnya.

Untuk mengantisipasi kekeringan di sejumlah kali, Pos Duga Air Weir I Malaka Sari terpaksa mengatur penggelontoran air (flushing) guna menjaga permukaan tanah tidak turun.

"Kalau permukaan tanah turun, maka masyarakat akan kesulitan mendapatkan air," papar Sutisna.


Musim Kemarau Berkepanjangan Akibat Dampak El Nino

Surutnya air Kanal Banjir Timur dipengaruhi musim kemarau sehingga beberapa bagian sungai membentuk daratan. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sementara itu, Supari juga menjelaskan bahwa musim kemarau diperkirakan akan berlangsung lebih panjang dari biasanya. Hal ini dikarenakan fenomena El Nino menyebabkan banyak wilayah yang mengalami musim kemarau berkepanjangan. 

"Hal ini tentu saja akan berdampak pada tersedianya air untuk aliran sungai. Bukan hanya itu, kebutuhan air masyarakat mengalami kekurangan bahkan kekeringan tergantung daerah masing-masing," jelas Supari.

Namun, ia menilai saat ini masyarakat mengalami kekeringan dengan ditandai banyaknya pemberitaan di media mengenai bantuan air oleh pemerintah daerah. 

BMKG Minta Masyarakat Hemat Air

BMKG meminta masyarakat untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi iklim. Hal ini diungkap Supari kepada wartawan Liputan6.com. Dia mengatakan kekeringan ini tidak akan bisa dicegah. Apalagi daerah-daerah yang supply airnya mengandalkan sumur-sumur buatan, maka yang bisa dilakukan adalah gerakan menghemat air.

"Wilayah Jabotabek ini diperkirakan South September-Oktober itu kondisi-kondisi masih kering. Jadi November itu baru masuk musim hujan sehingga kita masih akan mengalami kondisi seperti ini setidak-tidaknya September-Oktober,” katanya.

Untuk menjaga supaya kebutuhan air itu tetap terpenuhi Supari meminta masyarakat untuk hemat air. Kemudian, daerah-daerah yang masih menggunakan fasilitas seperti PDAM, perlu melakukan penyesuaian karena sangat mungkin sumber air yang digunakan pemerintah dalam memproduksi air PDAM itu juga mengalami defisit.

"Mungkin saja akan mengalami pengurangan aliran air ke pelanggan, sangat tergantung kepada kondisinya. Atau pada kondisi sumber air yang tidak cukup mungkin akan terjadi pengaturan ulang di mana air tidak mengalir sepanjang waktu, sehingga ini perlu diantisipasi oleh masyarakat," tuturnya. 

“Kalau sekarang belum terjadi, ya berarti sekarang harus bersiap untuk kemungkinan kondisi itu dengan cara mengatur pola penggunaan air di level masyarakat," tambahnya. 

Infografis Cuaca Ekstrem, Jakarta Siaga Banjir Besar? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya