Sejarah Gedung Lawas Bank Indonesia Solo, Pernah Dipakai Para Tokoh Penting di Masa Revolusi

Kini, kawasan Gedung Lawas Bank Indonesia Solo menjadi tempat favorit anak muda untuk membuat konten sosial media.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 31 Agu 2023, 03:00 WIB
Penukaran Uang di Bank Indonesia Solo (Fajar Abrori/Liputan6.com)

Liputan6.com, Solo - Gedung Lawas Bank Indonesia Solo yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman No.15, Pasar Kliwon, Surakarta, memiliki arsitektur modern yang indah. Saat sore, kawasan di sekitar gedung tersebut dipenuhi anak muda yang menghabiskan waktu bersama.

Mengutip dari surakarta.go.id, sebelumnya Bank Indonesia Kantor Perwakilan Solo menempati gedung lama di sisi utara. Kemudian berpindah ke gedung baru yang berada di sisi selatan.

Pada zaman kolonial Belanda, gedung lama dengan arsitektur khas Eropa tersebut merupakan kantor De Javasche Bank (DJB) Agentschap Soerakarta. Saat itu, Kantor DJB digunakan sebagai tempat mencetak dan mengedarkan uang oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menunjang perekonomian.

Gedung DJB didirikan pada 1910. Kala itu, gedung tersebut memiliki peran yang cukup strategis untuk menghidupkan denyut perekonomian Solo.

Meski demikian, bank sentral sudah ada di Solo sejak 1867. Uniknya, Gedung Agentschap Soerakarta ini merupakan kantor DJB yang dibangun pemerintah kolonial Belanda yang bukan berada di wilayah pesisir (dekat dengan wilayah laut).

Saat itu, Pemerintah Hindia Belanda memang lebih banyak membangun kantor cabang DJB di daerah pesisir. Pada era kemerdekaan Indonesia, Perdana Menteri Sutan Sjahrir bersama jajaran kabinetnya juga pernah membahas revolusi di gedung tersebut bersama Sri Susuhunan Pakubuwono XII dan Sri Mangkoenegoro VIII.

Hal itu menjadi bukti bahwa gedung ini memiliki jejak sejarah dan memiliki kontribusi besar untuk perjalanan bangsa. Para tokoh penting Indonesia pun memanfaatkan Gedung Bank Indonesia yang ada di Solo untuk membahas rencana-rencana strategis revolusi kemerdekaan.

Tak hanya berjasa pada perjalanan revolusi kemerdekaan, keberadaannya juga turut memajukan perjalanan perekonomian kala itu. Hal itu karena Belanda memanfaatkan lokasi tersebut untuk mencetak uang.

Pasa 1951, gedung DJB dinasionalisasi dan resmi menjadi Bank Indonesia pada 1953. Untuk melengkapi kisah-kisah penting perjalanan Gedung Bank Indonesia di Solo, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo juga menerbitkan buku bertajuk Sejarah dan Heritage Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo pada 2014.

Buku tersebut berisi tentang transformasi De Javasche Bank (DJB) menjadi Bank Indonesia, yang kini menjadi bank sentral di Indonesia. Bukan itu saja, buku tersebut juga memotret geliat perekonomian pada masa itu.

Kini, kawasan Gedung Lawas Bank Indonesia Solo menjadi tempat favorit anak muda untuk membuat konten sosial media. Kawasan tersebut juga kerap dijadikan lokasi foto prewedding. Salah satu angel favorit untuk berfoto adalah di depan tulisan Bank Indonesia pada gedung baru dengan latar Gedung Bank Indonesia lama (di sisi utara).

(Resla Aknaita Chak)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya