Liputan6.com, Jakarta - Salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah guna mengurangi polusi udara yaitu dengan membuat hujan buatan.
Pada Minggu (27/8) beberapa wilayah di Jakarta diketahui sempat diguyur hujan dengan intensitas deras.
Advertisement
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan jika hujan tersebut adalah hasil dari modifikasi cuaca atau merupakan hujan buatan.
BNPB Indonesia menjelaskan jika hujan buatan ini termasuk kedalam operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Operasi ini dilakukan bersama BNPB, BRIN, BMKG, dan TNI.
"BNPB bersama BRIN, BMKG, dan TNI berupaya mengurangi polusi udara yang belakangan ini terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Salah satu upaya yang akan dilakukan dengan melakukan hujan buatan melalui operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)," tulis @BNPB_Indonesia.
Lantas bagaimana cara membuat hujan buatan? Menjawab hal ini, Kepala BBTMC BPPT Tri Handoko Seto menjelaskan bahwa Kepala BBTMC BPPT, Tri Handoko Seto menguraikan bahwa hujan buatan tidak dapat diartikan secara harfiah sebagai pekerjaan membuat hujan.
Karena teknologi ini berupaya untuk meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan.
"Hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca ini adalah, dengan cara melakukan penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan," papar pria yang akrab dipanggil Seto tersebut, dikutip dari laman BPPT.go.id, Rabu (30/8/2023).
Selain itu Operasi TMC ini tentunya juga tidak lepas dari ketersediaan yang diberikan oleh alam.
Artinya jika awannya banyak, kita juga akan dapat menginkubasi lebih banyak dan otomatis akan menghasilkan hujan yang lebih banyak juga, begitupun sebaliknya.
Hujan Buatan Bukan Solusi Masalah Polusi Udara Jakarta
Hujan buatan di Jakarta yang dilakukan oleh BMKG merupakan upaya yang terus dilakukan oleh pemerintah dengan menerapkan modifikasi cuaca atau TMC (teknologi modifikasi cuaca). Pendekatan ini melibatkan manipulasi pertumbuhan awan dan arah angin guna menciptakan hujan buatan. Salah satu tujuan utama dari modifikasi cuaca ini adalah untuk mengatasi masalah polusi udara yang semakin memburuk di Ibu Kota.
Namun, para ahli berpendapat bahwa hujan buatan di Jakarta bukanlah solusi definitif, melainkan respons reaktif terhadap permasalahan polusi udara.
"Tidak akan menyelesaikan masalah kalau tidak menyasar sumber-sumber pencemar, entah dari transportasi, industri, pembakaran sampah, maupun pembakaran batubara dari industri PLTU," jelas Juru Kampanye Keadilan Perkotaan Greenpeace Indonesia, Charlie Albajili, usai acara peluncuran seri parfum terinspirasi polusi "Our Earth" di bilangan Jakarta Pusat, Jumat, 25 Agustus 2023.
Data dari situs IQAir pada 28 Agustus 2023, pukul 09.25 WIB, mengindikasikan bahwa indeks kualitas udara Jakarta mencapai angka 163 US Air Quality Index (AQI US). Hal ini menjadikan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia. Meskipun pada malam tanggal 27 Agustus 2023, hujan buatan berhasil terjadi di Jakarta, kualitas udara tetap berada pada peringkat terendah.
Intensitas deras hujan buatan yang turun di Jakarta pada 27 Agustus 2023 berhasil mencuci sebagian besar polusi udara, seperti yang terlihat dari perubahan nilai indeks kualitas udara di situs IQAir. Meskipun sempat turun ke peringkat kelima dalam daftar kota dengan polusi udara terburuk di dunia setelah hujan, Jakarta kembali menduduki peringkat kedua terburuk di dunia pada pagi harinya.
Advertisement
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca
Operasi teknologi modifikasi cuaca di Indonesia melibatkan beberapa instansi seperti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Keberhasilan teknologi modifikasi cuaca di Indonesia seperti hujan buatan di Jakarta ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk pertumbuhan awan dan arah angin.
Namun, efektivitas modifikasi cuaca ekstrem di Indonesia masih menjadi perdebatan. Ahli berpendapat bahwa kurangnya daerah kontrol dalam operasi teknologi modifikasi cuaca menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan.
Selain itu, jenis awan tropis yang sulit dimodifikasi juga menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan hujan buatan di wilayah Jakarta. Oleh karena itu, upaya untuk menciptakan hujan buatan di Jakarta harus dilakukan dengan desain statistik yang akurat dan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan yang kompleks.