Peringatan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Doa Jelek di Waktu Mustajab Bisa Picu Malapetaka

Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar memperingatkan agar seorang muslim tidak berdoa jelek, terlebih di waktu-waktu mustajabah

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Agu 2023, 03:30 WIB
KH Miftachul Akhyar (Foto: Instagram/@multimedia_kh_miftachul_akhyar)

Liputan6.com, Jakarta - Doa adalah bentuk penghambaan manusia kepada penciptanya, Allah SWT. Melalui doa, manusia mengakui kekuasaan dan kebesaran Allah Yang Maha Memberi.

Doa juga merupakan wujud interaksi antara hamba dengan Tuhannya, makhluk dengan penciptanya. Melalui doa, manusia meminta agar Yang Menguasai Nasib mengabulkan harapan-harapannya.

Karena pentingnya interaksi ini, ada rambu-rambu atau tata cara berdoa, lazimnya disebut adab berdoa. Selain itu, karena potensi dikabulkannya doa, maka umat Islam tidak boleh memanjatkan doa jelek, baik untuk dirinya maupun orang lain.

Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengajak masyarakat untuk membiasakan dengan ucapan yang baik, termasuk di dalam berdoa.

Pasalnya, ada waktu-waktu yang mustajab dalam setiap pergantian masa. Dikhawatirkan, doa yang jelek itu terucap tepat pada waktu yang memang mudah dimakbul oleh Allah swt.

"Kalau kamu memohon kepada Allah atau menginginkan sebuah cita-cita, periksa cita-cita itu, jangan cita-cita yang remeh murahan, isi doa yang penting. Jaga mulutmu dari ucapan yang jelek. Kenapa? Kalau harapan itu tepat pada waktu yang mustajabah, ya malapetaka," kata Rais Aam PBNU dalam kajian Kitab Hadits Jami' As-Shogi disiarkan kanal Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar, seperti dikutip nu.or.id, Rabu (30/8/2023).

 

Simak Video Pilihan Ini:


Jangan Mendoakan yang Jelek

KH Miftachul Akhyar (Foto: Instagram/@multimedia_kh_miftachul_akhyar)

Penjelasan ini dijabarkan Kiai Miftach, sapaan akrabnya saat mengurai maksud sebuah hadits Rasulullah saw yang ada di Kitab Jami' As-Shogir, sebagaimana berikut:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إذا تمنى أحدكم، فلينظر ما يتمنى، فإنه لا يدري ما يكتب له من أمنيته"

Artinya, "Rasulullah saw bersabda: Apabila salah seorang di antara kalian mempunyai cita-cita, maka lihatlah apa yang dia cita-citakan, karena dia tidak mengetahui apa yang ditulis (ditakdirkan) tentang cita-citanya".

Hadits dengan kualifikasi sanad hasan ini dijelaskan KH Miftachul Akhyar, memberi pesan bahwa hendaknya seseorang berhati-hati dalam berdoa atau bercita-cita. Permohonan yang disandarkan kepada Allah swt harus benar-benar dipastikan baik, bukan sebaliknya.

Menurut Kiai Miftach, sapaan akrabnya, ulama memberikan banyak pandangan soal waktu-waktu yang mustajabah. Dengan demikian, perbedaan itu yang semestinya memacu kalangan Muslim khususnya untuk terus berdoa memohon kepada Allah untuk mewujudkan harapan-harapan baiknya.

"Kita tidak tahu kapan waktu mustajabah. Oleh karena itu kalau doa, sehari semalam isi dengan doa, karena dalam sehari semalam akan ada saat yang mustajabah. Kapan? Kita tidak tahu. Ada yang mengatakan setelah Ashar, ada yang mengatakan mendekati Maghrib, ada yang mengatakan waktu matahari mau terbenam," ungkapnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya, Jawa Timur ini juga mengajak kepada orang tua agar tidak sampai mendoakan anaknya dengan hal-hal yang kurang pantas. Kendati dalam kondisi marah karena ulah buah hatinya. 

"Termasuk orang tua memarahi anak-anaknya mengeluarkan kata-kata yang jelek, disebut anak yang durhaka misalnya. Ini kalau tepat pada saat mustajabah, wah ini malapetaka," tuturnya.

Kiai Miftach kemudian mengurai hadits sahabat Jabir yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abi Daud tentang larangan berkata jelek kepada seorang anak, saudara, dan orang lain yang dikenal. 

"Karena ada haditsnya, jangan kalian mendoakan jelek kepada anak-anakmu, saudara-saudaramu, siapapun yang engkau kenal, takutnya atau khawatirnya doa yang jelek itu pas deng saat mustajabah," terangnya.

Tim Rembulan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya