Liputan6.com, Jakarta - Moda transportasi light rail transit atau Lintar Raya Terpadu (LRT) Jakarta Bogor Depok Bekasi (Jabodebek) telah diresmikan oleh Presiden Jokowi (Joko Widodo) pada Senin, 28 Agustus 2023. Ternyata masih banyak masalah yang bermunculan seteah dioperasikan, salah satunya dari sisi kenyamanan penumpang.
Persoalan kenyaman ini dikeluhkan oleh beberapa warganet yang telah menjajal fasilitas umum tersebut. Pemilik akun Twitter @gerbongbagasi, mengeluhkan pintu kereta LRT Jabodebek yang pendek sangat membuatnya merasa tidak nyaman.
Advertisement
"Mohon maaf ini pintu keretanya pendek dan tidak ramah untuk orang setinggi 180 cm," tulis akun tersebut pada Selasa, 29 Agustus 2023.
"Masuk-keluar kereta mesti nunduk, pindah antar sambungan kereta nunduk, entah ngukur dimensinya pakai standar mana. Kereta MRTJ & LRTJ kyknya gak sependek ini tingginya," lanjutnya.
Saat berada di dalam rangkaian kereta, ia merasa fasilitas tempat duduk atau kursi penumpang sangat terbatas, menurutnya satu kursi yang disediakan hanya cukup menampung empat orang dewasa. "Di kanan-kiri kursi ada sisa space kosong yg lumayan luas, mungkin masih bisa diisi kursi lagi? Sandaran kursi tingginya cuma seperut agak membuat kurang nyaman saat menyender,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti sistem self driving yang diterapkan pada LRT Jabodebek ini masih belum berfungsi optimal. Hal utama yang dirasakan adalah pengereman tidak mulus serta pemberhentian antara pintu kereta dan platform screen doors (PSD) tidak presisi.
Selain itu, dia menilai durasi berhenti kereta LRT Jabodebek di tiap stasiun tidak bisa ditebak. "Kadang cuma 5 menit, kadang lama bisa sampai 2 menit,” ungkapnya.
Kekurangan dan Nilai Plus LRT
Dia juga membagikan rekaman video informasi buka tutup pintu yang belum tersinkronisasi dengan baik. Misalnya, ketika pintu LRT sudah tertutup, informasi pintu akan ditutup baru terdengar. Begitu pula sebaliknya ketika pintu sudah terbuka, informasi pintu akan dibuka baru diputar.
"Saran saya jangan berdiri di depan pintu, ngeri kejepit pintu euy. Kalau mau masuk ya masuk, kalau mau keluar ya keluar,” kata dia
Meski terdapat sederet kekurangan yang perlu disempurnakan, warganet ini mengatakan ada nilai plus yang ditemuinya di stasiun, seperti rambu arah yang sangat informatif, dispenser air isi ulang gratis dan parkiran sepeda.
"Di balik segala kekurangannya semoga LRT Jabodebek terus bebenah, & harapannya dapat menjadi moda transportasi pilihan bagi penglaju kantoran yg tinggal di kawasan Bekasi, Cibubur, & sekitarnya,” tutupnya
Unggahan pengalaman pertama naik LRT Jabodetabek itu mendapat beragam komentar dari warganet. "Hmm penasaran sejenis LRT di luar negeri kayak jepang atau eropa apakah begini juga? Apakah ini design requirement karena ukuran keretanya harus kecil supaya bisa melaju dgn kecepatan tinggi? Kereta kecil --> pintu juga kecil? Atau jangan2 tujuannya utk menekan cost? ,” lomentar seorang warganet.
Advertisement
Keamanan LRT Harus Diutamakan
"Tinggi 180cm++ auto keluar masuk kayak naik angkot. Yang nge-desain masih beranggapan orang lokal pada pendek2,” tulis warganet lainnya.
"Kalo dibanding LRT jakarta sih, beda kelas kayanya yg 1 kelas internasional yg 1 kelas bangga buatan anak bangsa,” komentar warganet lainnya.
"Gak masalah seperti dulu produk cina jg busuk berproses hingga jadi bagus, tapi tetep keamanan harus diutamakan,” timpal warganet lainnya.
Yang juga ramai dibahas tentang LRT adalah tarifnya yang dinilai masih kemahalan. LRT Jabodebek beroperasi komersial dengan tarif masih flat Rp5.000 sampai akhir September 2023. Sedangkan, tarif normal LRT Jabodebek menurut Keputusan Menteri Perhubungan adalah Rp5.000 untuk 1 km pertama. Selanjutnya, dikenakan Rp700 setiap km berikutnya.
Dengan begitu, tarif LRT Jabodebek maksimal untuk jarak terjauh pada Stasiun Dukuh Atas-Jatimulya sepanjang 29,5 km sebesar Rp24.600. Sejumlah masyarakat melihat tarif tersebut kemahalan karena masih harus menggunakan moda transportasi lain untuk bisa mengakses LRT Jabodebek. Dengan begitu, biaya transportasi yang dikeluarkan masih lebih besar.
Usaha Menekan Tarif LRT Jabodebek
Diansir dari kanal Bisnis Liputan6.com, Rabu, 30 Agustus 2023, Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PKAPBN) Kementerian Keuangan Wahyu Utomo menyatakan, pemerintah belum mengalokasikan subsidi untuk penurunan tarif LRT Jabodebek dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024.
"(RAPBN) 2024 belum masuk," ujarnya kepada awak media di Kompleks Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Rabu, 30 Agustus 2023.
Meski begitu, Kementerian Keuangan tidak menutup kemungkinan untuk memberikan subsidi guna menekan tarif LRT Jabodebek yang dinilai mahal. Tentunya kebijakan subsidi diambil dengan persetujuan DPR RI.
Kementerian Keuangan dijadwalkan akan melakukan pembahasan mengenai RAPBN 2024 bersama Komisi XI pada Kamis (31/8/2023). Selanjutnya, akan melakukan rapat bersama Badan Anggaran DPR RI.
"Tapi, nantikan (RAPBN 2024) diskusinya dinamis lah. Ini kah baru mau tahap pembahasan di komisi dan banggar. Kalau (pembahasan) komisi (XI) besok, kalau banggar mulai tanggal 5, 6, 7 (September 2023). Mungkin dinamikanya nanti bisa pembahasan di DPR," pungkas Wahyu.
Advertisement