Tertinggi di ASEAN, PMI Manufaktur Indonesia di Juli 2023 Sentuh 53,3

Kenaikan PMI Manufaktur Indonesia di Juli dikarenakan tingginya peningkatan output/produksi, tidak hanya didukung oleh kenaikan permintaan domestik, tetapi juga kenaikan pada permintaan luar negeri.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 31 Agu 2023, 12:20 WIB
Suasana produksi komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal, kawasan Delta Silicon, Cikarang, Jawa Barat. Perusahaan manufaktur Triputra Group menargetkan penjualan hingga 38.81 % atau senilai Rp 3,08 triliun pada 2021 khususnya segmen kendaraan roda empat (4W). (Liputan6.com/HO/Dharma)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa Indonesia membuat kemajuan manufaktur yang baik selama Juli kemarin. Bahkan Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif mengatakan bahwa indeks manufaktur Indonesia tertinggi di negara ASEAN.

“Purchasing Manufacturing Index atau PMI Manufaktur Indonesia yang dikeluarkan oleh S&P Global naik dari 52,5 di Juni menjadi 53,3 di Juli, menandakan ekspansi selama 23 bulan berturut-turut,” papar Febri dalam Rilis IKI Agustus 2023 yang disiarkan secara daring pada Kamis (31/8/2023).

Febri menjelaskan, baiknya PMI Manufaktur Indonesia di bulan Juli dikarenakan tingginya peningkatan output/produksi, tidak hanya didukung oleh kenaikan permintaan domestik, tetapi juga kenaikan pada permintaan luar negeri.

Seiring peningkatan pesanan baru, perusahaan meningkatkan kuantitas pembelian barang input, sehingga ekspansi stok barang input meningkat pada bulan Juli, menurut Kemenperin.

Kemenperin mengutip data dari S&P Global, mencatat bahwa PMI Malaysia di bulan Juli 2023 mencapai 47,8 dan Vietnam 48,7. Sementara Singapura memiliki PMI 49,7 dan Thailand di angka 50,7.

"Indeks PMI ASEAN menunjukkan perlambatan pada bulan Juli, baik produksi maupun pesanan baru melemah dibanding bulan Juni. Pertumbuhan sebagian besar didorong oleh pasar domestik, karena pesanan baru dari luar negeri terkontraksi," jelas Febri.

Negara Besar

Adapun PMI China dan India yang masing-masing tercatat sebesar 49,2 dan 57,7.

PMI China menunjukkan kontraksi setelah 2 bulan ekspansi, utamanya dikarenakan kontraksi pada pesanan baru, khususnya pesanan luar negeri.

Sedangkan Uni Eropa dan Amerika Serikat memiliki PMI sebesar 42,7 dan 49,0.

"Indeks PMI Uni Eropa kembali kontrasi dan terus menunjukkan penurunan, dengan kontraksi terdalam terjadi di Jerman (38,8), didorong olen penurunan paling tajam pada pesanan baru selama lebih dari 3 tahun. PMI Amerika Serikat masin berada pada level kontraksi (49,0), dengan terus turunnya pesanan baru," paparnya.

 


Realisasi Investasi

Pekerja memeriksa kualitas komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal (Dharma Group), kawasan Delta Silicon, Cikarang. Perusahaan manufaktur komponen otomotif optimistis perpanjangan PPnBM dan tren penjualan kendaraan roda empat (4 wheeler/4W) yang mulai positif. (Liputan6.com/HO/Dharma)

Febri pun menyoroti perekomonian domestik Indonesia yang masih kuat, ditandai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang masih pada level kuat hingga Triwulan II 2023 mencapai 5,17 persen (yoy).

Industri pengolahan nonmigas Indonesia juga mash tumbuh positif sebesar 4,56 persen.

"Laju pertumbuhan ekonomi didukung dengan terus meningkatnya capaian realisasi investasi. Pada semester I Tahun 2023, realisasi investasi nasional mencapai Rp. 687.7 triliun, meningkat 16,1 persen dibanding Semester | 2022," papar Febri.

Sektor Industri yang berkontribusi 39,8 persen terhadap realisasi investasi nasional, mencapai Rp. 270,3 triliun pada Semester 1 2023, naik 17,1 persen. Kuatnya ekonomi Indonesia juga tercermin dari indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang terjaga pada level optimis pada bulan Juni 2023 mencapai 123,5.


Sektor Manufaktur Dominasi Aliran Investasi Asing ke ASEAN

Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)

Sebelumnya, Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Riyatno mengungkapkan bahwa manufaktur menjadi sektor yang menerima investasi terbanyak di negara anggota ASEAN.

Seperti diketahui, Investasi Asing Langsung (FDI) di kawasan ASEAN mencatat pertumbuhan 5 persen di tahun 2022 lalu.

Riyatno merinci, penggerak utama pertumbuhan FDI di ASEAN adalah investasi di bidang manufaktur, keuangan, perdagangan eceran, transportasi, penyimpanan, serta informasi dan komunikasi.

"5 sektor tersebut menyumbang sekitar 86 persen dari total masuknya FDI di ASEAN. Dan sekali lagi manufaktur menjadi sektor yang paling signifikan dengan investasi yang naik ke level tertinggi sepanjang masa yaitu mencapai USD 62 miliar," papar Riyatno dalam konferensi pers Peluang Investasi melalui KTT ke-43 ASEAN pada Selasa, 15 Agustus 2023.

Sedangkan industri elektronik dan listrik di ASEAN tetap menjadi penerima utama investasi di bidang manufaktur.

"Tren FDI ini menunjukkan sentimen investor yang semakin menguntungkan di kawasan tersebut. Rekor FDI di sektor manufaktur juga menunjukkan pemulihan kuat (ASEAN)," kata Riyatno.


Porsi Investasi Asing

Dalam kesempatan itu, Riyatno juga mengungkapkan bahwa porsi arus masuk FDI di ASEAN terus meningkat, dari yang awalnya kurang dari 15 persen menjadi lebih dari 72 persen dari total FDI secara global.

Adapun daftar negara yang melakukan investasi terbanyak di Indonesia sejak awal 2023/

"Di semester pertama tahun 2023 ini, pertama (investasi yang masuk ke Indonesia) ada dari Singapura, kedua Hong Kong, ketiga Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, juga ada Malaysia, Korea Selatan, Belanda, dan Australia," bebernya.

"Jadi (investasi yang masuk ke Indonesia) dari negara Eropa ada, Asia ada, juga ada dari Australia," tambah Riyatno.

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya