Liputan6.com, Washington, DC - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyampaikan keprihatinan soal kudeta militer yang terjadi di Gabon. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller menegaskan bahwa AS tidak mendukung perebutan suara secara militer, meski mengakui ada yang aneh pada pemilu Gabon.
"Amerika Serikat sangat prihatin terhadap kejadian-kejadian yang berkembang di Gabon. Kami tetap secara tegas melawan perebutan kekuasaan atau transfer kekuasaan secara konstitusional," tulis pernyataan Matthew Miller, seperti dilansir situs State.gov, Kamis (31/8/2023).
Advertisement
Miller turut menyampaikan agar pihak-pihak yang terlibat kudeta Gabon untuk menjaga keselamatan para anggota-anggota pemerintahan, serta keluarga mereka. Semua pihak yang terlibat juga diminta menahan diri.
Namun, AS mengakui bahwa ada keanehan dalam pemilu Gabon. Kudeta militer ini terjadi setelah presiden petahana Ali Bongo kembali memenangkan pemilu. Media-media Barat melaporkan bahwa Ali Bongo menang dengan perolehan suara lebih dari 60 persen.
"Kami juga mencatat dengan prihatin terhadap kurangnya transparansi dan laporan-laporan keanehan di seputar pemilu. Amerika Serikat berdiri bersama rakyat Gabon," tulis pernyataan Miller.
Pemimpin Baru di Gabon
Berdasarkan laporan AP News, prajurit-prajurit Gabon telah mengangkat kepala penjaga republik Jenderal Brice Clotaire Oligui Nguema sebagai pemimpin baru di Gabon.
Oligui ternyata adalah sepupu dari Bongo. AP News menyorot bahwa Bongo dan mendiang ayahnya telah berkuasa di Gabon selama 55 tahun.
Keadaan Bongo saat ini sedang ditahan di kediamannya. Pada sebuah pesan video, ia meminta agar rakyat bersuara terhadap kejadian ini. Namun, warga yang turun ke jalanan justru merayakan lengsernya Bongo yang dituduh semakin kaya berkat sumber daya alam negara, sementara banyak rakyat yang kesulitan.
Fakta Ali Bongo Ondimba, Presiden Gabon yang Dikudeta Militer
Sekelompok perwira tinggi militer di Gabon, Afrika Barat, mengumumkan di televisi publik pada Rabu (30/8) bahwa mereka mengakhiri rezim saat ini dan membatalkan hasil pemilu nasional.
Pernyataan itu muncul tepat setelah otoritas pemilu di negara itu menyatakan Presiden Ali Bongo Ondimba sebagai pemenang untuk masa jabatan berikutnya.
Bongo telah berkuasa di negara tersebut selama 14 tahun, mengikuti jejak ayahnya yang memimpin negara tersebut selama lebih dari empat dekade sebelumnya. Status dan keberadaan pemimpin yang tampaknya digulingkan itu belum jelas.
Kantor berita Perancis AFP melaporkan bahwa daerah sekitar kediamannya di ibu kota Libreville tampak sepi, namun suara tembakan terdengar di tempat lain selama pengumuman oleh petinggi militer.
Jika upaya kudeta militer di Gabon berhasil maka ini akan menjadi kudeta kedelapan di Afrika Barat dan Tengah sejak tahun 2020. Kudeta terakhir di Niger terjadi pada Juli. Perwira tinggi militer juga merebut kekuasaan di Mali, Guinea, Burkina Faso, dan Chad.
"Seluruh institusi republik dibubarkan," kata seorang perwira melalui siaran langsung di televisi, di mana dia dikelilingi oleh sekitar selusin tentara, seperti dilansir CBS News. "Pemerintah, Senat, Majelis Nasional dan Mahkamah Konstitusi."
Dikutip dari laman Dailytrust, Rabu (30/8/2023) berikut 5 fakta Presiden Ali Bongo Ondimba:
Advertisement
1. Putra Omar Bongo
Ali Bongo adalah putra Omar Bongo yang menjadi presiden Gabon dari tahun 1967 hingga kematiannya pada tahun 2009. Selama masa kepresidenan ayahnya, ia menjadi Menteri Luar Negeri dari tahun 1989 hingga 1991.
Ia mewakili Bongoville sebagai wakil di Majelis Nasional dari tahun 1991 hingga tahun 1999 dan menjadi Menteri Pertahanan dari tahun 1999 hingga 2009.
Setelah kematian ayahnya, ia memenangkan pemilihan presiden Gabon tahun 2009.
2. Isu Kecurangan
Berdasarkan laporan, ia terpilih kembali pada tahun 2016, dalam pemilu yang diwarnai dengan berbagai penyimpangan, penangkapan, pelanggaran hak asasi manusia, serta protes dan kekerasan pasca pemilu.
Oleh karena itu, militer diduga menggulingkannya dari kursi kepresidenan menyusul hasil pemilihan umum Gabon tahun 2023, dalam kudeta Gabon tahun 2023.
Karier Musik
3. Belajar di Prancis
Bongo menempuh pendidikan di sekolah swasta di Neuilly, Prancis, dan kemudian belajar hukum di Sorbonne. Pada tahun 2018, ia menerima gelar doktor kehormatan hukum dari Universitas Wuhan di Tiongkok.
4. Karier Musik
Tentang karir musiknya, pada tahun 1977, ia merilis album funk bertajuk A Brand New Man yang diproduseri oleh Charles Bobbit.
Setelah lulus dari kursus hukum, ia memasuki dunia politik, bergabung dengan Partai Demokrat Gabon. Ia kemudian terpilih menjadi anggota Komite Sentral PDG pada Kongres Luar Biasa Ketiga partai tersebut pada bulan Maret 1983.
5. Pernah Jadi Asisten Pribadi Ayahnya
Selanjutnya, ia menjadi Wakil Pribadi ayahnya. Dalam kapasitas itu, ia masuk ke Biro Politik PDG pada tahun 1984. Ia kemudian terpilih menjadi anggota Biro Politik pada kongres partai biasa pada bulan September 1986.
Dia memiliki empat anak -- seorang putri, Malika Bongo Ondimba, dan tiga putra, Noureddin Bongo Valentin, Jalil Bongo Ondimba dan Bilal Bongo -- yang dia dan Sylvia adopsi pada tahun 2002.
Advertisement