Soal Duet Anies-Cak Imin, Demokrat Jangan Buru-Buru Angkat Kaki dari Koalisi

Arifki mewanti kepada pihak Koalisi Perubahan untuk tidak salah langkah. Terutama Partai Demokrat yang mengungkap hal terkait ke publik.

oleh Muhammad AliMuhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 01 Sep 2023, 10:13 WIB
Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Presiden PKS Ahmad Syaikhu saat mengikuti Apel Siaga Perubahan di GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (16/7/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Partai Demokrat menyatakan Anies Baswedan secara sepihak sudah bersepakat untuk berduet bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau yang karib disapa Cak Imin. 

Demokrat yang geram langsung mengeluarkan pernyataan resmi bahwa telah terjadi pengkhianatan di tubuh Koalisi Perubahan. Diketahui, dalam koalisi tersebut terdapat tiga partai yang mengusung Anies sebagai bakal calon presiden yaitu NasDem, Demokrat dan PKS.

Menanggapi hal itu, Analis Politik Arifki Chaniago mengatakan keputusan duet Anies dan Cak Imin memang dirasa saling menguntungkan. Bagaimana tidak, kedua pihak bisa mendapatkan efek elektoral baik Anies di wilayah kekuasaan PKB yakni Jawa Timur dan Cak Imin yang bisa mendapatkan posisi Cawapres setelah koalisinya bersama Prabowo digandrungi Golkar dan PAN.

“Duet Anies-Cak Imin saya membacanya ini menjadi saling menguntungkan, kenapa? Sebab Cak Imin sudah tidak mendapat daya tawar yang kuat di Koalisi Prabowo meski sudah lama membangun koalisi bersama. Kemudian pada sisi lain secara elektoral Anies membutuhkan dukungan basis pemilih di Jawa Timur,” kata Arifki melalui pesan suara diterima, Kamis (31/8/2023). 

Namun di sisi lain, Arifki mewanti kepada pihak Koalisi Perubahan untuk tidak salah langkah. Terutama Partai Demokrat yang mengungkap hal terkait ke publik. 

Sebab jika pada akhirnya Demokrat angkat kaki, maka tempatnya untuk berlabuh bisa semakin tidak menentu. 

“Demokrat tentu kabur dari Koalisi Perubahan, tetapi dengan basis pemilih Demokrat yang lebih ke Anies karena alasan kelompok oposisi tentu juga akan merugikan kalau Demokrat terburu kabur dari koalisi yang sudah dibentuk dengan Anies,” jelas pria yang menjabat sebagai direktur eksekutif dari Aljabar Strategic ini.

Arifki menganalisis, langkah Demokrat saat ini dalam posisi yang sulit. Selain kehilangan daya tawar, proses negosiasi ke kubu koalisi lain juga akan terasa alot. Apalagi bila bersama PDIP yang secara garis pendukung keduanya sangat bertokal belakang.

“Dalam posisi ini Demokrat bisa kehilangan daya tawarnya untuk bisa negoisasi apakah dengan Ganjar atau Prabowo. Karena jangan sampai Demokrat kehilangan kursi cawapres dan suaranya turun kalau memilih berkoalisi dengan Ganjar misalnya yang secara basis pemilih berlawanan dengan Demokrat,” Arifki menandasi.


Dampak Jika Demokrat Angkat Kaki

Arifki menganalisis, langkah Demokrat saat ini dalam posisi yang sulit. Selain kehilangan daya tawar, proses negosiasi ke kubu koalisi lain juga akan terasa alot. Apalagi bila bersama PDIP yang secara garis pendukung keduanya sangat bertokal belakang.

“Dalam posisi ini Demokrat bisa kehilangan daya tawarnya untuk bisa negoisasi apakah dengan Ganjar atau Prabowo. Karena jangan sampai Demokrat kehilangan kursi cawapres dan suaranya turun kalau memilih berkoalisi dengan Ganjar misalnya yang secara basis pemilih berlawanan dengan Demokrat,” Arifki menandasi.

Infografis Ragam Tanggapan Sandiaga Dukung Ganjar-Anies dan Goda Demokrat-PKS. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya