Biaya Pendidikan Sumbang Inflasi 0,86 Persen di Agustus 2023

Berdasarkan data BPS, komoditas utama penyebab inflasi sektor pendidikan pada Agustus 2023 adalah biaya akademi atau perguruan tinggi. Kelompok pendidikan ini mengalami kenaikan inflasi0,02 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 01 Sep 2023, 11:11 WIB
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/9/2023). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2023 biaya pendidikan menjadi penyumbang inflasi di Indonesia. Padahal pada bulan ini di dalam negeri justru mengalami deflasi sebesar 0,02 persen (mtm).

"Tinjauan khusus mengenai kelompok pendidikan, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya pada Agustus 2023 terjadi inflasi sebesar 0,86 persen pada kelompok pendidikan dan andilnya 0,05 persen (terhadap inflasi Indonesia)," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/9/2023).

Berdasarkan data BPS, komoditas utama penyebab inflasi sektor pendidikan pada Agustus 2023 adalah biaya akademi atau perguruan tinggi. Kelompok pendidikan ini mengalami kenaikan inflasi0,02 persen.

Sementara, pada kelompok pendidikan SD hingga SMA, terjadi inflasi sebesar masing-masing 0,01 persen.

"Inflasi kelompok pendidikan cenderung terjadi pada rentang Juli-September, di mana masa ajaran baru. Juli momen SD-SMA masuk ajaran baru. Agustus-September waktu bagi mahasiwa untuk mulai perkuliahan," jelas Pudji.

Adapun pada Agustus 2023 secara bulanan atau month to month (mtm) terjadi deflasi sebesar 0,02 persen, atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen dari 115,24 pada Juli 2023 menjadi 115,22 pada Agustus 2023.

Sementara, secara inflasi tahunan atau year on year (YoY) pada Agustus 2023 sebesar 3,27 persen, atau inflasi tahun kalender atau year to date sebesar 1,43 persen.

Komoditas penyumbang utama inflasi terjadi pada kelompok makanan minuman dan tembakau yang memberikan andil inflasi secara mtm, diantaranya beras, cabai merah, rokok kretek filter, cabai rawit, dan rokok putih. Adapun pada kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,86 persen.


BPS: Agustus 2023 Terjadi Deflasi 0,02 Persen

Pedagang telur melayani pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (1/10). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan September 2018 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Agustus 2023 secara bulanan atau month to month (mtm) terjadi deflasi sebesar 0,02 persen, atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen dari 115,24 pada Juli 2023 menjadi 115,22 pada Agustus 2023.

Sementara, inflasi tahunan atau year on year (YoY) pada Agustus 2023 sebesar 3,27 persen. Untuk inflasi tahun kalender atau year to date sebesar 1,43 persen.

"Jika dilihat secara series, deflasi Agustus 2023 ini sejalan dengan konsisi tahun lalu yaitu Agustus 2022 dengan tingkat deflasi lebih rendah yakni sebesar 0,21 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/9/2023).

Penyumbang utama terbesar deflasi Agustus 2023 berasal dari kelompok makanan minuman dan tembakau, dengan deflasi sebesar 0,25 persen dan andil deflasi 0,07 persen.

Sementara komoditas penyumbang deflasi terbesar mtm terbesar, antara lain daging ayam ras dengan andil sebesar 0,07 persen, bawang merah dengan andil deflasi 0,05 persen.

Kemudian, telur ayam ras dengan andil 0,02 persen, dan beberapa komoditas lain dnean andil deflasi sebesar 0,01 persen yaitu seperti ikan segar, bahan bakar rurmah tangga, tarif angkutan udara, dan kacang panjang.

Selain itu terdapat beberapa komoditas pada kelompok makanan minuman dan tembakau yang memberikan andil inflasi secara mtm, diantaranya beras, cabai merah, rokok kretek filter, cabai rawit, dan rokok putih. Adapun pada kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,86 persen.

 


Top, Inflasi Indonesia Terendah di Antara Negara G20

Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koordinator Bidang Perekomonian Airlangga Hartarto memuji inflasi Indonesia yang berhasil berdiri di tingkat terendah di antara negara negara maju di G20.

"Inflasi Indonesia dapat terkendali dan kembali dalam rentang target sasaran sesuai dengan APBN di 3% plus 1%. Inflasi di bulan juli tercatat 3,08 % year on year dan angka inflasi ini lebih baik dibandingkan sejumlah negara G20 lainnya," kata Airlangga dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2023 yang disiarkan secara daring pada Kamis (31/8/2023).

Airlangga memaparkan, inflasi India berada di 7,44%, Inggris 6,8%, dan Uni Eropa 5,3% .

Menko juga memuji kelancaran distribusi pangan, juga kebijakan fiskal moneter serta sektor yang memastikan inflasi terkendali dalam rentang sasaran.

"Dan salah satu yang telah diupayakan (dalam penahanan inflasi pangan) yaitu penguatan cadangan beras cadangan pangan pemerintah, utamanya beras dan stabilisasi pasokan dan harga pangan. Dan pemerintah memberikan bantuan beras dari bulan Maret sampai Juni untuk 21,3 juta. Dan sebesar 10kg per KPM per bulannya dan tentunya program ini akan dilanjutkan," bebernya.

Terkait cadangan beras, Airlangga menjelaskan, BULOG melaporkan bahwa ketersediaan beras yang tercatat per 30 Agustus 2023 mencapai 1,5 juta ton.

"Jadi dengan adanya pengadaan lagi diharapkan sampai akhir tahun (stok beras) relatif aman," sebutnya.

Infografis Harapan & Langkah Nyata G20 Jadi Katalis Pemulihan Ekonomi (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya