Warga melepasliarkan tukik (anak penyu) jenis Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) di Pantai Kili-Kili, Trenggalek, Jawa Timur, Jumat (1/9/2023). Pantai Kili-Kili termasuk dalam Program Kampung Perubahan Iklim (Proklim). (merdeka.com/Arie Basuki)
Sejak tahun 2011, atas kesadaran masyarakat mengambil telur penyu yang bertelur di sepanjang pantai lalu ditetaskan dan dilepasliarkan. (merdeka.com/Arie Basuki)
Pantai Kili-Kili sebenarnya merupakan pantai yang gersang dan panas. Tak banyak warga yang mengunjungi pantai itu terutama pada siang hari. Namun sejak berubah menjadi konservasi penyu, Pantai Kili-Kili berubah menjadi sejuk dan rindang. (merdeka.com/Arie Basuki)
Pemerintah dan masyarakat setempat bahu-membahu menanam pohon mangrove di Pantai Kili-Kili. Selain itu ada pula pohon cemara laut, pandan, kelapa, ketapang, dan sebagainya. (merdeka.com/Arie Basuki)
Sekitar bulan Mei-Agustus, masyarakat Desa Wonocoyo yang tinggalnya tak jauh dari pantai sering menemukan penyu yang bertelur di sepanjang garis pantai. (merdeka.com/Arie Basuki)
Penduduk setempat menyebutnya pasiran. Setiap tahunnya, ada 40 sarang telur penyu yang ditemukan dan diambil telurnya. Di setiap sarang biasanya terdapat 100 butir telur. (merdeka.com/Arie Basuki)
Penyu laut yang biasa ditemukan di Pantai Kili-Kili ada empat jenis yaitu Penyu Lekang, Penyu Hijau, Penyu Sisik, dan Penyu Belimbing. (merdeka.com/Arie Basuki)
Dari keempat jenis itu, Penyu Belimbing merupakan yang paling besar. ukurannya mencapai 2 meter dan beratnya 700-800 kg. (merdeka.com/Arie Basuki)
Pada momentum tertentu, para wisatawan juga dapat melihat prosesi pelepasliaran tukik atau anak penyu ke laut. (merdeka.com/Arie Basuki)
Selain itu, para wisatawan juga dapat belajar tentang sirkulasi kehidupan penyu di taman konservasi Pantai Kili-Kili. (merdeka.com/Arie Basuki)