Sejarah Hotel Majapahit yang Jadi Lokasi Deklarasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar Sebagai Capres Cawapres 2024

Hotel Yamato atau dikenal sebagai Hotel Majapahit di Kota Surabaya, kembali disorot setelah acara deklarasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon presiden (capres) dan bakal calon wakil presiden (cawapres) 2024. Deklarasi berlangsung, Sabtu ini (2/9/2023).

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 02 Sep 2023, 17:21 WIB
Taman Hotel Majapahit yang dipercaya terdapat hantu kuntilanak. (Dok. Instagram @hotelmajapahitsby/ https://instagram.com/hotelmajapahitsby?igshid=1atc42k74rlgr/ Dinda Rizky)

Liputan6.com, Jakarta - Hotel Majapahit di Kota Surabaya, kembali disorot setelah acara deklarasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon presiden (capres) dan bakal calon wakil presiden (cawapres) 2024. Deklarasi berlangsung, Sabtu ini (2/9/2023).

Hotel ini dipilih karena terinspirasi perjuangan arek Surabaya yang merobek bendera Belanda bagian warna biru menjadi Bendera Merah Putih, pada 19 September 1945. Saat itu serempak rakyat bergerak, suasana menjadi panas dan jalan Tujungan menjadi lautan manusia yang bergelora.

Bahkan kejadian tersebut tertera di bawah tiang bendera Merah Putih (Replika bendera merah putih setelah peristiwa perobekan bendera Belanda) yang terpampang jelas di halaman depan Hotel Majapahit. "Hotel Majapahit dulunya bernama LMS, lalu berganti menjadi Hotel Oranye, berganti lagi Hotel Yamato, Hotel Hoteru dan terakhir menjadi Hotel Majapahit," tutur Markom Hotel Majapahit, Novi, seperti dikutip dari kanal Regional Liputan6.com.

Dia menuturkan dalam sejarah Hotel Majapahit, dulu dibangun oleh Sarkies Bersaudara dari Armenia pada tahun 1910. "Mendengar kata Sarkies saya jadi merinding karena teringat almarhum bapakku yang dulu pernah bekerja di Hotel Sarkies yang berlokasi di jalan Embong Malang Surabaya, yang kini dijadikan Mal Tunjungan Plaza," sebutnya.

Kini Hotel Majapahit telah berubah menjadi hotel mewah bintang lima, memiliki total 143 kamar di lantai satu dan dua. Hotel tersebut pun sempat dikelola oleh Mandarin Oriental Hotel Group sejak 1993 sampai 2006. Pada 2006, Hotel Majapahir lalu diakuisisi oleh PT Sekman Wisata.


Bangunan Masih Asli Meski Direnovasi

Hotel Majapahit yang menjadi saksi bisu perobekan bendera Belanda. Foto: (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Sebagian besar bangunan asli Hotel Majapahit ini masih dapat dilihat hingga saat ini, meskipun beberapa bangunan luar dan beberapa unsur interiornya telah direnovasi.

"Lobi Hotel Majapahit dulu itu berada dibelakang lobi Hotel Majapahit yang sekarang ini. Namun bangunan dan keramiknya masih tetap sama seperti dulu," sambungnya, sambil menunjukkan foto zaman dulu yang terpasang di dinding bangunan.

Novi menambahkan bahwa, peristiwa perobekan bendera Belanda itu bermula saat Presiden Sukarno mengeluarkan keputusan bahwa seluruh wilayah Indonesia harus mengibarkan bendera Merah Putih pada 1 September 1945. "Perwakilan Pemerintah Indonesia, Ruslan Abdul Gani datang ke hotel dan melakukan perundingan dengan perwakilan Pemerintah Belanda di kamar 33, yang sekarang menjadi ruangan Merdeka," ujarnya. 

"Kamar ini dijadikan markas oleh orang Belanda karena hanya di kamar inilah yang mempunyai pintu di bagian belakang yang bisa tembus ke daerah Pasar Genteng Surabaya," ucapnya. 


Awal Mulanya Hari Pahlawan

Para partisipan peringatan 70 tahun perobekan bendera Belanda di depan Hotel Yamato yang kini bernama Hotel Majapahit di Jalan Tunjungan Surabaya, Sabtu (19/9/2015). (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Novi menyampaikan, karena perundingan di dalam kamar terlalu lama maka Arek Suroboyo tidak sabar dan langsung melancarkan aksinya untuk menurunkan bendera Belanda dan menyobek warna biru sehingga menjadi merah putih.

"Peristiwa tersebut menewaskan Pluegman dan empat pejuang Arek Suroboyo. Jadi peristiwa ini awal mula lahirnya Hari Pahlawan," tuturnya.

Dia menegaskan, pada tanggal 30 Oktober 1945, Aubertin Walter Sothern Mallaby atau juga dikenal dengan Brigadir Jenderal Mallaby tewas dalam peristiwa baku tembak di Jembatan Merah.

Peristiwa tersebut memicu keluarnya maklumat, pejuang Arek-Arek Suroboyo harus menyerahkan senjatanya sambil mengangkat kedua tangannya atau sebagai tanda menyerah.

"Arek Suroboyo yang memilih mati daripada dijajah kembali, akhirnya melakukan perlawanan sehingga terjadilah peristiwa perang 10 November 1945," ujar Novi.


Deklarasi Anies dan Cak Imin Jadi Trending Topik

Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar mendeklarasikan diri mereka sebagai calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2024 mendatang. (Dok: YouTube Liputan6.com)

Mengutip dari kanal Tekno, Liputan6.com, pengumuman calon presiden dan wakil presiden (Capres dan Cawapres 2024) ini membuat geger dunia maya. Hal ini lantaran, Anies yang digadang-gadang berpasangan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), gagal terwujud.

Anies malah dipasangkan dengan Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Cak Imin. Partai Demokrat pun mencabut dukungannya atas Anies pada Sabtu (1/9/2023) malam.

Selain membuat heboh kalangan politikus, kabar ini juga menggegerkan jagat media sosial, terutama di platform X alias Twitter. Sampai berita ini naik, nama Anies menjadi trending topic di Twitter dengan lebih dari 95 ribu cuitan.

Bukan cuma hanya itu, deklarasi Anies-Cak Imin pun menuai banyak komentar dari sejumlah warganet. "Langkah Anies dan Nasdem make sense dan realistis aja, namanya juga politik. Pak Prabowo juga nanggepinnya dengan elegan di acara Partai Gelora. Yang satu, mantan Presiden dan Ketua majelis tinggi partai politik, malah mengasihani diri sendiri," komentar warganet.

Infografis Sebaran Wilayah Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah. (Infografis: Kemenag)
Infografis Ragam Tanggapan Geger Kabar Duet Anies-Cak Imin dan Tudingan Khianat. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya