Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengaku sempat didekati oleh pihak partai pengusung calon presiden termasuk dengan sosok yang didukungnya agar turut serta dalam upaya pemenangan Pilpres 2024.
Namun begitu, dia menegaskan PBNU tetap pada pendiriannya sebagai organisasi keagamaan kemasyarakatan.
Advertisement
“Awal-awal ada yang coba-coba (dekati), tapi saya kira sekarang sudah kapok. Pada hari ini sudah kapoklah. Karena kita juga tidak bergeser dari gestur,” tutur Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2023).
Gus Yahya mengulas, pada 1973 lalu NU memang pernah menjadi partai politik. Namun para ulama telah bersepakat dan membuat kelutusan bahwa NU tidak lagi beroperasi sebagai partai politik dan tidak lagi menjalani fungsi politik praktis.
“Tetapi kembali kepada fungsinya organisasi keagamaan kemasyarakatan. Itu keputusan mukhtamar tahun 1984 yang dulu terkenal sebagai keputusan kembali ke khittoh,” jelas dia.
Tidak Izinkan Sikap Beri Dukungan
Berdasarkan hal tersebut, sambungnya, norma NU sebagai organisasi dan lembaga pun tegas tidak mengizinkan sikap memberikan dukungan atau pun menjadi kompetitor dalam kepentingan politik.
“Dan ulama-ulama kita sudah tahu itu. Tetapi semua orang termasuk para ulama punya konsern bahwa pemilu ini bisa berjalan dengan lancar, supaya hasilnya berkualitas, prosesnya aman, itu pasti,” Gus Yahya menandaskan.
Advertisement