6 Fakta Menarik Gunung Merapi yang Penuh dengan Cerita Mitos

Gunung Merapi adalah jenis gunung stratovolcano aktif yang terletak di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Gunung Merapi menjadi gunung berapi paling aktif di Indonesia dan telah meletus secara teratur sejak 1548.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 04 Sep 2023, 08:30 WIB
Belum terlihat kubah lava di Kawah Gunung Merapi, Kamis pagi (5/11/2020). (Foto: Liputan6.com/Wisnu Wardhana)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Merapi adalah jenis gunung stratovolcano aktif yang terletak di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Gunung Merapi menjadi gunung berapi paling aktif di Indonesia dan telah meletus secara teratur sejak 1548.

Mengutip dari laman kids.kiddle, Sabtu, 2 September 2023, Gunung Merapi terletak sekitar 28 kilometer di sebelah utara kota Yogyakarta yang berpenduduk 2,4 juta jiwa. Ribuan orang tinggal di sisi gunung berapi, dengan desa setinggi 1.700 meter di atas permukaan laut.

Asap sering terlihat muncul dari puncak gunung, dan beberapa letusan telah menyebabkan korban jiwa. Aliran piroklastik dari ledakan besar menewaskan 27 orang pada tanggal 22 November 1994, sebagian besar di kota Muntilan, sebelah barat gunung berapi. Letusan besar lainnya terjadi pada 2006, sesaat sebelum gempa Yogyakarta. 

Sejak 2010, Merapi telah mengalami beberapa kali letusan kecil, yang paling terasa adalah dua letusan freatik yang terjadi 2013 dan 2018. Letusan pertama dan lebih besar, yang disebabkan oleh kombinasi curah hujan dan aktivitas internal, menyebabkan asap mengepul hingga ketinggian dari 2.000 meter. Ada beberapa letusan kecil sejak awal 2020 yang menarik perhatian para ahli vulkanologi.

Masih banyak hal tentang Gunung Merapi selain tentang lokasinya di Pulau Jawa. Berikut enam fakta menarik Gunung Merapi yang dirangkum Liputan6.com pada Sabtu, 2 September 2023.

1. Letusan Pertama Gunung Merapi

Analisis stratigrafi mengungkapkan bahwa letusan di kawasan Merapi dimulai sekitar 400.000 tahun yang lalu, dan sejak saat itu hingga sekitar 10.000 tahun yang lalu, letusan biasanya bersifat efusif, dan lava yang keluar bersifat basaltik. Sejak itu, letusan menjadi lebih eksplosif, dengan lava andesitik kental yang sering kali menghasilkan kubah lava.

Runtuhnya kubah sering kali menghasilkan aliran piroklastik, dan ledakan yang lebih besar, yang mengakibatkan kolom letusan, juga menghasilkan aliran piroklastik melalui keruntuhan kolom. 

 


2. Namanya Berasal dari Bahasa Sansekerta

Terjadi Awan Panas Guguran di Gunung Merapi, pada 11 Maret 2023 pukul 12.12 WIB ke arah Kali Bebeng/Krasak. (Dok. BNPB)

Nama Merapi merupakan gabungan dari bahasa Sansekerta Meru yang berarti "gunung" dengan bahasa Jawa api yang berarti "api". Dengan demikian Merapi dapat diterjemahkan secara longgar sebagai "Gunung Api" atau "Gunung Api".

3. Gunung Termuda di Selatan Jawa

Merapi merupakan gunung termuda dalam kelompok gunung berapi di selatan Jawa. Letaknya di zona subduksi, di mana Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Sunda. Gunung berapi ini merupakan salah satu dari sedikitnya 129 gunung berapi aktif di Indonesia, sebagian gunung berapi ini terletak di bagian Tenggara Cincin Api Pasifik—bagian garis patahan yang membentang dari Belahan Bumi Barat hingga Jepang dan Asia Tenggara.

Biasanya, letusan kecil terjadi setiap dua hingga tiga tahun sekali, dan letusan yang lebih besar terjadi sekitar 10–15 tahun sekali. Letusan penting, yang seringkali menyebabkan banyak kematian, terjadi pada tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Tiga belas desa hancur pada letusan terakhir, dan 1.400 orang terbunuh oleh aliran piroklastik.


4. Memiliki Stasiun Pemantauan

Wisata Jawa Tengah (Image by Ady Arif Fauzan from Pixabay)

Gunung Merapi menjadi lokasi program pemantauan gunung berapi yang sangat aktif. Pemantauan seismik dimulai pada 1924, dengan beberapa stasiun pemantauan gunung berapi bertahan hingga saat ini. Stasiun pemantauan Babadan (lokasi barat laut), Selo (di antara Merbabu dan Merapi), dan Plawangan telah diperbarui peralatannya selama beberapa dekade sejak didirikan.

Beberapa pos pengamatan sebelum 1930 dihancurkan oleh letusan 1930, dan pos-pos baru ditempatkan kembali. Begitu juga pasca letusan 1994, pos Plawangan beserta peralatannya dipindahkan ke Kaliurang sebagai respon terhadap ancaman bahaya bagi petugas vulkanologi di titik yang lebih tinggi. Gunung berapi ini dipantau oleh Proyek Degassing Karbon Dalam Bumi.

5. Gunung Merapi Penuh dengan Mitos

Merapi sangat penting bagi masyarakat Jawa, khususnya yang tinggal di sekitar kawahnya, banyak mitos dan kepercayaan yang melekat pada Merapi. Masyarakat Jawa juga percaya bahwa bumi tidak hanya dihuni oleh manusia, tetapi juga oleh makhluk halus.

Desa-desa dekat Merapi percaya bahwa salah satu istana (dalam keraton Jawa) yang digunakan oleh penguasa kerajaan roh terletak di dalam Merapi, diperintah oleh Empu Rama dan Empu Permadi. Istana ini dikatakan sebagai pendamping spiritual Kesultanan Yogyakarta, lengkap dengan jalan, tentara, pangeran, kendaraan, dan hewan peliharaan.

Selain para penguasa, konon istana ini juga dihuni oleh arwah para leluhur yang meninggal sebagai orang-orang shaleh. Konon arwah nenek moyang tersebut tinggal di keraton sebagai abdi dalem, sesekali mengunjungi keturunannya dalam mimpi untuk memberikan ramalan atau peringatan. 


6. Ditetapkan Sebagai Taman Nasional

Ilustrasi Lava Pijar Gunung Merapi. (AFP/Agung Supriyanto)

Pada tahun 2004, kawasan seluas 6.410 hektar di sekitar Gunung Merapi ditetapkan sebagai taman nasional. Keputusan Kementerian Kehutanan untuk mendeklarasikan taman tersebut kemudian ditentang di pengadilan oleh Forum Lingkungan Hidup Indonesia, dengan alasan kurangnya konsultasi dengan penduduk setempat.

Pada saat letusan gunung berapi tahun 2006 dilaporkan banyak warga yang enggan keluar karena khawatir tempat tinggalnya akan disita untuk perluasan taman nasional sehingga tidak memiliki rumah. Selain sebagai taman nasional, setelah letusan dahsyat kemudian pemerintah membuat Pusat Museum Merapi.

Lokasi museum berada di Jalan Kaliurang Kilometer 25,7, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Replika letusan Merapi Pasca 2010 telah dibuat dan kunjungan pelajar Indonesia ke museum meningkat 30 persen sejak letusan terakhir. Untuk menjaga ketenangan gunung berapi dan menenangkan roh gunung, masyarakat Jawa secara rutin membawa sesaji pada hari peringatan penobatan Sultan Yogyakarta.

Bagi Kesultanan Yogyakarta, Merapi menyimpan simbolisme kosmologis yang signifikan, lantaran membentuk garis sumbu utara-selatan yang sakral antara puncak Merapi dan Samudera Selatan (Samudra Hindia).

 

Infografis Amuk Gunung di Selat Sunda

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya