Punya Modal Kuat, Indonesia Digadang Jadi Acuan Bicara Sustainability

Indonesia memiliki modal kuat dalam sektor keberlanjutan atau sustainability.

oleh Arief Rahman H diperbarui 03 Sep 2023, 14:00 WIB
Indonesia memiliki modal kuat dalam sektor keberlanjutan atau sustainability.. (dok: SI)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia memiliki modal kuat dalam sektor keberlanjutan atau sustainability. Salah satunya merujuk pada kekayaan alam Indonesia yang masih banyak hutan gambut sebagai solusi menekan emisi karbon.

Selain itu, banyaknya potensi penerapan langkah pengurangan emisi karbon mendorong Indonesia untuk jadi tuan rumah Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023. Ini merupakan forum internasional pertama yang bicara keberlanjutan dari berbagai aspek.

"Insya Allah ktia akan jadikan ini jadi forum yang bisa jadi top of mind policy makers di dunia," kata Deputi bidang Transportasi dan Infrastruktur Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, ditulis Minggu (3/9/2023).

Rachmat memandang, saat ini banyak pihak yang membahas upaya mengejar nol emisi karbon. Menurutnya, isu ini bukan sesuatu yang sederhana, maka diperlukan diskusi yang berkelanjutan.

"Pengalaman kita di pemerintah dan dunia bisnis isu ini bukan simple, dibicarakan atau langsung dilakukan saja, jadi perlu continue discuss. Misal mau net zero, ganti semua ke renewabel, gak bisa gitu juga," ujarnya.

"Indonesia itu punya strategic advantage dalam isu ini di dunia," sambung dia.

 


Emisi Karbon

Kondisi hutan bakau di pesisir kawasan Marunda, Jakarta, Selasa (27/8/2019). Tutupan hutan tersebut berakibat bertambahnya emisi karbon dioksida hingga 4,69 kilo ton. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Indonesia akan menjadi tuan rumah perhelatan forum kelas dunia yang berbicara mengenai proyek-proyek berkelanjutan. Hal itu akan dituangkan dalam Indonesia Sustainability Forum yang dihelat pada 7-8 September 2023 mendatang.

Deputi Transportasi dan Infrastruktur Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin menerangkan saat ini sudah banyak perjanjian internasional untuk menekan emisi gas rumah kaca (GRK).

"Tentunya, upaya global harus mempertimbangkan beragam prioritas kepentingan negara maju dan berkembang. Sehingga, pertumbuhan berkelanjutan dapat dirasakan secara adil dan merata oleh semua khalayak. Pemerintah Indonesia berharap ISF dapat menghadirkan wadah atau platform kolaborasi lintas negara yang baru dan adil," tuturnya dalam Mesia Briefing di Kantor Kemenko Marves, Selasa (22/8/2023).

ISF sendiri digelar atas kolaborasi antara Kemenko Marves dan Kadin Indonesia. Acara ini akan menjadi konferensi sustainability paling akbar di Indonesia yang mempertemukan sekitar 700 pemangku kebijakan, pakar ahli, serta investor dari seluruh dunia. Tujuannya untuk membangun kemitraan di bidang sustainability dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi hijau.

“Dunia sedang berpacu dengan waktu untuk memenuhi komitmen Net Zero serta menyukseskan agenda pembangunan berkesinambungan atau SDGs," ungkap Rachmat.

 


Minta Pengusaha Terlibat

Credit: Shutterstock.com

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Koordinator Kadin Indonesia Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri, Shinta Kamdani mengatakan pihaknya mengundang para pengusaha untuk ikut terlibat. Misalnya, dengan membidik calon investor untuk menangkap peluang kerja sama sustainability kedepannya.

“Inisiatif prinsip keberlanjutan adalah imperatif agar kita bisa keluar dari middle income trap dengan mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen dalam rangka mencapai target Indonesia Emas di tahun 2045. Untuk itu pemerintah dan pelaku usaha perlu bersinergi untuk memastikan akselerasi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang inklusif," terangnya.

Menurutnya, gelaran ISF 2023 adalah bukti nyata kolaborasi pelaku usaha dan pemerintah untuk menciptakan ekosistem bisnis berkelanjutan dalam transisi ekonomi hijau.

"Kadin Indonesia sendiri juga telah turut aktif mendorong inisiatif menuju transisi ekonomi hijau dan investasi hijau di Indonesia dan Asia Tenggara melalui Kadin Net Zero Hub dan Carbon Center of Excellence," imbuh Shinta.

 


Daftar Tokoh

Presiden Indonesia Jokowi dan Presiden AS Joe Biden di sela-sela KTT G20 di Bali. (Dok Kedubes AS di Jakarta)

Mengacu pada susunan acara per 21 Agustus 2023, ada sejumlah pejabat negara. Diantaranya, Perdana Menteri Papua Nugini James Marape, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida ada dalam daftar tersebut.

Kemudian, Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr., Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Managing Director IMF Kristallina Georgieva, dan Mantan PM Inggris Tony Blair yang tercatat hadir secara online.

Di jajaran pejabat Indonesia, ada nama Presiden Joko Widodo yang berencana hadir di momen Gala Dinner. Lalu, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, dan Wakil Ketua OJK Mirza Adityaswara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya