Melihat Perkebunan dan Pengolahan Kopi Era Kolonial Belanda di Trenggalek

Agrowisata Dilem Wilis merupakan areal perkebunan dan pengolahan kopi peninggalan kolonial Belanda sejak tahun 1928. Struktur bangunannya terbilang kuat. Beberapa sisi masih bisa dikenali fungsi dan bentuknya ketika dulu. Saat ini, Agrowisata Dilem Wilis dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek.

oleh Arnaz Sofian diperbarui 03 Sep 2023, 18:05 WIB
Kopi Trenggalek
Agrowisata Dilem Wilis merupakan areal perkebunan dan pengolahan kopi peninggalan kolonial Belanda sejak tahun 1928. Struktur bangunannya terbilang kuat. Beberapa sisi masih bisa dikenali fungsi dan bentuknya ketika dulu. Saat ini, Agrowisata Dilem Wilis dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek.
Kopi Van Dillem ditampilkan di Agrowisata Dilem Wilis, Trenggalek, Jawa Timur, Minggu (3/9/2023). Agrowisata Dilem Wilis merupakan areal perkebunan dan pengolahan kopi peninggalan kolonial Belanda sejak tahun 1928. (merdeka.com/Arie Basuki)
Struktur bangunannya juga terbilang kuat. Beberapa sisi masih bisa dikenali fungsi dan bentuknya ketika dulu. (merdeka.com/Arie Basuki)
Yang menarik, sistem pengoperasian pabrik itu menggunakan teknologi ramah lingkungan. (merdeka.com/Arie Basuki)
Pengolahan biji kopi di tempat ini sebagiannya masih menggunakan teknologi kolonial Belanda, seperti kincir tenaga air. (merdeka.com/Arie Basuki)
Saat ini, Agrowisata Dilem Wilis dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek. (merdeka.com/Arie Basuki)
Tempat ini memiliki luas 200 hektare dan mampu memproduksi kopi robusta dalam setahun mencapai 250 Kg. (merdeka.com/Arie Basuki)
Sejak beberapa tahun terakhir, Dilem Wilis dikembangkan dengan konsep agrowisata. Ada taman teknologi pertanian yang dipakai untuk mengelola berbagai jenis tumbuhan bernilai ekonomis. (merdeka.com/Arie Basuki)
Saat memasuki kawasan ini, aroma kopi dapat ditemui dari bangunan-bangunan tua yang masih berdiri. (merdeka.com/Arie Basuki)
Keberadaan Agrowisata Dilem Wilis menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. (merdeka.com/Arie Basuki)
Data Kecamatan Bendungan menunjukkan sekitar 100 orang datang per hari pada akhir pekan dan hari libur. Sementara pada hari kerja terbilang sepi. (merdeka.com/Arie Basuki)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya