Viral Pasutri di Jepang Silent Treatment 20 Tahun, Ini Alasan Suami Tidak Bicara dengan Istrinya

Pasangan suami istri di Jepang melakukan silent treatment atau aksi tidak bicara selama 20 tahun

oleh Ruli Ananda Putri diperbarui 06 Sep 2023, 19:00 WIB
Viral di Jepang tentang Pasangan Suami Istri yang Melakukan Aksi Tidak Bicara (Silent Treatment) Satu Sama Lain (Credit: pexels.com/pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Pasangan suami istri di Jepang melakukan silent treatment atau aksi tidak saling bicara selama 20 tahun.

Bukan tanpa alasan pasangan Otou Katayama dan Yumi diam-diaman selama dua dekade.

Dikutip dari Daily Mail pada Rabu 6 September 2023, ini terjadi karena Otou Katayama cemburu kepada Yumi yang terlalu memberi perhatian ke tiga anak mereka.

 

Sepanjang pernikahan dan melakukan aksi silent treatment Otou hanya memberikan respons dengan anggukan kepala saja.

Keheningan yang terjadi di kehidupan pasutri di Jepang membuat putra mereka yang berumur 18 tahun menulis cerita ini ke acara TV.

Dirinya berharap acara tersebut bisa memperbaiki hubungan ayah dan ibunya. Sebab, dirinya belum pernah mendengar orang tuanya bercengkrama.

Benar saja, keinginan sang anak terwujud. Acara tersebut diatur untuk mempertemukan Otou dan Yumi di tempat pertama kali mereka kenal, yaitu Taman Nara.

Sambil disaksikan diam-diam oleh ketiga anaknya, Otou menyampaikan alasan dirinya tidak bicara selama 20 tahun karena anak-anak mereka mendapatakan perhatian lebih dari Yumi.

"Saya agak... cemburu. Aku merajuk tentang hal itu. Kurasa tidak ada jalan untuk kembali sekarang," kata Otou kepada Yumi.

Viralnya cerita pasangan suami istri dari Jepang yang melakukan aksi diam selama 20 tahun tuai berbagai respons dari warganet.

Mereka bertanya-tanya mengapa Yumi bisa bertahan dengan sikap dingin Otou selama itu.


Silent Treatment Adalah Perilaku Menolak Berbicara kepada Orang Lain

Dikutip dari Psychology Today, Bernard Golden PhD menjelasakan bahwa silent treatment adalah perilaku menolak untuk berbicara kepada orang lain.

Alasan seseorang melakukan ini karena untuk menunjukkan bahwa mereka kesal atau merasa terganggu, menghindari konflik, kurangnya keterampilan komunikasi, serta bentuk agar orang lain merasa buruk.

Silent treatment dapat digunakan dalam berbagai jenis hubungan, tak terkecuali hubungan asmara.

Ini dapat menjadi sebuah reaksi sekilas, ketika seseorang merasa marah, tersinggung, atau kewalahan menangani suatu masalah.

Beberapa orang memilih diam saat merasa dirinya sedang terbakar amarah, lalu memutuskan untuk menghadapi masalah dan mencari solusi setelah ia tidak lagi dikendalikan oleh emosi.

Inilah yang dilakukan oleh Otou kepada istrinya, dirinya terbakar amarah hingga tidak terasa kemarahan itu membuat suasana rumahnya menjadi hening selama 20 tahun.

 


Dampak Ketika Seseorang Melakukan Silent Treatment atau Aksi Daim

Adapun dampak perilaku silent treatment ini membuat situasi menjadi tegang, seperti yang dirasakan oleh anak-anak Otou.

Hal ini menyebabkan orang sekitarnya tidak bahagia dan rugi secara psikologis. 

Timbulnya perasaan kesepian dan yang paling buruk perpecahan hubungan.

Silent treatment juga membuat pasangan sulit berkomunikasi, sama seperti Yumi istri Otou. Karena sulitnya berkomunikasi membuat masalah tidak secepatnya terselesaikan.

Jika saja Otou mau mengkomunikasikan alasannya, mungkin sikap dingin serta situasi rumahnya tidak hening sampai 20 tahun.

Untung saja Yumi masih bertahan dan terus membujuk Otou, biasanya dampak lain pasangan yang silent treatment ini yaitu memicu konflik lainnya.

Seperti tindakan balas dendam yang umum terjadi jika korban silent treatmen merasa marah karena diabaikan. 


Solusi Menghadapi Orang yang Silent Treatment

Adapun solusi untuk menghadapi orang yang melakukan silent treatment adalah:

  1. Buka komunikasi : Jelaskan bahwa kita tidak bisa membaca pikirannya.
  2. Jangan salahkan diri sendiri : Coba untuk memahami akar masalah kepada pasangan.
  3. Tegas : Berperilakula secara tegas dan bicarakan dampak dari silent treatment tersebut dalam sebuah hubungan.
  4. Pertimbangkan kembali hubungan: Jika perilaku silent treatment ini makin mengarah pada pelecehan, silakan untuk pikirkan kembali hubungan tersebut.
  5. Pertimbangkan konseling atau terapi: Jika silent treatment terus berlanjut dan merusak hubungan secara berkelanjutan, pertimbangkan untuk mencari tahu apakah hubungan ini masih sehat atau layak untuk diteruskan. Kesejahteraan diri harus selalu menjadi prioritas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya