Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal mengimplementasikan batasan presentasi auto rejection simetris mulai hari ini, Senin, 4 September 2023. Dengan begitu, batas auto reject bawah (ARB) maupun batas auto reject atas (ARA) sama.
Adapun kebijakan tersebut sesuai dengan pertimbangan kondisi ekonomi dan pasar saat ini telah kembali normal seiring dengan pencabutan status pandemi di Indonesia oleh pemerintah.
Advertisement
"BEI akan melakukan implementasi normalisasi atas ketentuan batasan persentase Auto Rejection Bawah Tahap II (Auto Rejection Simetris) yang efektif mulai berlaku per hari Senin, 4 September 2023," mengutip pengumuman Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (4/9/2023).
Implementasi batasan auto rejection simetris ini merujuk kepada Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikeluarkan pada 30 Maret 2023 dengan nomor Kep-00055/BEI/03-2023 perihal Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas.
Alhasil, batas persentase Auto Rejection Atas (ARA) dan Auto Rejection Bawah (ARB) menjadi sebagai berikut:
- Saham dengan rentang harga Rp 50-Rp 200, berlaku ARA dan ARB 35 persen
- Saham dengan rentang harga Rp 200-Rp 5.000, berlaku ARA dan ARB 25 persen
- Saham dengan rentang harga di atas Rp 5.000, berlaku ARA dan ARB 20 persen
Sementara itu, normalisasi auto rejection tahap pertama telah dilakukan sejak 5 Juni 2023. Pada tahap tersebut, batas ARB untuk rentang harga Rp 50—200 adalah 15 persen.
Batas ARB untuk rentang harga Rp 200—5.000 adalah 15 persen, dan batas ARB untuk rentang harga di atas Rp 5.000 adalah 15 persen. Adapun untuk batas auto reject atas (ARA) pada masing-masing rentang harga tidak mengalami perubahan.
Dampak bagi Investor
Sebelumnya, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, BEI akan memberlakukan ARB simetris tahap II sebagai bentuk normalisasi kebijakan relaksasi pandemi COVID-19. Hal tersebut tentu saja sedikit banyak akan memberikan pengaruh terhadap investor, akan tetapi ada baiknya investor juga adaptif dengan adanya normalisasi.
"Investor dapat kembali mencermati emiten-emiten yang berkinerja baik dan prospektif. Dampaknya diperkirakan akan cenderung konsolidasi sebagai upaya akan investor dalam masa adaptif ke ARB simetris ini," kata Herditya kepada Liputan6.com, Minggu (3/9/2023).
Secara teknikal, ia mencermati beberapa emiten yang menarik, seperti ENRG, MBMA, dan PGEO.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian menilai volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi akan sedikit naik. Alhasil, investor perlu memperhatikan strategi investasi dan mitigasi risiko yang baik.
Menurut ia, pasar modal akan jadi lebih sehat ke depannya, dan investor asing akan semakin percaya untuk berinvestasi di sini. Namun, risikonya adalah volatilitas pasar juga akan tinggi.
Di samping itu, ia mencermati saham sektor perbankan dengan kapitalisasi besar atau big caps masih cukup prospektif, terutama BBRI dan BMRI. Selain itu, konsumer primer juga masih memiliki prospek yang cerah.
"Sentimen masih akan seputat kebijakan suku bunga di AS dan potensi resesi ekonomi AS, disamping pemulihan ekonomi China. Kalau dari domestik adalah mengenai pemilu," kata Fajar.
Advertisement
Penutupan IHSG pada 1 September 2023
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Jumat (1/9/2023). Penguatan IHSG terjadi di tengah aksi beli saham oleh investor asing.
Dikutip dari data RTI, IHSG ditutup naik 0,35 persen ke posisi 6.977,65. Indeks LQ45 bertambah 0,49 persen ke posisi 966,95. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.
Jelang akhir pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.992,64 dan terendah 6.956,87. Sebanyak 251 saham menguat dan 275 saham melemah. 225 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham 1.102.064 kali dengan volume perdagangan 17,3 miliar saham. Nilai transaksi Rp 8,9 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah di kisaran 15.238.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing melakukan aksi beli saham Rp 504,9 miliar. Sepanjang 2023, investor melakukan aksi jual saham Rp 675,2 miliar.
Mayoritas sektor saham (IDX-IC) melemah. Sektor saham transportasi memimpin koreksi dengan turun 2,62 persen. Sektor saham nonsiklikal terpangkas 0,39 persen, sektor saham kesehatan turun 0,03 persen, sektor saham keuangan susut 0,27 persen.
Selain itu, sektor saham properti melemah 0,43 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 0,62 persen.
Sementara itu, sektor saham energi naik 1,54 persen, sektor saham basic mendaki 1,86 persen, sektor saham industry bertambah 0,77 persen, sektor saham siklikal naik 0,05 persen, dan sektor saham teknologi mendaki 0,50 persen.