Liputan6.com, Jakarta Holding BUMN Pariwisata dan Pendukungnya PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney membidik investor dari ajang ASEAN-Indo Pasific Forum (AIPF) 2023. Salah satu yang akan dipamerkan yakni Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Sanur, Bali.
Direktur Utama InJourney Dony Oskaria menerangkan KEK Kesehatan Sanur merupakan proyek nasional untuk menjawab tantangan kebutuhan masyarakat Indonesia akan layanan fasilitas kesehatan yang lengkap dan berkualitas internasional.
Advertisement
KEK Sanur digadang mampu menangkap kembali devisa negara sebesar Rp 97,6 triliun per tahun yang sebelumnya dibelanjakan di luar negeri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Jumlah sebesar ini dibelanjakan oleh sekitar 2 juta masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri.
Dia menjelaskan pengembangan KEK Sanur menawarkan alur yang mengintegrasikan layanan kesehatan dan pariwisata. Ini dibalut dengan berbagai fasilitas yang terdapat di dalam kawasan, penerapan standar internasional serta keterlibatan berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negeri.
“Pengembangan KEK Sanur merupakan langkah transformasi strategis untuk menciptakan berbagai nilai tambah untuk Indonesia. Dengan adanya KEK Sanur ini, Indonesia akan memiliki pusat layanan kesehatan kelas dunia dan akan menjadi magnet pariwisata baru melalui konsep medical & wellness tourism," kata dia dalam keterangannya, Senin (4/9/2023).
"Kami juga turut mendukung kegiatan AIPF yang akan digelar pada 5-6 September 2023 nanti dengan menampilkan showcase KEK Sanur. Kami berharap dalam ajang ini dapat menarik para investor untuk dapat bekerjasama dengan kami," sambung Dony.
Perlu diketahui, AIPF merupakan ajang penting untuk memperkuat hubungan bilateral antar negara. Hal ini menjadi momentum bagi Kementerian BUMN dan BUMN untuk menunjukkan komitmen dan peran strategis tidak hanya di dan untuk Indonesia namun juga isu strageis di negara ASEAN Indo Pacific.
Salah satu hal yang dibahas dalam ajang tersebut adalah creative economy, kemudian inisiatif strategis dan proyek-proyek untuk menjawab tantangan pemulihan industri pariwisata dan konsep kreatif experience economy khususnya di negara-negara ASEAN Indo Pacific.
Berdiri di Lahan 41,26 Hektare
Dibangun pada area seluas 41,26 Ha milik PT Hotel Indonesia Natour (PT HIN) yang merupakan member dari InJourney Group, KEK Sanur akan dikembangkan sebagai pusat layanan kesehatan dan pariwisata kelas dunia/berstandar internasional yang memiliki state-the art facilities yang terintegrasi.
Terdapat sarana akomodasi yang terdiri dari hotel dan resort hingga 1000 kamar, fasilitas bagi elderly people (usia lanjut), Ethnobotanical Garden, Convention Centre bertaraf Internasional yang mampu menampung hingga 5000 orang, Area Komersial, Sentra UMKM, serta berbagai fasilitas lain.
Direktur Utama PT HIN, Christine Hutabarat menyampaikan pihaknya selaku Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) KEK Sanur terus berupaya agar pembangunan atau pengembangan kawasan ini dapat menjadi akselerator peningkatan perekonomian di Bali.
“Kami berharap KEK Sanur akan menjadi World Class Medical and Wellness Destinations yang dapat dinikmati oleh pengunjung dengan berbagai fasilitas yang terintegrasi dan teknologi terkini. Sehingga tak hanya menjadi sarana berobat saja namun juga terdapat added value experience untuk menarik minat masyarakat Indonesia dan mengalihkan perawatan medis yang sebelumnya dilakukan di luar negeri menjadi di dalam negeri, yakni di Sanur Bali,” pungkas Christine.Pupuk Indonesia Pamerkan Potensi di AIPF
PT Pupuk Indonesia (Persero) akan mengenalkan pengembangan blue amonia dan green amonia dalam ASEAN Indo Pasific Forum (AIPF) 2023 yang akan digelar di Jakarta pada tanggal 5-6 September 2023.
Penyelenggaraan AIPF 2023 sendiri menjadi tanggung jawab Menteri BUMN Erick Thohir dan bagian tak terpisahkan dari rangkaian kegiatan KTT ASEAN 2023.
SVP Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana, menyebutkan bahwa selain memperkuat industri pupuk nasional, Pupuk Indonesia juga akan berfokus pada industri dan bisnis kimia. Khususnya blue ammonia dan green ammonia, karena keduanya akan menjadi salah satu sumber energi bersih masa depan dan mendukung wacana transisi energi.
“Pengembangan amonia bersih ini adalah bagian dari diversifikasi usaha sekaligus mendukung hilirisasi industri hidrogen nasional untuk memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional,” jelas Wijaya, ditulis Sabtu (2/9/2023).
Advertisement
4 Proyek
Dalam ajang AIPF 2023, lanjut Wijaya, Pupuk Indonesia akan mempresentasikan empat proyek pengembangan amonia bersih. Mulai dari pengembangan blue ammonia dan Ammonia-Urea di Pulau Yamdena, bekerjasama dengan INPEX asal Jepang. Kemudian pengembangan blue ammonia pada kawasan Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Aceh bersama Mitsui yang juga berasal dari Jepang.
Selanjutnya, Pupuk Indonesia juga akan menyampaikan proyek pengembangan hybrid green ammonia di Petrokimia Gresik bekerjasama dengan PLN dan ACWA Power Company asal Arab Saudi. Dan juga proyek pengembangan hybrid green ammonia di Pupuk Iskandar Muda bekerjasama dengan Toyo dan Mitsui asal Jepang di Lhokseumawe, Aceh.
Dengan proyek pengembangan tersebut, lanjut Wijaya, Pupuk Indonesia berpotensi besar menjadi pemain amonia bersih tingkat dunia. Terlebih Pupuk Indonesia memiliki pengalaman dalam memproduksi, mendistribusikan, dan mengelola amonia selama lebih dari lima puluh tahun.
“Apalagi saat ini isu lingkungan tengah menjadi isu global, maka Pupuk Indonesia harus masuk pada bisnis yang lebih ramah lingkungan. Untuk itu, Pupuk Indonesia terbuka untuk bermitra dengan berbagai pihak. Terlebih kebutuhan amonia bersih kedepan akan semakin meningkat,” jelas Wijaya.
Energi Bersih
Selain penyediaan energi bersih masa depan, green ammonia sendiri juga dapat menjadi sarana yang sangat efisien dalam mendistribusikan hidrogen. Karena hidrogen merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang saat ini juga menjadi perhatian banyak negara-negara di dunia.
Pengembangan blue ammonia dan green ammonia sendiri telah masuk dalam roadmap dekarbonisasi Pupuk Indonesia. Program ini sejalan dan mendukung inisiatif strategis pemerintah dalam mencapai target nol emisi karbon pada tahun 2060.
Pelibatan berbagai mitra dari dalam dan luar negeri juga turut meningkatkan iklim investasi dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Misalnya, terbukanya lapangan pekerjaan, penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), penguasaan pengetahuan dan teknologi, serta menghasilkan produk-produk substitusi impor seperti methanol dan soda ash.
“Jadi kedepan Pupuk Indonesia tetap memperkuat industri pupuk untuk mendukung ketahanan pangan, di samping itu juga menjadi perusahaan kimia dan petrokimia nasional yang mendukung industri dan penyediaan energi nasional,” tutup Wijaya.
Advertisement