Liputan6.com, Jakarta - Suku Baduy adalah sebuah kelompok etnis yang mendiami wilayah pedalaman Provinsi Banten, Indonesia, dan dikenal dengan pakaian tradisional mereka yang khas. Pakaian sederhana yang terbuat dari kain katun hitam atau biru gelap adalah ciri khas mereka, mencerminkan gaya hidup sederhana dan tradisional.
Mereka hidup dengan menjauhkan diri dari pengaruh modern dan teknologi, jarang menggunakan alas kaki, dan hampir tidak memakai perhiasan. Suku Baduy menjalani keyakinan agama Sunda Wiwitan yang berakar pada kepercayaan tradisional Sunda, dengan menjaga ketat tata cara adat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tinggal di wilayah hutan pedalaman yang terisolasi, dan ada dua kelompok utama dalam masyarakat Baduy, yaitu Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar.
Advertisement
Daerah Suku Baduy sendiri terletak di Kabupaten Lebak, lebih tepatnya di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Banten. Catatan pertama yang sampai saat ini masih terdokumentasikan yaitu catatan tahun 1988 yang menyatakan bahwa jumlah penduduk baduy saat itu adalah sekitar 291 orang yang menempati 10 buah kampung.
Jumlah tersebut kemudian bertambah cukup signifikan pada tahun berikutnya menjadi 1.407 orang yang mendiami 26 kampung. Saat ini, diketahui penduduk Baduy berjumlah 7000 orang, meliputi 800 orang penduduk Baduy Dalam, dan 6.200 orang penduduk Baduy Luar yang menempati 28 kampung dan 8 anak kampung.
Asal Usul
Asal usul sebutan Baduy diinisiasi oleh orang-orang yang berasal di luar Baduy yang sudah memeluk agama Islam. Penyebutan ini ditengarai sebagai sebutan ejekan terhadap Orang Baduy, yang memiliki kehidupan yang primitif, nomaden, ketergantungan pada alam. Hal ini membuat mereka disamakan dengan kehidupan masyarakat Badui, Badawi atau Bedouin yang ada di daerah Arab.
Dengan alasan inilah kemudian istilah Baduy pun dibakukan dan lebih dikenal dibandingkan dengan istilah suku atau orang Kanekes itu sendiri.
Dari informasi yang dihimpun oleh Liputan6.com, terkait dengan sejarah asal usul masyarakat suku Baduy, diyakini bahwa asal masyarakat Baduy berasal dari keturunan Batara Cikal yang merupakan salah satu dari tujuh Dewa atau Batara yang diutus untuk datang dan memelihara bumi.
Advertisement
Perjalanan Menuju Baduy
Perjalanan ke Suku Baduy adalah pengalaman yang memerlukan persiapan matang. Sebelumnya, pengunjung harus mengurus izin resmi dari pihak berwenang setempat atau melalui agen perjalanan yang berpengalaman, karena Suku Baduy menerapkan kebijakan ketat terkait kunjungan ke wilayah mereka yang terpencil.
Saat tiba di sana, penting untuk menghormati budaya mereka dengan berpakaian sesuai tradisi (pakaian katun hitam atau biru gelap) dan menjaga perilaku yang sopan. Mengingat Suku Baduy biasanya tidak menyediakan penginapan bagi wisatawan, perencanaan perjalanan dengan baik, termasuk membawa makanan dan perlengkapan tidur, adalah suatu keharusan.
Transportasi ke wilayah ini juga bisa menjadi petualangan tersendiri, sering melibatkan perjalanan menggunakan ojek, berjalan kaki, atau kendaraan off-road. Selalu tanyakan izin sebelum mengambil foto dan hindari mengganggu budaya serta lingkungan mereka. Dengan menghormati tradisi dan budaya Suku Baduy, pengunjung dapat memiliki pengalaman yang berkesan dan mendalam saat menjelajahi kehidupan mereka yang unik.