(Dari kiri) Guru bahasa Inggris Hafsa, Najla Latif, Rektor fakultas sains, Naveen Hashim, peneliti dan aktivis hak-hak perempuan, Zakia Abasi, mantan pegawai salon kecantikan dan Muzhgan Feraji, jurnalis TV berpose setibanya mereka di Bandara Roissy-Charles de Gaulle di Roissy, utara ibu kota Prancis setelah dievakuasi dari Pakistan usai melarikan diri dari Taliban, Senin (4/9/2023). (Geoffroy VAN DER HASSELT / AFP)
Pemerintah Prancis mengumumkan evakuasi lima perempuan Afghanistan yang 'terancam oleh Taliban' yang kini berkuasa di negara itu. (Geoffroy VAN DER HASSELT / AFP)
Kelima perempuan Afghanistan tersebut akan ditampung oleh Paris, setelah berulang kali seruan pembentukan koridor kemanusiaan untuk wanita Afghanistan yang dikucilkan dari kehidupan publik. (Geoffroy VAN DER HASSELT / AFP)
Para perempuan tersebut tidak dapat meninggalkan Afghanistan dengan menggunakan pesawat terbang ke negara-negara Barat ketika Taliban kembali berkuasa pada tahun 2021. (Geoffroy VAN DER HASSELT / AFP)
Mereka melarikan diri ke negara tetangga, Pakistan, untuk mencari perlindungan sementara. Dari sana, pihak berwenang Prancis mengatur evakuasi mereka. Salah satu dari mereka ditemani oleh tiga orang anak. (Geoffroy VAN DER HASSELT / AFP)
Begitu tiba di Prancis, mereka akan didaftarkan sebagai pencari suaka dan diberi tempat tinggal sementara permohonan status pengungsi mereka dipertimbangkan. (Geoffroy VAN DER HASSELT / AFP)
Kepala otoritas imigrasi Prancis, Didier Leschi juga mengatakan evakuasi semacam itu kemungkinan besar akan terulang kembali pada perempuan Afghanistan lainnya yang memiliki profil serupa. (Geoffroy VAN DER HASSELT / AFP)