Tembok Besar China Dirusak, Polisi China Tangkap 2 Pegawai Konstruksi

Dua pegawai konstruksi merusak salah satu area Tembok Besar China

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Sep 2023, 08:00 WIB
Foto dari udara yang diabadikan pada 4 November 2020 ini menunjukkan pemandangan musim gugur di Tembok Besar seksi Yumuling di Wilayah Qianxi, Provinsi Hebei, China utara. (Xinhua/Yang Shiyao)

Liputan6.com, Provinsi Shanxi - Dua pegawai konstruksi di China harus berurusan dengan aparat karena merusak area Tembok Besar China. Mereka membuat jalan tembus agar perjalanan mereka makin singkat. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Rabu (6/9/2023), dua orang itu melakukan tindakannya menggunakan ekskavator. Polisi di Provinsi Shanxi mengikuti jejak-jejak mesin yang digunakan untuk menggali jalan pintas melalui bagian tembok – sisa-sisa bangunan besar yang dibangun oleh kaisar China untuk mencegah penjajah asing.

Para tersangka mengakui saat ditanyai bahwa mereka telah menggunakan alat penggali untuk membuat jalan pintas di dinding untuk memangkas waktu perjalanan setempat, media pemerintah melaporkan.

Pembangunan Tembok Besar, yang terbagi menjadi beberapa bagian yang total membentang sepanjang ribuan kilometer, pertama kali dimulai pada abad ketiga SM dan berlanjut selama berabad-abad.

Bagian Tembok Besar China yang terkena dampak, terletak sekitar enam jam perjalanan ke arah barat pusat kota Beijing, dibangun pada masa Dinasti Ming pada abad ke-14 hingga ke-17.

Media pemerintah China, CCTV, melaporkan pada Senin (4/9) bahwa para tersangka telah menyebabkan "kerusakan permanen" pada tembok era Ming. Padahal tembok tersebut masih "relatif utuh" dan memiliki nilai penelitian yang signifikan.

Gambar-gambar di TV pemerintah China menunjukkan dampak dari kejadian tersebut, di mana jalan berdebu telah dipotong melalui bagian tanah yang panjang dan tinggi yang tampaknya merupakan sisa-sisa pagar kuno. "Saat ini kedua tersangka telah ditahan secara pidana sesuai hukum dan kasusnya terus didalami," menurut CCTV.


Menkes Budi Kagum dengan China yang Mampu Turunkan Polusi Udara: The Best in The World

Gedung perkantoran saat cuaca cerah di Jakarta, Selasa (1/12/2020). Kota Jakarta dengan langit biru menambah keindahan hutan beton. BMKG bahwa kualitas udara Jakarta jadi baik dalam dua minggu ini, Jakarta mengalami hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang. (merdeka.com/Imam Buhori)

Beralih ke isu kualitas udara, upaya China yang mampu menurunkan tingkat polusi udara di negaranya sendiri berhasil membuat Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin terkagum-kagum. Penurunan tingkat polusi dilakukan China selama kurun waktu 6-7 tahun lamanya.

Keberhasilan China tersebut, lanjut Menkes Budi, ingin ditiru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, terutama dari sisi penanganan polusi udara terhadap dampak kesehatan.

"Cara menanganinya Kemenkes (soal polusi udara) gimana? Kami cari contoh yang paling bagus di dunia tuh China. China itu bisa nurunin (tingkat polusi) 6 tahun, 7 tahun," terang Budi Gunadi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (30/8/2023).

"Balik lagi, ini bukan negara yang populer dipakai sebagai contoh, tapi yang paling cepat nuruninnya ya China."

Budi menyebut kerja keras China menurunkan tingkat polusi udara sebagai yang paling the best in the world (terbaik di dunia). Upaya ini dilakukan sebelum perhelatan Beijing Olympics tahun 2022.

"China itu enggak pengen Beijing Olympics dibully sama dunia internasional. Jadi dia 6-7 tahun kerja keras nuruninnya (polusi udara), ini the best in the world.


Pasang 1.000 Alat Monitor Kualitas Udara

Kurangi dampak polusi udara di Kota Tangerang, sebanyak 20 armada tempur dan tangki air mengintensifkan penyemprotan jalan protokol di wilayah tersebut, Kamis (24/8/23).

Di hadapan anggota Komisi IX DPR RI, Budi Gunadi Sadikin memaparkan sejumlah upaya China demi menurunkan tingkat polusi udara.

"Sama seperti COVID-19, China pake cara surveilans. Dia beresin tuh, pasang 1.000 alat monitor dengan kualitas sedang, jadi enggak usah yang harus mahal-mahal tapi yang penting jangkauannya ada di seluruh kota," paparnya.

"Di pasang 1.000 untuk memantau, lalu dia kirim mobil yang bisa ngecek sumbernya (polutan) dari mana. Apakah sumbernya dari PLTU, oh bukan ternyata dari pembakaran atau dari transportasi atau sampah."

Secara umum, berikut ini alur sistem pemantauan data kualitas udara (Air Quality Monitoring System/AQMS) yang komprehensif dilakukan di China:

  1. Beijing memasang 1.000 alat monitor kualitas udara dengan harga murah untuk memantau hotspot polusi
  2. Jika terdeteksi hotspot polusi, mobile reference monitor diterjunkan ke lokasi untuk analisis mendalam sumber polutan
  3. Analisis data kualitas udara digital secara terpusat
  4. Informasi publik (Televisi Broadcast, Website, Koran, Aplikasi HP, Weibo, WeChat)

Strategi China Kendalikan Polusi

Seorang wanita berjalan mengenakan masker pelindung untuk menghindari polusi udara buruk di Jakarta, Rabu (17/7/2019). Dinkes DKI menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker saat beraktivitas untuk mencegah dampak polusi udara pada tubuh. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Selanjutnya, strategi China untuk pengendalian polusi berbasis data sumber polutan, antara lain:

  1. Pengendalian emisi industri
  2. Pengendalian emisi kendaraan bermotor
  3. Pengendalian debu
  4. Pemantauan kualitas udara
  5. Penurunan risiko dan dampak kesehatan

Pada kesempatan berbeda, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengambil pelajaran soal penanganan polusi udara dari China. Menurutnya, Negeri Tirai Bambu menangani polusi udara dengan alat yang canggih, salah satunya Gas Chromatograph Mass Spectrometry (GCMS).

Untuk menggunakan alat serupa, maka diperlukan pembelajaran dari China terlebih dahulu.

“GCMS kan meniru dari China, jadi ketika ini kejadian, saya meminta teman-teman mempelajari dari China,” ucap Budi Gunadi usai 'Launching Nasional Integrasi Layanan Primer dan Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan' di JIEXPO Kemayoran Jakarta, Kamis (31/8/2023).

Upaya China dalam menanggulangi polusi udara sejalan dengan data yang dimiliki Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO dalam topik kesehatan lingkungan menjelaskan, bahwa polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah PM2.5.

“Kan kesehatan lingkungan tuh ada kesehatan air, kesehatan tanah, dan kesehatan udara. Nah kalau kesehatan udara guideline-nya WHO ada enam yang diukur. Empat dalam bentuk gas, kalau enggak salah ada ozon, CO (karbon monoksida), NO2 (nitrogen dioksida), dan SO2 (sulfur dioksida)," jelas Budi Gunadi.

Infografis 10 Kota Dunia dengan Kualitas Udara yang Buruk akibat Polusi

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya