Ketika pasangan baru memiliki bayi, entah baru pertama atau kesekian kali pasti sering bangun di malam hari karena tangisan bayi. Mungkin terasa kesal karena bisa mengurangi tidur malam. Atau mungkin memiliki anak yang bermasalah dengan tidur malam.
Banyak anak-anak yang sudah tengah malam masih bermain atau menonton televisi. Itu menjadi salah satu akibat berakhirnya sebuah pernikahan.
Penelitian mengatakan bahwa bangun malam karena bayi menangis menyebabkan berakhirnya satu dari tiga pernikahan. Bangun malam karena tangisan bayi dijadikan alasan rusaknya hingga sepertiga dari hubungan.
Orangtua dan anak muda memiliki enam jam waktu tidur, kurang satu jam dari yang dianjurkan.
Survei dari 2000 orangtua ditemukan bahwa 30 persen dari yang telah bercerai atau berpisah menyalahkan bangun malam karena anak-anak. Sekitar 11 persen mengaku pura-pura tidur ketika anaknya bangun. Sehingga pasangannya yang harus mengurusi anak-anak.
Dan 11 persen lainnya menutup pintu untuk meredam kebisingan, sedangkan sembilan persennya bangun untuk mematikan televisi.
Dikutip dari Daily Mail, Selasa (19/3/2013), Tanya Byron, seorang psikolog mengatakan, "Saya melihat orang-orang yang anaknya memiliki masalah tidur kronis dan mengatakan anak-anak benar-benar marah jika orangtua mencoba untuk mengirim mereka ke tempat tidur."
Perilaku yang sulit, masalah keluarga, masalah belajar dan konsentrasi merupakan masalah yang menunjukkan jumlah signifikan dari kurangnya tidur memperburuk jantung.
Penelitian terbaru oleh ilmuwan Amerika menunjukkan bahwa tidur yang baik meningkatkan hubungan pasangan dan mengurangi rasa egois. Para akademis dari University of Berkeley, California, menemukan kalau pasangan yang tidur dengan lebih baik cenderung untuk bersikap sopan satu sama lain. (Zul/Igw)
Banyak anak-anak yang sudah tengah malam masih bermain atau menonton televisi. Itu menjadi salah satu akibat berakhirnya sebuah pernikahan.
Penelitian mengatakan bahwa bangun malam karena bayi menangis menyebabkan berakhirnya satu dari tiga pernikahan. Bangun malam karena tangisan bayi dijadikan alasan rusaknya hingga sepertiga dari hubungan.
Orangtua dan anak muda memiliki enam jam waktu tidur, kurang satu jam dari yang dianjurkan.
Survei dari 2000 orangtua ditemukan bahwa 30 persen dari yang telah bercerai atau berpisah menyalahkan bangun malam karena anak-anak. Sekitar 11 persen mengaku pura-pura tidur ketika anaknya bangun. Sehingga pasangannya yang harus mengurusi anak-anak.
Dan 11 persen lainnya menutup pintu untuk meredam kebisingan, sedangkan sembilan persennya bangun untuk mematikan televisi.
Dikutip dari Daily Mail, Selasa (19/3/2013), Tanya Byron, seorang psikolog mengatakan, "Saya melihat orang-orang yang anaknya memiliki masalah tidur kronis dan mengatakan anak-anak benar-benar marah jika orangtua mencoba untuk mengirim mereka ke tempat tidur."
Perilaku yang sulit, masalah keluarga, masalah belajar dan konsentrasi merupakan masalah yang menunjukkan jumlah signifikan dari kurangnya tidur memperburuk jantung.
Penelitian terbaru oleh ilmuwan Amerika menunjukkan bahwa tidur yang baik meningkatkan hubungan pasangan dan mengurangi rasa egois. Para akademis dari University of Berkeley, California, menemukan kalau pasangan yang tidur dengan lebih baik cenderung untuk bersikap sopan satu sama lain. (Zul/Igw)