Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi tren suku bunga di ranah global masih terus meningkat. Bahkan, suku bunga diprediksi peningkatan terjadi hingga 2025 mendatang.
Managing Director IMF Kristalina Georgieva menyampaikan, kondisi rantai pasok global yang terganggu imbas perang Rusia-Ukraina berdampak pada peningkatan harga. Alhasil, berpengaruh pada tingkat inflasi di banyak negara.
Advertisement
"Terganggunya rantai pasokan karena pandemi dan perang di Ukraina telah memberikan tekanan pada harga. Dan inflasi di sebagian besar negara maju dan banyak negara berkembang sedang turun namun belum cukup turun," ujar dia dalam ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, ditulis Rabu (6/9/2023).
Selain itu, tingkat suku bunga juga masih akan meningkat beberapa waktu kedepan usai pandemi Covid-19. Ini dipengaruhi oleh penguatan suku bunga The Fed.
"Kami perkirakan tingkat suku bunga akan tetap tinggi hingga tahun 2024, mungkin hingga tahun 2025," kata dia.
Pengaruhi Ekonomi ASEAN
Kristalina mencatat, peningkatan suku bunga akan berpengaruh pada pergerakan ekonomi negara-negara anggota ASEAN.
"Hal ini mempunyai konsekuensi bagi ASEAN dalam hal kerugian bagi banyak negara, namun juga dalam hal kekuatan mata uang, yang terdorong oleh tingginya suku bunga The Fed dan bank sentral Eropa," paparnya.
Indonesia Diapresiasi
Diberitakan sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan Presiden Bank Dunia maupun Direktur Pelaksana IMF menyampaikan apresiasi atas prestasi ekonomi Indonesia. Keduanya memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia sekaligus kemampuan Indonesia menekan inflasi pada saat yang sama.
Hal ini disampaikan Retno usai mendampingi Jokowi bertemu Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva beserta delegasi di Ruang Jepara, Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 4 September 2023
"Managing Director IMF bahkan mengatakan bahwa ASEAN is a bright spot di tengah situasi dunia yang sulit dan Indonesia dikatakan sebagai source of joy, source of hope," ungkap Retno, dikutip dari siaran pers.
"Dan ini juga memberikan pelajaran bagi negara-negara berkembang, kalau Indonesia bisa maka negara berkembang lain juga harus bisa," sambungnya.
Advertisement
Situasi Ekonomi Global
Pertemuan dilakukan sebelum penyelenggaraan KTT ke-43 di Jakarta, mulai 5 sampai 7 September 2023. Dalam pertemuan, Jokowi dan Kristalina Georgieva berbincang mengenai situasi ekonomi global.
"Pada saat berbicara dengan World Bank dan IMF, beliau melakukan tukar pikiran mengenai masalah situasi ekonomi dunia," ujar Retno.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menerima Presiden Bank Dunia Ajay Banga beserta delegasi di Ruang Jepara, Istana Merdeka, Jakarta, Senin (4/9/2023). Dalam pertemuan tersebut, Jokowi menyampaikan sejumlah isu untuk dibahas bersama dengan Presiden Banga, termasuk soal reformasi sistem keuangan global.
Sistem Keuangan yang Adil
Jokowi mengatakan bahwa Indonesia dan negara berkembang lainnya menaruh harapan kepada Bank Dunia untuk bisa mewujudkan sistem keuangan yang lebih adil.
"Saya yakin Presiden Banga menyadari berbagai kritik pada Bank Dunia, termasuk oleh Sekjen PBB terkait kurangnya perhatian pada kepentingan negara berkembang. Indonesia dan negara berkembang lain menaruh harapan besar kepada Anda untuk wujudkan sistem keuangan global yang lebih adil bagi semua, terutama bagi negara berkembang," kata Jokowi dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Senin (4/9/2023).
Advertisement