Liputan6.com, Purwakarta - Volume air di Waduk Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat mengalami penurunan selama musim kemarau ini. Saat ini, tinggi muka air (TMA) di waduk buatan itu dilaporkan berada di level 96 meter di atas permukaan laut (Mdpl).
"Saat ini, TMA Waduk Jatiluhur sudah di bawah angka 100 mdpl dari normalnya 107 Mdpl," ujar Anton Mardiyono selaku Direktur Operasi dan Pemeliharaan Perum Jasa Tirta II Jatiluhur, Rabu (6/9/2023).
Menurut Anton, penyusutan air ini sebenarnya menjadi hal normal di musim kering seperti sekarang ini. Selain itu, elevasi air saat ini juga masih terbilang cukup aman.
Baca Juga
Advertisement
Dia pun meminta, masyarakat yang ada di wilayah hilir tak perlu khawatir. Sebab, sampai hari ini air tetap masih mengalir ke wilayah hilir. Termasuk, untuk kebutuhan irigasi dan air baku ke Jakarta.
"Penyusutan ini merupakan hal yang normal saat musim kering seperti sekarang ini. Kondisi saat ini juga masih bersifat aman. Karena, masih jauh dari ambang batas minimum. Untuk batas krisis sendiri, yang tahun ini kami tentukan di angka 94,44 mdpl," tegas dia.
Pihaknya berharap di akhir September atau awal Oktober nanti hujan sudah turun. Kalaupun tidak, pihaknya telah merancang berbagai upaya guna mengatasi kekeringan tersebut.
Upaya Modifikasi Cuaca
"Kalau hingga November atau Desember nanti tidak ada hujan, kami terpaksa harus segera melakukan langkah terakhir. Yakni, Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan," jelas dia.
Menurut Anton, setiap musim kemarau beban Waduk Jatiluhur memang cukup berat. Apalagi, Waduk Jatiluhur selama ini menjadi satu-satunya sumber air besar untuk kebutuhan irigasi dan air baku ke wilayah hilir. Yakni, Jakarta, Bekasi, Karawang, Subang dan Indramayu.
Terkait upaya TMC, sambung dia, perusahannya telah menyiapkan anggaran sekitar Rp 13,4 miliar. Menurutnya, upaya tersebut penting dilakukan supaya debit air Jatiluhur bisa tersuplai dari air hujan. Sehingga, ketersediaan air bisa bertambah.
"TMC ini, nanti dilakukan selama satu bulan di wilayah hulu Sungai Citarum. Untuk actionnya, nanti kita lihat di September-Oktober ada hujan atau tidak. Kalau tak ada hujan, terpaksa kami akan lakukan modifikasi cuaca," tambah dia.
Dalam hal ini, pihaknya mengimbau masyarakat khusunya yang ada di wilayah hilir supaya lebih bijak lagi dalam memakai air saat musim kemarau ini. Mengingat, air yang ada saat ini perlu dihemat, diatur, digilir dan digiring supaya sampai daerah tujuan.
Advertisement