Liputan6.com, Jakarta - Provinsi Banten terletak di Pulau Jawa dan memiliki banyak tempat bersejarah yang menjadi destinasi utama bagi wisatawan yang tertarik pada aspek spiritual dan budaya.
Banten juga memiliki banyak makam dan situs bersejarah lainnya yang memperkaya warisan budaya dan religi provinsi ini. Salah satunya Situs Banten Girang.
Advertisement
Banten Girang merupakan cikal bakal Banten, yaitu sebuah dataran tinggi di dekat Desa Sempu. Banten GIrang terletak di Kampung Talaya Desa Sempu, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten.
Penguasa Banten pada awal abad ke-16 adalah Prabu Pucuk Umun dan pusat pemerintahan berada di Banten Girang. Sedangkan Banten Ilir atau Banten Lama saat itu berfungsi sebagai pelabuhan.
Prabu Pucuk Umun dan para pengikutnya kemudian menganut kepercayaan Hindu-Buddha.
Situs Banten Girang memiliki banyak tempat bersejarah seperti goa, sungai, patung, serta makam Almarhum Ki Mas Jong dan Ki Mas Ju yang merupakan orang pertama yang masuk agama islam di Banten.
Menurut informasi dari salah seorang penjaga situs, Slamet Purwanto mengatakan di tepian Sungai Cibanten terdapat gua buatan yang dipahat di jurang dengan dua pintu masuk dan tiga ruangan di dalamnya.
"Terdapat 3 kamar, kamar pertama mungkin sebagai ruang tamu kalau sekarang, kamar kedua kolam untuk bersuci, kamar ketiga tempat pertapaan," Slamet menjelaskan.
Sejarah Banten Girang
Menurut Slamet, gua ini dibuat dengan bahan tangan manusia pada zaman itu sebagai tempat tinggal dan tempat perlindungan masyarakat.
Tak jauh dari tepi Sungai Cibanten, ditemukan pula patung Dwarapala pada pertengahan tahun 1990-an.
Sebagai catatan sejarah, Sungai Cibanten merupakan jalur transportasi yang menghubungkan wilayah pesisir dengan pedalaman. Dalam Tawarikh Banten disebutkan bahwa penaklukan Banten Girang oleh tentara Islam dipimpin oleh Hasanuddin.
Ketika Hasanuddin pertama kali menaklukkan dan membuat Banten Girang masuk Islam, Ki Jonggo, seorang punggawa Banten Girang, masuk Islam dan memihaknya. Segera setelah penaklukan Banten Girang, berdirilah Kerajaan Banten dengan Hasanuddin sebagai raja pertamanya.
Pusat pemerintahan Banten yang semula terletak di Banten Girang dipindahkan ke kawasan pesisir utara Teluk Banten yang sekarang dikenal dengan nama Banten Lama.
Ketika Hasanuddin masuk Islam penduduk Banten Girang, sebagian warga yang menolak masuk Islam mengungsi ke pegunungan selatan. Wilayah pegunungan bagian selatan masih dihuni oleh keturunan masyarakat Banten Girang yang sekarang dikenal dengan nama suku Baduy.
Advertisement
Kurangnya Perhatian dari Pemerintah Setempat
Namun sayangnya, Situs Banten Girang masih minim perhatian dari pemerintah setempat. Menurut Slamet, pembangunan serta kebersihan apapun di situs Banten Girang masih berasal dari sumbangan masyarakat setempat.
"Pembangunan yang ada di sini seperti mushola itu masih mengandalkan dana dari masyarakat, bahkan kita mendapat sumbangan dari salah satu dermawan yang sering berziarah ke sini, memang karena Ki Mas Jong dan Ki Mas Ju masih berkaitan dengan dia," Slamet menjelaskan.
Karena kurangnya perhatian inilah yang membuat penjaga situs menyediakan kotak bagi pengunjung untuk sedekah sebagai salah satu bentuk bantuan dalam pemeliharaan situs bersejarah di Provinsi Banten.