Liputan6.com, Jakarta - Mungkin kamu pernah menyaksikan temanmu yang berteriak tak karuan karena takut dengan kucing atau mungkin malah mungkin kamu yang mengalaminya? Padahal, kucing itu masih jauh dari tempat duduknya dan belum tentu akan menghampirinya. Kecemasan yang berlebihan terhadap kucing seperti itu sudah bisa dikatakan sebagai phobia kucing.
Sebenarnya, individu yang mengalami kondisi ini menyadari bahwa perasaannya tidak rasional, tetapi ia tidak mampu mengendalikan rasa takut atau cemasnya itu terhadap hewan tersebut. Bahkan, bila berada di tempat yang banyak kucing, mereka bisa berlari dan berteriak sekencang-kencangnya, lebih bahayanya lagi bisa menyebabkan badan menggigil dan tidak sadarkan diri atau pingsan.
Advertisement
Hal ini tentu bila dibiarkan berlama-lama akan berdampak bahaya tidak hanya baginya, tetapi juga orang-orang sekitarnya.
Pada beberapa situasi, segelintir individu yang mengalami ketakutan berlebihan terhadap kucing ini hanya muncul ketika ia sedang makan dan pada saat yang sama ada seekor kucing yang menghampirinya.
Mungkin ia akan berteriak dan berusaha mengusir kucing tersebut, lebih parahnya lagi bila mereka reflek berlari dan tak sengaja menjatuhkan makanan di meja. Tentu juga akan merugikan pemilik restoran.
Apa itu Ketakutan pada Kucing?
Takut pada kucing merupakan respons emosional yang ekstrem dan negatif terhadap kehadiran, suara, atau pikiran tentang kucing. Dalam ilmu psikologi, ketakutan pada kucing disebut sebagai ailurophobia atau gatophobia.
Takut pada kucing merupakan jenis phobia spesifik yang merupakan kekhawatiran yang berlebihan dan terus-menerus terhadap sesuatu yang tidak menimbulkan ancaman terhadap keselamatanmu.
Apa Saja Sifat yang Dimiliki Pengidap Ailurophobia?
Ketidaknyamanan terhadap kucing dapat menyebabkan orang yang terkena dampaknya akan meninggalkan atau menghindari percakapan dengan para pecinta kucing. Ketakutan ini juga dapat membuat seseorang enggan mengunjungi kenalannya bila di sekitarnya banyak kucing.
Bagi sebagian orang, berjalan melalui lingkungan yang mungkin akan terasa sulit karena takut bertemu kucing di trotoar atau di tempat umum lainnya. Jika kamu takut terhadap kucing, kamu mungkin akan membatasi atau meninggalkan rumah agar tidak lagi melihat binatang tersebut. Kecemasanmu mungkin akan bertambah ketika melihat gambar atau kartun kucing.
Pada beberapa orang, rasa takut terhadap kucing begitu kuat sehingga ketika mendengar dengkuran kucing, berbagai reaksi mungkin akan terjadi. Salah satu respons yang paling jelas adalah dengan berlari ke arah lain.
Advertisement
Apa Penyebab dari Rasa Takut Berlebih pada Kucing?
Sejatinya, cukup sulit menentukan penyebab dari phobia kucing ini karena setiap individu memiliki pengalaman, susunan genetik, dan pengaruh lingkungan yang berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa phobia binatang cenderung dimulai sejak masa kanak-kanak, rata-rata sekitar usia 6 tahun.
Terkadang, peranan pengalaman menakutkan yang melibatkan kucing akan menyebabkan disfungsi pada sistem saraf pusat, bagian otak yang berhubungan dengan pengaturan emosi tertentu. Reaksi berlebihan dari sistem saraf pusat akan berdampak pada rangsangan kucing sehingga menciptakan reaksi emosional yang tidak terkendali.
Melansir dari Verywell Mind, Sabtu (16/9/2023), individu yang takut dengan kucing biasanya disebabkan oleh dua faktor, di antaranya:
1. Bahaya Fisik
Seseorang yang pernah digigit atau dicakar kucing mungkin berisiko lebih tinggi terkena ailurophobia. Di sisi lain, ada beberapa orang tidak takut dengan kucing yang berada di dalam ruangan, terutama kucing yang sudah tidak bercakar atau jinak, tetapi ia akan takut dengan kucing asing yang ia temui di luar ruangan.
Pada kasus lain, segelintir orang hanya takut pada kucing jantan yang mereka anggap lebih mengancam dibandingkan kucing betina. Namun, ada pula yang takut terhadap semua kucing dan anak kucing, apa pun keadaannya karena mereka menyaksikan atau secara pribadi mengalami peristiwa negatif dengan seekor kucing.
2. Takut pada Kejahatan
Sepanjang sejarah, kucing secara bergantian dipuja dan dicerca karena dugaan kekuatan spiritual yang mereka miliki. Di Mesir kuno, kucing dipuja sebagai dewa dan diyakini bahwa mereka berada di bawah perlindungan khusus dewi kesuburan.
Kucing yang mati seringkali dikuburkan di kuburan khusus dengan ukuran besar. Membunuh kucing, baik disengaja atau tidak seringkali akan mendapatkan pelanggaran yang berat.
Pada abad pertengahan, kucing sering dianggap sebagai pelayan penyihir, pembawa pesan malam hari yang mampu melakukan perintah penyihir. Pada saat Pengadilan Penyihir Salem tahun 1692, kucing secara luas diyakini sebagai penghubung penyihir dengan iblis.
Namun, saat ini ketakutan terhadap kucing sebagai pertanda kejahatan biasanya berakar pada peristiwa negatif yang berhubungan dengan kucing pada masa lalu.
Bagaimana Mengatasi Ailurophobia?
Seperti phobia pada umumnya, ailurophobia ini sangat memerlukan psikoterapi dan konseling dengan ahlinya. Seorang terapis dapat membantu mencari tahu akar penyebab phobia, membantu menempatkan rasa takut dalam perspektif, dan membantu kamu merencanakan langkah-langkah pengobatan untuk mengatasinya. Ini mungkin tampak seperti pendekatan yang sederhana, tetapi bisa jadi cukup sulit untuk dilakukan.
Salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah bertemu dengan kucing secara bertahap dan konsisten. Dengan langkah kecil ini, seseorang bisa menjadi terbiasa dengan kucing.
Misalnya, seseorang awalnya akan berlatih melihat gambar kucing, kemudian menonton video dan film bersama kucing, menyentuh benda yang mirip kucing, bermain dengan mainan kucing, dan terakhir memegang kucing secara langsung.
Langkah-langkah ini harus diambil dalam suasana yang terkendali dan nyaman dengan banyak dukungan, baik dari terapis maupun anggota keluarga atau teman.
Sepanjang proses ini, teknik relaksasi dan visualisasi sering digunakan. Mereka juga membantu mengubah pola pikir seseorang dan merasionalkan ketakutannya. Dalam beberapa kasus, hipnoterapi mungkin juga bermanfaat untuk mengatasi ailurophobia ini.
Advertisement